JEMBATAN KENANGAN

7 1 1
                                    

Dari kejauhan ia bergetar. Kaki yang ia gerakkan tidak mampu mengurangi risaunya. Tergambar dari rautnya betapa banyak kekhawatiran dan beban pikirannya. Rambut kusut, peluh berjatuhan, lengkap dengan napas yang tersengal tidak membuatnya ingin menghidrasi tubuhnya. Ketika engsel berderit, ia lantas berdiri.


***

Sebentar lagi azan subuh, namun ia tidak bisa tertidur. Istilahnya, insomnia. Setidaknya begitu yang ia tahu beberapa menit yang lalu setelah mengadukan keadaannya kepada mesin pencari. Jadwal tidurnya berantakan akibat manajemen waktu yang buruk. Ia selalu lelah pada siang hari namun bersemangat pada malam hari.

"Dah pantas lu jadi kampret," celetuk Fikri, salah satu teman sepe-nongkrongan-nya yang setelah itu ia abaikan.

Gadis bersurai coklat itu meneguk es kopinya dengan elegan. Ia telan cairan menyegarkan itu perlahan. Mereka lega jadwal kuliah hari ini telah usai lebih cepat dari yang diperkirakan, namun mereka punya makalah dan presentasi yang menuntut segera diselesaikan. Gadis itu sibuk mengetik sembari membolak-balik buku dan tesaurus, sedangkan Fikri hanya menatap gadis itu lekat-lekat. Entah apa yang lelaki itu pikirkan.

"Fikri, menurut lo. Budaya itu bisa hilang dari masyarakat itu kenapa?" Sementara yang dipanggil malah senyum-senyum. Lalu, gadis itu merengut dan memukul Fikri dengan tesaurus tebal miliknya.

"Aduh, sakit!"

"Bodo!"

"Oh iya, Annabelle. Katanya kemarin lagi maag, kok malah minum es kopi sih?" Pertanyaan Fikri sebenarnya bukan masalah bagi gadis itu. Hanya saja ia benci dengan kata ketiga.

"Kenapa? Nama itu cocok kok buat lo."

Air muka Anna berubah. Kerutan-kerutan itu menggambarkan terdapat emosi negatif. Bibir Anna pun perlahan tidak senyum lagi. Meski begitu, parasnya tetap indah di mata Fikri.

"Tenang aja. Gue dah minum obat maag tadi," jawab Anna tanpa menoleh ke Fikri. Lelaki itu sadar sudah membuat suasana hati Anna memburuk. Tiba-tiba Anna tutup layar komputer pribadinya.

"Lah, udah selesai aja? Pertanyaan budaya tadi gimana?" Tanya Fikri pura-pura kaget, padahal ia senang kalau makalahnya sudah selesai sehari sebelum penampilan.

"Enggak jadi."

Fikri pun menawarkan diri membantu Anna mencetak makalahnya. Anna mengiyakan lalu mengirim file itu ke telepon genggam Fikri. Ketika Fikri beranjak, Anna lantas menahannya.

"Kenapa, Anna?"

Anna terlihat kaget dengan perbuatannya sendiri. Ia tidak sengaja mengenggam pergelangan tangan Fikri. Anna yang terlanjur malu akhirnya melepas genggamannya dan membiarkan Fikri pulang.

Kejadian berhari-hari yang lalu itu masih segar di benak lelaki jangkung itu. Sungguh, ia tidak menyangka gadis pujaan hatinya mengenggam tangannya. Ah, sehari itu rasanya bagai berada di dunia telenovela. Meski Anna masih saja slow respons ketika chat  bersamanya. Berbulan-bulan Fikri telah menaksir Anna hingga bulan kemarin mereka dalam proses pendekatan. Masih banyak perjuangan Fikri jika ingin menjadi lelakinya Anna, namun ia tidak menyerah ditemani dengan buku 'Panduan Mendekati Wanita' peninggalan mendiang ayahnya.

Hanya saja, Fikri selalu maju mundur untuk mengutarakan perasaannya ke Anna. Bukan hanya masalah nyali tapi juga masalah keluarga Anna. Ia tahu betul Anna dibesarkan dengan lingkungan keluarga yang benar-benar tidak suportif. Meski Fikri ingin bertanggung jawab atas segala yang berkaitan dengan Anna. Tetap saja ia sangsi dengan ayah Anna yang impulsif.

Fikri tahu Anna mencintainya. Anna juga ingin diberi kepastian segera. Jauh-jauh hari sebenarnya Fikri telah menyiapkan berbagai hal untuk Anna. Kini, ia tengah berbincang dengan Anna via whatsapp. Anna meminta tolong untuk menemaninya kembali menjemput anti depresan di salah satu rumah sakit. Tanpa berpikir dua kali Fikri pun berangkat. Setelah itu mereka menghabiskan waktu dengan makan di salah satu restoran yang terjangkau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUMCERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang