"Hmm… aku sudah tidak sabar ingin menemukan Haruka. Kau di mana, nak? Papa rindu denganmu! Maafkan, Papa!" Gumamnya. Karena ada waktu luang, Ia langsung mencari keberadaan putrinya saat ini. Dan ia berharap, Jun bisa menemukannya di sini.

Saat ia menolehkan kepalanya ke samping kanan, Jun tak sengaja melihat seorang anak yang baru saja keluar dari sekolahnya. Ia terkejut melihat anak itu, dan saat itu juga Jun menghentikan mobilnya. Ia memastikan apa yang di lihatnya benar atau tidak.

"Ren!" Pekiknya dan kemudian ia tersenyum.

Lalu, ia keluar dan berlari. Tentunya mengejar anak yang ia lihat tadi. Bahkan, Jun harus berteriak untuk memanggil anak itu.
Anak itu menoleh, ketika ada yang memanggil namanya. Tampak jelas, anak itu tersenyum senang dan melangkah ke arah Jun. Jun kemudian langsung menghampirinya dan memeluk anak laki-laki itu.

"Papa Jun!" Katanya sambil mengeratkan pelukannya.
"Kau di sini, nak? Ini benar Ren, bukan?" Tanya Jun seolah tak percaya.
"Iya, Papa. Ren sangat bahagia bisa bertemu dengan Papa."
"Papa juga, Sayang. Ren, Papa minta maaf karena dulu Papa pernah menyakiti Ren."
"Itu bukan masalah, Papa. Papa melakukannya karena Papa ingin Ren bisa mandiri, bukan? Dan Ren bisa mandiri sekarang. Papa, Ren rindu dengan Papa."
"Papa juga sangat merindukanmu!"

Kemudian, Jun membawa anak tirinya itu masuk ke dalam mobilnya. Memasangkan sabuk pada tubuh kecil sang putra. Lalu, ia tak sengaja melihat tas Ren yang sedikit sobek.

"Ren, kenapa dengan tas milikmu?"
"Oh… ini sobek, Papa. Tapi, nanti Ren bisa menjahitnya lagi."
"Kenapa tidak memberitahu Mama?" Tanya Jun.
"Kasihan Mama, Papa. Mama terlalu banyak mengeluarkan uang untukku dan Juna, jadi Ren tak mau merepotkan Mama." Jun tersenyum mendengar ucapan Ren yang terdengar dewasa itu.
"Ayo… Papa akan membelikan tas baru untuk Ren. Ren juga bisa meminta yang lain, alat sekolah lainnya, ok?" Ren mengangguk sambil tersenyum.

***

Rena tak tahu mengapa Ren belum juga pulang, padahal jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Tak biasanya anak pertamanya itu pergi tanpa pamit. Sudah sedari tadi ia gelisah menunggu kedatangan putranya. Rena juga sudah ke sekolah tadi, namun sekolahnya sudah kosong dan ketika ia sampai di rumah, Ren juga belum pulang sama sekali. Sekarang, ia bingung kemana anaknya itu pergi.
Bahkan, Juna sudah mempertanyakan di mana keberadaan sang Kakak, namun Rena sendiri pun tak tahu di mana putranya itu. Dan entah apa yang di lakukannya saat ini, sampai Ren belum juga datang.

"Jika sebentar lagi dia belum datang, aku akan mencarinya." Ucapnya. Perasaannya tak menentu sama sekali.
"Mama, Kakak lama sekali perginya." Keluh Juna.
"Sabar, ya, Sayang? Mungkin… sebentar lagi Kakakmu akan pulang." Juna hanya mengangguk.

5 menit kemudian, Rena melihat adanya sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya. Ia langsung menggendong Juna, lalu mendekati mobil itu. Dan melihat seorang lelaki turun dari mobil, bahkan lelaki itu membuat dirinya terkejut. Dan ia lebih terkejut lagi, ketika melihat putranya bersama lelaki itu. Mereka membawa beberapa kantong.
Ren terlihat tersenyum, apalagi ketika lelaki itu menggendong Ren. Ren merasa mempunyai Ayah sekarang, dan Ren bahagia ketika lelaki itu menunjukkan kasih sayangnya pada Ren. Ren begitu bahagia. Ketika Ren menunjukkan gelang yang di berikan lelaki itu pada ulang tahunnya dulu, lelaki itu tersenyum. Bahkan, Ren tak mau melepaskannya.

"Jun?"
"Apa kabar, Rena? Aku bahagia bisa bertemu denganmu lagi." Kata Jun sambil menatapnya.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Rena terkejut.
"Aku ada pekerjaan di sini. Sebenarnya, aku mencari Haruka, tapi aku justru bertemu dengan putraku yang satu ini. Dan aku sangat bahagia, ketika aku melihatnya karena itu berarti aku juga bisa bertemu denganmu dan Juna." Balas Jun panjang lebar.

Jun memperhatikan Juna yang berada di gendongan Rena. Wajah mungilnya, hidung bahkan senyumannya memiliki kesamaan dengan Jun. Dan Jun sadar, bahwa anak laki-laki itu adalah putranya. Lalu, ia mendekat lagi.

"Mama, Ren tadi bertemu Papa, jadi Ren membawa Papa kemari. Lihat! Papa membelikan tas dan juga buku baru untuk Ren, ada mainan juga untuk Juna. Maafkan Ren, ya, Mama? Ren tidak berpamitan dulu tadi." Kata Ren dengan polosnya.
"Tadi aku melihat tas miliknya robek, jadi aku membawanya untuk berbelanja. Jangan marah, ya?" Sambung Jun menjelaskan.
"Apa kau sudah berubah? Jun, apa ini benar-benar kamu?" Tanya Rena seolah tak percaya.
"Iya, ini aku. Maafkan aku, dan aku berjanji akan menyayangi Ren seperti aku menyayangi Juna." Rena tersenyum senang mendengarnya.
"Yokatta."

Juna masih bingung dengan situasi yang ada di depannya. Dia masih memperhatikan lelaki asing yang ada di depannya. Bagaimana pun, Juna tak pernah mengenal sang Ayah. Ingatan ketika kecil tentang sang Ayah, tak bisa membantunya sama sekali.

"Juna?"
"Iya?"
"Ini Papa, Sayang." Kata Jun membuat kedua mata mungil Juna melebar karena senang.
"Papa? Mama, benarkah ini Papa?" Tanya Juna dengan girang.
"Iya, Sayang. Ini Papa Juna!" Balas Rena membuat Juna berteriak senang dan segera mengulurkan kedua tangannya pada Jun. Dan Jun langsung menggendong anak bungsunya itu.
"Rindu dengan Papa?" Tanya Jun.
"Iya. Papa, ayo masuk! Papa pasti lelah, bukan? Mama memasakkan makanan untuk Ren nii-chan tadi, dan Papa pasti akan menyukainya!" Kata Juna membuat Jun terkekeh melihat kepolosannya.
"Ok."

TBC

Our FamilyWhere stories live. Discover now