"Jinan lagi?" Papa Devi menatap istrinya.

"Iya. Dia masuk rumah sakit." Jawab sang istri.

"Devi tau darimana?"

"Ya mungkin temannya."

Papa Devi menghela nafas, ia mengusap kasar wajahnya.

Sedangkan di kamarnya Devi tengah mengerjakan tugas kuliahnya ketika sang kakak masuk.

"Dev, Dea masuk." ucap Dea.

"Iya, De." jawab Devi.

"Ngapain?"

"Baru selesai kerjain tugas."

Hening. Devi mematikan laptopnya, kemudian ia menuju kasur dan berbaring di samping sang kakak.

Devi menatap ponselnya. Ia baca kembali pesan yang dikirim oleh Jinan beberapa hari yang lalu.

 Ia baca kembali pesan yang dikirim oleh Jinan beberapa hari yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan sakit, aku mohon. Cepet bangun kak." lirih Devi.

"Dia pasti sembuh kok Dev. Dia bakal nepatin janjinya ke kamu." ucap Dea yang mendengar ucapan Devi.

Ponsel Devi bergetar. Notifikasi pesan masuk dari Cindy.

Dan yap! Pesan singkat dari Cindy membuat Devi mendadak lemas. Ia genggam erat tangan sang kakak yang berada tepat di sampingnya.

"Dea, kak Jinan.." ucap Devi bergetar.

"Ha? Jinan kenapa?" Dea menatap sang adik.

"Devi takut.."

"Takut apa Dev?"

Adiknya tak menjawab, malah makin mengeratkan genggaman tangannya pada sang kakak. Dea juga tak lagi bertanya, biarkan Devi tenang.

Tak berapa lama, terdengar pintu kamar terbuka. Kedua kakak beradik tersebut kompak menoleh ke arah pintu.

"Kenapa, Pa?" tanya Dea.

Devi yang mendengar Dea menyebut sang Papa langsung bangun dan berlari ke arah Papanya. Ia peluk erat tubuh pria paruh baya tersebut.

"Kenapa dek? Kenapa nangis?" sang Papa mengusap lembut rambut anaknya.

"Pa, denger Devi sekali ini aja." balas Devi masih dengan sisa tangisnya.

FairytalesWhere stories live. Discover now