Prologue

45 3 4
                                    

Hi aku Volt , umurku 15 tahun. Banyak orang bilang bahwa aku ini aneh. Umurku yang akan beranjak remaja, masih memiliki tubuh yang kecil. Itu hal biasa, sudah keseharianku menjadi bahan olok-olokan. Di saat yang sama, orang-orang menatapku secara sinis. Aku hanya bisa menunduk atau mungkin tersenyum. Dan selalu mengharapkan balasan senyuman juga dari mereka. Mungkin aku terlalu depresi saat mengingat kehidupan yang ku alami selalu seperti itu. Tapi di sisi lain, aku memiliki orang tua yang hebat. Walaupun hanya seorang pengusaha biasa, aku selalu bahagia setiap hari ketika rumah. Karena selalu ada yang membahagiakan ketika aku selalu terjatuh, dan tersisihkan dari pergaulan seusiaku serta orang-orang di sekitarku. Mungkin keluargaku tak terlalu terpandang atau kaya, yang memiliki barang barang bagus seperti teman temanku yang lainnya. Tapi bukan hal-hal itulah yang membuatku bahagia, cukup hanya dengan melihat senyuman kedua orang tuaku, rasanya seperti mendapatkan hadiah yang tak bisa dibeli oleh benda berharga apapun di dunia ini.

Namun kebahagiaan itu tidaklah kekal, seperti kehidupan kita di dunia ini. 2 tahun lalu, Ayah memutuskan untuk merantau keluar kota dan menitipkan kami pada keluarga tetangga. Karena takut kami tak terurus.
Untungnya tetanggaku mau menerima kami dengan tangan terbuka, berhubung mereka juga sudah kenal lama dengan ayahku. Sebelum pergi, ayah menitipkan sebuah kotak berwarna coklat yang di atasnya berlambang kan petir. Ayah bilang aku boleh membukanya jika sudah berumur 17 tahun. Memangnya kenapa? apakah aku harus memiliki kartu tanda penduduk dulu baru bisa membukanya? Apakah karena badanku kecil? Entahlah.

Seperti yang selalu kami takutkan, dan itu benar-benar terjadi. Ya, ayah tak pernah kembali dari merantaunya. Hingga sekarang aku masih menunggu ayah pulang. Berharap membawakan kami sebuah kehidupan yang lebih layak. Setiap kali ku tanya ibu kapan ayah pulang, Ia hanya tersenyum dan meyakinkan ku.
Jangan khawatir ,suatu hari ayah pasti akan pulang.

The SchoolWhere stories live. Discover now