"Nona muda jangan GR ya. Saya hanya menjalankan tugas dengan baik, biar dapat bonus dari tuan muda."

Aku tertawa karena Jasper kelihatan salah tingkah. Meskipun aku dan Jasper itu bagaikan anjing dan kucing yang terus bertengkar, tapi aku tahu Jasper sangat bertanggungjawab dengan tugas utamanya yaitu menjagaku.

"Idih, gak usah sok gitu cebong. Wajah kamu itu merona kayak anak kucing minta nenen." Aku menimpali Jasper dengan kalimat tidak nyambung.

"Apa kamu mau tidur lagi?" tanya Tala yang memilih topik lain sebelum aku dan Jasper gulat.

Aku menggeleng. "Aku mau liat Mas Tala main game." Aku memiringkan posisi berbaring menghadap televisi. "Selama ini hanya tahu Mas Tala belajar tapi belum tahu kalau Mas Tala suka mainan gini," lanjutku.

Tala memandangku sekilas, ia mengusap pipi ini sebelum mengambil lagi stick Playstasion. Aku menatap televisi yang menampilkan berbagai macam gambar. Tentunya aku tidak paham. Tubuhku pun terlentang lagi sebab ingin melihat Tala dari bawah. Aku jadi senyum-senyum sendiri karena Tala juga tampan dilihat dari sudut ini. Menit berlalu dengan menit yang lain. Aku merasakan mataku jadi berat, aku memejamkan mata tapi belum sungguhan tidur.

"Nona muda, ketiduran." Aku mendengar Jasper berucap kepada Tala. "Apa saya bantu untuk menggendong nona muda ke kamar?" lanjut Jasper.

"Gak usah. Biar aku saja. Ini Felicia berat pasti, gak akan ada yang kuat gendong dia," balas Tala. Tangannya sudah mengusap-usap kepalaku.

"Tapi tuan muda suka kan?"

"Hah?"

"Tuan muda suka Nona Lizzy walaupun nona segede gajah. Saya tahu."

Aku mendengar Tala tertawa.

Sialan ini anak cebong sama-samain aku sama gajah.

"Iya, aku sayang Lizzy, tapi lebih ke arah sebagai adik. Lizzy terlalu kekanakan," jawab Tala.

Entah mengapa hatiku rasanya ada yang longsor. Ada sesuatu yang pyar di dalam sini.

"Setiap lihat Lizzy, aku ingin jagain dia. Memastikan Lizzy ketawa karena waktu Lizzy senang, dia kelihatan cantik." Tala tetap mengoceh, jari-jarinya masih memainkan suraiku.

"Gak ada kesempatan buat nona muda menjadi lebih dari sekedar adik bagi tuan muda?" Pertanyaan Jasper seolah mewakili pikiranku.

"Tidak ada."

Pyar klontang klontang pyar .... Suara pecahan perkakas dalam hatiku terdengar melintasi pikiran. Apa kah ini yang disebut ambyar? Perasaan tertolak ternyata bikin perih juga.

"Kenapa, tuan muda?"

"Because i cant have sex with her. Dia sudah aku anggap sebagai adik." Tala menjawabnya lebih seperti gumaman.

Aku tersekat saking kagetnya. Aku sudah menduga dari awal kalau Tala itu lebih tertarik dengan laki-laki, tapi mendengarnya mengakui langsung kalau tidak ingin bercinta denganku karena aku seperti adik kecil baginya membuatku terkejut sampai susah untuk menelan ludah.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk." Aku terbatuk dengan kencang mengakhiri akting pura-pura tidurku.

"Baby girl, are you okay?" Tala bertanya khawatir, dia mengkode Jasper untuk mengambilkan air putih.

Perasaanku yang tiba-tiba melankolis pun hanya dapat menggeleng. Aku mendekati Tala, meringkuk ke dalam pelukannya. Kebiasaan kalau tamu bulanan ini datang, aku jadi gampang sekali tersinggung atau sedih. Aku tidak dapat menutupi diriku yang terluka karena Tala jelas menolakku dari percakapannya bersama Jasper tadi.

Oh My Husband!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα