2. Dua Nama

465 59 64
                                    

Heywoo gengs, balik lagi sama Ray 🤭

Oh iya, kalian kalau bingung bagaimana cara baca Shene itu [Sen] yaa, e nya dibaca kayak e di kata ember atau kalian bisa panggil juga [Sen.ne] dengan e seperti di kata ember juga, karena asal nama Shene itu Shine, cuma typo jadi Shene ahaha (alasan ngawur, karena Ray suka aja nama itu wkwk)

Sebenarnya terserah sih mau manggil apa, mau manggil sayang juga boleh kok asal jangan ketahuan Shua aja ahaha 😂

Aku bisa up siang karena ketikannya udah beres, soalnya aku tipe yang ketik-revisi-publish, gak nyimpen draft, malah kalau ada draft banyak bisa publish banyak ahaha..

Abaikan judul yang kadang gak nyambung sama chapternya, ehe.

Udah 100 kata lebih nih cuap-cuap, balik lagi ke cerita....

Happy reading...

********

"Kadang, kita tidak menyadari kalau cinta sudah memasuki hati tanpa permisi."

~Shuana

******

"She ... Shene?"

Mampus!

"Shua, kenapa kamu ... Eh nak Pangeran, masuk-masuk. Mama sama papamu mana?" sahut Bunda yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Shua.

Pangeran?

Kenapa bunda manggil Shene itu pangeran ya? Eh tapi pantes sih, jadi mau hujat juga gak bisa, huhu. gumam Shua dalam hatinya.

"Papa sama mama lagi di jalan, Tante. Pangeran disuruh duluan karena papa sama mama tadi ada urusan dulu," jelas Shene seraya tersenyum simpul.

Bunda yang tadinya mau mesem-mesem terkejut melihat penampilan anaknya yang sepertinya baru saja bangun tidur.

Karena seperti singa yang nyasar ke rumah.

"Ya ampun Shua, masa kamu awut-awutan kayak Tarzani sih. Malu atuh sama Pangeran tuh yang udah cakep gitu."

Pipi Shua memerah karena baru saja diingatkan penampilannya oleh bunda tercinta. Ia juga baru sadar kalau penampilan dia acak-acakan seperti habis berkelana dari hutan belantara.

"Udah sana kamu mandi. Terus jangan lupa dandan yang cantik, ada calon suami kok kayak gembel." Bunda langsung mendorong tubuh Shua untuk pergi dari depan pintu.

"Yuk, masuk Pangeran. Duduk aja dulu, anggap aja rumah sendiri." Bunda mempersilahkan Shene untuk masuk ke dalam rumah.

Shua yang mendengar itu langsung mencibir di dalam hatinya. Bundaaa, kalau dianggap rumah sendiri, bisa-bisa sertifikat rumah kita dijual sama diaaa.

Abaikan pikiran Shua yang kadang ngawur itu.

Setelah beberapa menit -ehm, lebih tepatnya 30 menit karena Shua keasyikan main gelembung-akhirnya Shua hadir ke ruang makan.

Di sana sudah ada ayah dan bunda, juga papa dan mama Shene. Sementara, Shene sendiri tidak kelihatan wajah tampannya.

Setelah menyapa papa dan mama Shene, Shua langsung duduk dan mengambil lauk-pauk yang ada di meja makan dengan tidak ada anggun-anggunnya.

Bodoh amat, yang penting perut kenyang. Lagian, gak ada Shene juga kan, bebas hamba.

Shua sangat berselera makan karena makanan yang tersaji adalah makanan kesukaannya.

Sering-sering ada tamu gini kek. Jadinya kan menu makan malam enak-enak, ehe. batin Shua kelaparan.

Baru saja Shua menyuapkan nasi ke mulutnya, tatapannya bertemu dengan Shene yang entah sejak kapan berada di depannya dan menatapnya dengan senyum geli.

Pangeran Bagi PutriWhere stories live. Discover now