cerpenku

41 6 0
                                    

Haihai, bertemu lagi sama @nfiana dengan jenis cerita yang berbeda bukan novel melainkan cerpen. Sedikit cerita nih cerpen ini ada karena sebuah challeng wkwk. Harus dikasih deadline dulu biar ngebut dan selesai awokawok. Dahlah lanjutan curhat di bawah, ya👇.


**Selamat membaca**

Kencangnya hembusan angin menerpa daun kering hingga melayang ke udara. Gadis dengan rambut yang dibiarkannya tergerai itu sedang menatap arah daun kering yang terbawa gelombang angin tadi.

Ria, dikenal banyak orang karena mempunyai sifat yang sangat ceria, persis seperti namanya.

Punggung itu merosot dan terdengar helaan napas lelah. Dia mengambil batu lalu dilemparkannya ke arah persawahan warga yang sudah panen, hanya menyisakan tanah berlumpur. Batu itu tenggelam menyembunyikan sifat kerasnya di balik tanah yang lembut.

"Hai, Ramadhan. Salam bertemu denganmu lagi. Kamu datang pada saat dunia sedang terkena virus berbahaya. Virus yang telah menghalangi seluruh umat islam untuk melaksanakan tradisimu. Apakah, kamu juga datang tanpa memberikanku keberkahan yang selama ini kuinginkan dari mu? Jika benar, bolehkah aku menyerah? Aku sudah lelah. Selalu berharap akan datangnya keberkahan itu ... Anak ini lelah, menunggu papah yang sama sekali tidak mau berbicara sepatah kata pun. Adakah yang seperti anak malang ini, Ramadhan? Kuharap jangan." Ria bangkit menenteng tas plastik hitam.

"Mari kita pakai topeng lagi." Digayuhnya sepeda itu dengan pelan, dia menebarkan senyuman untuk siapa saja yang berpapasan dengannya.

"Hai, Ka Ria," sapa seorang bocah yang Ria sendiri pun tidak mengenalnya, tapi dia tetap tersenyum, melepas satu tangan dari stir sepeda untuk melambaikan tangannya ke arah bocah tersebut.

"Ria." Ria menghentikan laju sepeda. Distandarkan sepeda, lalu dia menghampiri orang yang telah memanggilnya.

"Hai, Kak Putri! Ada apa?" Walaupun usia Putri mungkin seusia Papanya, tapi Ria tetap memanggil Kakak.

"Sini, buka puasa bersama," ucap Putri menarik lengan Ria.

"Eh---nggak usah, Ka. Kasihan, papah." Lagi dan lagi Putri mengagumi Ria. Dia gadis ceria yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah. Putri terpaksa melepas tarikan itu, dia tersenyum menghargai keputusan Ria.

Ria kembali menjalankan sepedanya setelah berpamitan dengan Putri. Sampailah dia di rumah dengan nuansa kesunyian. Ria langsung masuk menuju ruang makan, berharap akan ada satu keajaiban datangnya keberkahan yang selama ini dia nantikan di bulan ramadhan.

Ria memaksa tersenyum, setelah berhasil membuka tutup sajian berada di meja makan. Ada beberapa lauk pauk yang terlihat baru saja disantap. Ria berjalan dengan lesu menuju kamar. Dibukanya tas plastik berisi jajanan ringan dan disantapnya tidak selera.

Suara adzan menandakan waktu isya' telah tiba. Ria segera mengambil wudhu dan menuju masjid untuk melaksanakan shalat terawih berjamaah. Ria bersyukur, belum ada kasus yang positif corona di lingkungannya. Entah inisiatif dari mana, warga tetap berbondong-bondong menjalankan ibadah, tidak mau meninggalkan berlipat pahala.

Saat Ria akan membuka pintu kamar, dia mendengar Putra---Papahnya sedang menerima telepon. Ria tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Iya, benar. Semua itu kesadaran masing-masing individu. Orang yang tidak punya kesadaran, pasti akan tetap tidak bisa menjalankan himbuan dari pemerintah." Sindiran itu tidak mempan untuk Ria, yang dia mau hanya larangan dari mulut Papahnya langsung.

Ria menghembuskan napas, menggelengkan kepala untuk membuang pikiran negatif. Dia membuka handel pintu. Tak sengaja mata Ria dan mata Putra saling beradu, bibir Ria berkedut saat akan memberi sebuah senyuman, tapi Putra sudah berjalan cepat ke kamar dan menutup pintunya. Ria mengusap bibir itu, bibir yang selalu salah di mata Putra saat dia tersenyum dan berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indahnya Ramadhan Pada Covid-19Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang