Chika bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

*****

"Apa katamu? Tubuhku sekarang akan mengalami masa kritis?"

"Yeah, begitulah."

Bagaimana ini? Tak terbayangkan bagaimana perasaan Mama di situ.

Suara itu tertawa. "Hahaha.. sudah kuduga."

Aku menegakkan kepala, menatap ke atas. "Apa yang lucu?" di saat begini ia malah santai dan menertawakan orang.

"Biar kutanya sekali lagi. Mengapa kau melewati garis itu?"

"Karena sudah saatnya kan?," jawabku. Tak tahu kenapa, aku merasa.. ada sesuatu yang janggal dalam perkataan itu.

"Makanya kubilang jangan pergi. Toh, kau tak pernah sungguh-sungguh ingin melakukannya. Saat kutanya mengapa, kau hanya menjawab itu sebagai keharusan. Padahal, tak ada yang mengharuskanmu juga untuk pergi."

Kepalaku tertunduk kembali.

"Aku bisa mengembalikan keadaannya. Kau masih bisa hidup. Bagaimana?"

Tetap saja, aku...

"Aaah.. kenapa 'diriku' ini keras kepala sekali sih?!" keluhnya.

Eh, tunggu. Diriku?

"Padahal kalau orang lain diberi kesempatan seperti ini, mereka pasti tak akan menolak. Kau ini kenapa merepotkan sekali?!"

"Ah, itu.. aku minta maaf."

Dia tambah kesal. "Kenapa malah minta maaf? Aku jadi semakin membencimu, tau!"

Aku tertawa. Entahlah, ini terasa lucu bagiku.

"Baiklah. Ini tinggal kemauanmu saja. Kau ingin hidup kembali, atau mati dan merelakan semua?"

Tetap, aku ingin meninggalkan segalanya, tapi..

"Dengar ya. Aku ini paling benci dengan orang yang tak mengikuti kata hatinya. Memaksakan diri demi hal-hal tak guna." suaranya mengasar. "Juga.. jikalau kau memang memilih mati, ini satu pesanku."

"Jangan menyesal nantinya."

Lagi-lagi, kata-katanya serasa menusuk hati. Perasaan yang tetap saja tak bisa kupahami.

"Kalau begitu aku pergi. Panggil aku kalau kau berubah pikiran."

Hawanya tiba-tiba mendingin. Sepertinya suara aneh itu memang telah menghilang. Dan sekarang.. jalan apa yang akan kupilih? Melewati garis atau memanggilnya kembali? Haruskah aku kembali ke pelukan hangat mereka, atau membuang semuanya?

"Aku akan menjadi school idol!"

Ucapannya waktu itu.. sangatlah membuatku senang. Kalau bisa, aku tetap ingin selalu di sampingnya. Tapi...

"Syukurlah, Riko-chan baik-baik saja."

Setetes air jatuh, diikuti yang lainnya. Padahal, semua baik-baik saja. Bahkan setelah Iren-chan sadar pun, aku tetap bisa memahaminya. Tapi kenapa.. kenapa...? Kenapa... air mataku terus mengalir?

Aku beranjak bangun, mengusap mata. Tubuhku mendapat banyak kekuatan untuk melakukannya lagi. Tak ada gunanya seperti ini terus. Mau ditunda sampai kapan pun.. pada akhirnya setiap orang akan mengalaminya juga.

Baiklah, aku telah siap. Sekuat tenaga, aku berlari, menuju garis itu. Apapun itu, semua tetap harus berakhir!

-----

Perlahan mataku membuka. Putih, semua putih. Inikah alam akhir?

"Oi, bangun."

Deg! Suara menyebalkan ini.. rasanya... tak asing.

Beautiful Ship: Chika X YouWhere stories live. Discover now