Kepala Mark berat, terlalu banyak yang ia pikirkan membuatnya jadi lebih pusing sekarang.

Mark sebisa mungkin membuat dinding agar Luhan sulit menemukan kisah kotor suaminya.
Dan Mark mendirikan dinding lain bagi Aleona   untuk kepentingan pribadinya.
Namun, sementara itu jastru waktu sengaja mempertemukan mereka berdua melalui dirinya.

Dan sekarang?

Luhan menginginkan pelacur itu menjadi istinya. Mark tidak mencintai Aleona.  Dia  hanya berminat menjadikan Aleona pelacur dan ingin segera mengeluarkan parasit itu dari tangan Kris, dari pernikahan kedua orang tuanya.

"Iya Bu." hanya itu yang keluar dari mulut Mark menanggapi Luhan.








***

[Jepang]

Syuting selesai jam 5. Dan sudah lebih dari tiga puluh menit Jeno berdiri di depan kamar hotel Renjune.

Jeno mendesah, menundukan kepala. Beberapa kali sudah jarinya menekan tombol bell, tulang jarinya menetuk-ngetuk pintu serta mulutnya yang memanggil Renjune berulang kali.

Tidak lupa juga. Sudah puluhan kali Jeno menghubungi ponsel Renjune.

Gadis itu marah besar dan Jeno kekeuh merobohkan amarah Renjune. Jeno mendongakan wajah, tangan kirinya mengusap  tulang jari kanannya yang terasa kaku dan nyeri.

Sekali lagi Jeno mencoba menekan tombol.

Treeett.... treeeeettt.... treeeett...

"Ren ... Renjune!"

Treeett... treeeettt... treeeet...

Masih sama dan Jeno masih belum ingin menyerah, meski tidak ada tanda-tanda Renjune akan membukakan pintu.

Tit. Glegk.

"Renjune... " Jeno mendorong pintu itu melebar tapi yang ia lihat lorong itu kosong tanpa ada kesan jejak Renjune telah membukakan pintu.

"Renjune ... " flat kecil itu senyap. Jeno melesat melangkah ke kamar dan tak menemukan gadis itu disana. "Renjune ... "

Jeno mulai berpikir tidak-tidak, ia pergi ke bathroom, takut kalau Renjune bertindak konyol. Dan lagi-lagi sosok yang di cari tidak ada di sana.

"Renjune! Renjune!" Jeno keluar panik. Ia sudah menelusuri kamar itu. Tetapi renjune tak dapat di temui, lalu siapa yang membukakan pintu?

Seruan dari 30 menit lalu bukan tidak terdengar di telinga Renjune. Gadis itu mendengarnya jelas. Tapi yang ia lakukan sejak tadi terdiam di balkon kamarnya yang sengaja ia madamkan. Teriakan keras Jeno  di kamar itu pun masih tak di indahkan, Renjune hanya memaling sebentar dengan seringan kesal untuk laki-laki itu. Renjune sangat jengkel pada kepedulian  Jeno yang tak memiliki arti khusus padanya.

Jeno tergesah saat ingin meninggalkan kamar Renjune, tapi saat langkahnya di ambang pintu, ujung matanya melihat sileut satu sosok di kegelapan tepat hordeng hotel tertiup angin.

Jeno berbalik, berjalan ke balkon, langkahnya melambat ketika mata itu mendapati Renjune berdiri disana.

"Ren?"

SECRET TO SECRET Where stories live. Discover now