Birthday Gifts [Alice Song]

931 1 0
                                    

· Alice Song

· Marcus Cho

· Jennifer


"Malam, salahkah aku mengagumi tanpa di cintai? Tak pantaskah aku mengindahkan angan dalam mimpiku? Walau sekedar ilusi saja? Bukankah cinta tiada batas pengenalnya? Lantas, mengapa cintaku tak ia kenali?"


This FanFiction is original by DSH


===== Happy Reading =====


Alice berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Berjalan dengan santai, sambil sesekali melemparkan senyum pada beberapa orang yang menyapanya. Alice adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di University of Greenwich, yang kebetulan menjadi pacar dari seorang dokter spesialis kanker sekaligus anak pemilik rumah sakit, di Cancer Royal Hospital. Dia memang sudah sering ke sini, sehingga membuat beberapa orang mengenalnya.

"Sore, Marc." Sapa Alice beberapa detik setelah dia membuka pintu. Bahkan orang yang di sapapun belum terlihat olehnya.

Dia mematung di tempatnya, saat dia melihat Marcus sedang bersama seseorang. Jennifer. Seorang wanita yang di jodohkan dengan Marcus.

"Apa aku mengganggu?" Tanya Alice sambil tersenyum.

"Oh, tidak. Aku hanya mampir sebentar." Ucap Jennifer ramah.

"Sore, sweetheart. Ada apa?" Tanya Marcus to the point.

"Tidak ada yang spesial. Hanya ingin mengajakmu makan malam. Kalau kau tidak sibuk." Ucap Alice sambil memasuki ruangan itu.

"Tentu saja. Tidak ada kata sibuk untukmu."

Alice hanya tersenyum menanggapinya. Dan Jennifer juga menahan tawanya.

"Kau mau ikut, Jen?" Tanya Alice.

"Oh tidak. Akan aneh kalau kita makan malam ber-tiga." Ucap Jennifer sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kalau begitu, aku duluan ya." Lanjutnya yang di balas anggukan oleh Alice dan Marcus.

Mereka bertiga memiliki hubungan yang rumit. Sangat rumit. Alice yang menyandang status kekasih Marcus, dan Jennifer adalah pilihan orang tua Marcus untuk menjadi menantu mereka. Jennifer tau Alice siapa, begitupun sebaliknya. Dan hubungan mereka, untuk sementara ini baik-baik saja.

Alice lalu duduk di kursi yang ada di sana. Sambil melihat wajah tampan Marcus yang sedang membulak balik berkas di hadapannya. Dengan kemeja yang di gulung sampai sikut, benar-benar mirip ayah yang sedang kerja.

"Kau mau menatapku sampai kapan. Wajahku terasa sudah bolong." Ucap Marcus tiba-tiba.

"Ah, ku pikir kau sedang fokus dan tidak akan menyadari tatapanku." Ucap Alice dan hanya di balas tawa kecil oleh Marcus.

"Mana mungkin aku tidak tau. Kau selalu menatapku seperti itu. Seakan tidak akan ada hari esok untuk menatapku." Ucap Marcus sambil tertawa.

"Karena memang waktu kita terbatas Marc." Ucap Alice membuat tawa Marcus terhenti dan mulai menatap Alice yang sedang menatapnya sambil tersenyum pahit.

"Aku bahkan tidak tau sampai kapan aku bisa menatap wajahmu." Lanjut Alice masih dengan senyumannya.

Marcus hanya bisa menatapnya. Tidak bisa membalas ucapannya dengan stok katanya yang banyak itu. Karena memang apa yang Alice katakan itu benar. Bukannya dia tidak mau memperjuangkan cintanya, dia sudah mencoba untuk memperjuangkan cintanya itu. Tapi, sikap keras kepala Marcus ternyata menurun dari orang tuanya. Dan dia tidak bisa melawan kedua orang tuanya itu. Dia lebih memilih orang tuanya daripada cintanya.

Special BirthdayWhere stories live. Discover now