[Chapter 1]

24 2 0
                                    

Zax Roguewell. Seorang remaja laki-laki tampan berumur tujuh belas tahun yang rambut hitamnya selalu melambai kemana-mana, apalagi saat bangun tidur. Bukan hanya satu kumpulan rambut yang mencuat berdiri, tapi bisa saja dua atau tiga. Terkadang rambutnya juga bisa rapih. Tingginya seratus enam puluh delapan centimeter, namun kulitnya yang berwarna cream lembut menjadi daya tarik bagi orang lain. Sikap cueknya selalu menjadi panah asmara bagi setiap wanita yang mengenalnya dan plus, raut wajahnya terlalu serius untuk babyface miliknya. Tipe orang simpel yang suka apa adanya. Jenis orang kaya yang suka segala hal sederhana sambil menjalani jalan hidupnya.

Zax adalah tipe yang juga gemar menonton film dan membaca komik dengan serial panjang. Kegemarannya untuk membaca komik sudah ada sejak ia menduduki bangku sekolah dasar, sampai bangku sekolah menengah atas yaitu sekarang. Pemuda yang lumayan cakep ini memiliki banyak sekali kelebihan yang seharusnya kebanyakan wanita miliki. Misalnya menjahit, berpakaian serapih mungkin dan belanja. Iya, belanja. Astaga, women sekali sih.

“Hei, Zax!” Mike menghampiri Zax yang sedang duduk melamun di kursi bagian belakang kelas, mata Zax tertuju pada situs belanja online di telepon genggamnya. Lagi-lagi Mike diacuhkan.

“Hey, kau pasti sedang menunggu pemberitahuan tentang terbitan komik aneh kesukaanmu itu kan?” Mike menarik salah satu kursi kosong di dekatnya dan duduk di dekat Zax, “Itu tidak aneh.” Zax berkata datar sambil terus melihat situs demi situs yang menampilkan bacaan favoritnya.

“Ah, ya ya. Kau memang penggila komik!” Mike terlihat bosan dengan Zax, namun ia tak ingin beranjak.

Zax mengenal Mike sejak pertama kali ia masuk SMA, mereka sama-sama telat dan Mike yang pertama kali mengenalkan dirinya kepada Zax yang kelihatan judes itu.

“Aku bukan penggila.” Jawab Zax lagi. Kelas terlihat begitu riuh karena para guru yang tak kunjung hadir, bisa dibilang murid-murid sekarang sedang merayakan freeclass yang sangat jarang terjadi ini. Ada yang berfoto, makan bersama, keluar kelas dan hal yang tidak penting lainnya.

Zax merasa menyesal telah masuk sekolah hari ini. Sebenarnya ia sedang dalam kondisi yang tidak fit dan kericuhan ini hanya membuat kepalanya semakin sakit. Seharusnya Zax sedang membaca komik di rumah sambil memakan makanan ringan sekarang.

‘Kenapa ini harus terjadi?’ Pikirnya galau.

Tak lama kemudian ada pemberitahuan yang sangat indah dari speaker sekolah bahwa hari ini akan pulang cepat dikarenakan guru rapat mendadak. Suasana kelas tambah ricuh dan terlihat seperti massa yang mengamuk.

‘Astaga, tolong kendalikan anak-anak yang brutal ini.’

Mereka mencoba keluar kelas dengan cara yang sangat ekstrem, seperti loncat keluar jendela, gendong-gendongan sambil loncat keluar jendela, ada pula yang menuruni anak tangga dengan cara duduk di pegangan tangga dan merosot turun. Baru begini saja sudah bahagia, apalagi diliburin satu tahun? Dibakar kali ini sekolah.

Zax bersyukur mendengar pengumuman itu, ia berinisiatif akan segera kembali pada rumahnya dan komiknya. Pemuda itu tetap diam sambil menuruni tangga sekolah ditemani oleh Mike. Sebenarnya Zax tidak keberatan akan keberadaan Mike, ia lumayan senang saat tahu masih ada satu manusia yang mau dekat dengannya dan menjadi temannya. Padahal Mike itu punya banyak sekali teman, bahkan kakak kelas tidak segan untuk mendatangi kelasnya hanya untuk sekadar menyapa Mike.

Zax dan Mike lumayan populer dikalangan para gadis, yang pasti mereka top, deh! Zax dengan wajah kalem serius yang kadang terlihat imut juga, Mike dengan senyum manisnya dan aura bersahabatnya. Siapa yang tidak jatuh cinta?

“Zax! Kau dengar tidak??” Mike mengeraskan suaranya saat sadar bahwa Zax melamun, tangan Mike menenteng skateboard berwarna abu-abu miliknya.

Every Now & ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang