⏭️ Part 3.

12.1K 740 21
                                    

Karena sudah jengah dengan ledekan Muaz dan Azzal, tanpa disadarinya Sasha berpindah ke Azzam, dia membaringkan kepalanya di paha Azzam, refleks pula Azzam membelai dan mengelus-elus rambutnya yang panjang dan lembut.

"Kok jadi pindah ke kak Azzam sih, wah jantung kompromi dong," batin Sasha yang baru sadar.

Elusan dan belaian tangan Azzam di kepala Sasha membuatnya terbuai dalam kantuk, dalam sekejap dia sudah terlelap dan berselancar di dalam mimpi, karena sudah larut ayah dan bundanya pun beranjak ke kamar mereka untuk tidur.

"Zal! ambilin adik kamu selimut," perintah Pak Abrisam.

"Zam, kalau sudah selesai nontonnya pindahkan adik kamu ke kamar," Perintah Pak Abrisam lagi.

Azzal lalu berdiri dari duduknya mengambilkan Sasha selimut, bantal dan juga guling, dan pada akhirnya mereka berempat tidur di ruang tengah hanya beralaskan karpet, lagi Azzam membatasi tidur mereka dengan guling, dan mengambil jarak takutnya kejadian lagi seperti malam sebelumnya. Tapi lagi tanpa mereka berdua sadari pembatas itu sudah berpindah tempat.

Dengan jahilnya Muaz dan Azzal mengambil gambar Sasha, moment di mana Sasha menjadikan Azzam sebagai gulingnya, untuk bahan ledekannya besok jika Sasha terbangun.

Ditengah malam yang dingin Sasha tersadar dari tidurnya, dia terbangun mendapati dirinya memeluk Azzam.

Detak jantungnya kembali berpacu, dia gegas melepaskan pelukannya dari tubuh Azzam, membuat Azzam ikut terbangun karena gerakan Sasha.

Entah sadar atau tidak, Azzam menarik Sasha kepelukannya dan mengelus-elus punggung Sasha agar tertidur kembali.

"Tidur sayang, masih tengah malam," bisiknya ditelinga Sasha.

Deg ... ...

Lagi detak jantung Sasha berpacu, dia sudah tidak bisa lagi memejamkan matanya walupun masih sangat mengantuk, lagi-lagi dia bergerak ingin membebaskan diri.

"Tidur, Uin." Bisiknya lagi ditelinga Sasha yang membuat bulu kuduknya merinding.

Tanpa disadarinya air matanya kini sudah menggenang, ada rasa sakit yang menjalar sampai keulu hatinya. Bagaimana pun dia tidak bisa memiliki Azzam dihidupnya, ada dinding pembatas yang yang menjulang tinggi diantara mereka, ah tidak. Hanya Sasha saja yang merasakannya. Dan lagi tidak mungkin juga Azzam memiliki perasaan yang sama untuknya. Azzam hanya menganggapnya adik, dan memang seperti itu nyatanya. Salahkan saja dirinya yang begitu mudah terbawa perasaan akan perlakuan manis Azzam kepadanya.

"Lepasin dulu pelukannya, Kak. sesak nih," elak Sasha menahan rasa sesak didadanya.

Azzam melepaskan pelukannya dari tubuh Sasha tapi tangannya tetap mengelus-ngelus punggungnya agar tertidur kembali. Entah Azzam sadar atau tidak dengan perlakuannya ataukah dirinya hanya menganggap Sasha adalah bayi besar yang harus dinina bobokkan agar tertidur pulas.

Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah, Sasha melanjutkan tidur kembali, karena hari ini hari minggu. Semalam dirinya benar-benar tidak bisa tidur, Mungkin karena kebiasaannya, tanpa sadar dia melangkah naik ke lantai dua tepatnya masuk ke kamar Azzam dan membaringkan tubuhnya di kasur yang berukuran king size itu.

Beruntungnya Azzam tidak berada di kamarnya, Azzam lebih memilih keluar jogging ke taman kompleks dari pada tidur kembali.

"Zam! si bungsu Ayah mana?" tanya Pak Abrisam yang mencari Sasha.

"Gak tau, Yah. Nyebrang kali dia," balas Azzam.

"Kenapa dibiarin sih, Mama-Papa kalian kan belum pulang, kasian loh adik kamu," timpal bunda Ambar bertolak pinggang.

LOVE in SILENCE  **End** Where stories live. Discover now