SOROP

16.2K 179 17
                                    

pertama kali saya dengar cerita ini dari sebuah pesan Dm di twitter. seorang perempuan yg ingin bercerita tentang pengalamannya saat ia pertama kali bersentuhan dengan penghuni di dalam rumahnya. awalnya saya tidak tertarik, bagi saya sendiri setiap rumah pasti ada penghuninya.

namun saya tetap antusias untuk mendengarkan ceritanya, satu persatu kepingan ingatan yg pernah ia alami ia ketik dalam pesan pendek email dan saya baca satu persatu, masih belum tergugah dengan ceritanya hingga mata saya berhenti pada satu titik kalimat yg membuat saya tiba-tiba

-begitu tertarik.

satu kalimat yg seakan merubah presepsi saya pada sebuah cerita rumah berpenghuni yg klise karena apa yg akan kalian baca ini bukan sekedar cerita hantu melainkan sebuah cerita yg benar-benar akan menjadi salah satu cerita paling berkesan teruntuk saya sendiri.

"Sorop" itu adalah ketikan kalimat yg membuat saya tiba-tiba berpikir untuk menemuinya, berbicara langsung dengan kontributor saya dan di sini perstiwa itu akan saya ceritakan sedetail mungkin.

cerita tentang tenggelamnya matahari dan membangunkan mereka semua.

butuh waktu 5 jam untuk sampai ke kota kontributor saya, berbekal lokasi tempat kita berjanji yg tiba-tiba di batalkan karena beliau ingin saya melihat langsung rumahnya. saya tidak keberatan karena saya juga ingin melihat rumah yg akan saya ceritakan nanti.

sampailah saya di rumah itu. hal pertama yg saya rasakan tentang rumah itu tidak berbeda jauh seperti rumah kebanyakan hanya saja rumah ini memanjang di bandingkan meluas dengan tatanan pintu kamar di satu lorong panjang yg langsung menuju dapur.

saya duduk dan memandang kontributor saya. rumah ini hangat tidak sedingin yg dia ceritakan, dan ekspresi wajah kontributor saya hanya tersenyum sembari mengangguk sebelum ia berbicara pelan-sangat pelan nyaris membuat saya membungkuk untuk mendengarkan, "mereka di sana"

kontributor saya menunjuk satu pintu. benar saja, ada satu pintu yg terlihat menggelitik saya karena hanya pintu itu yg memiliki geligik seakan pernah di bakar sebelumnya. kayunya sudah rapuh namun di gembok dengan kuat.

"itu adalah kamar pak de yg saya ceritakan mas"

seketika bulukuduk saya berdiri, mungkin karena saya sudah mendengar cerita ini sebelumnya dari email yg kontributor saya kirim.

"pak de kamu yg itu" kata saya dan dia mengangguk.

saya mengangguk berusaha mengerti.

satu jam saya menunggu di rumah itu, berbicara dan bertanya banyak hal dan dia menjawabnya sesuai dengan email yg ia kirim, terbesit pertanyaan yg pasti keluar terlebih bila seseorang mengalami gangguan hingga sesinting itu.

"kenapa gak di jual?"

kontributor saya hanya menunduk. tepat setelah saya bertanya itu ia langsung menunduk seakan pertanyaan saya gak sepantasnya dipertanyakan tentu saja saya sendiri menyesal karena saya spontan dari rumah yg awalnya bagi saya biasa saja namun perlahan mampu membuat bulukudukberdiri

untungnya, perempuan lain yg saya tunggu datang. ia melihat saya dan setelah tahu siapa saya dia langsung duduk tanpa mengembalikan tasnya terlebih dahulu ke kamar, dia menatap saya ragu sebelum mulai mengatakan kepada saya bahwa cerita yg kakaknya ketik tentang rumah ini-

benar adanya.

semua itu di mulai saat "pak de saya meninggal"

"nak pulang ya, sudah lah maafkan pak de mu, semua keluarga sepakat, rumah ini hak kalian, daripada merantau begitu mending rumahmu ini di urus"

Isti nama perempuan itu, berbekal telephone di wartel setempat ia melirik kakaknya, Hanif.

Hanif menggeleng seakan menolak untuk kembali, apa yg menimpa keluarganya tepat setelah kematian orang tuanya tidak akan pernah ia lupakan terlebih perlakukan- dari keluarga ayahnya.

KISAH HOROR dari SIMPLEMAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang