"Iya, radang tenggorokan kata dokter."

"Gimana keadaannya Tan?"

"Kamu naik aja ke kamarnya gih. Dia ngga bakal mau turun. Chika manja banget kalo sakit, ngga mau ngapa-ngapain."

"Haha, emang boleh Tante?"

"Boleh kok, pintu kamarnya warna putih ya."

"Siap. Makasih Tante."

Dengan semangat 45, Jinan menaiki tangga menuju ke kamar Chika. Dan tak butuh waktu lama ia sampai di depan kamar Chika. Kemudian diketuknya pintu berwarna putih tersebut.

"Punteeenn gofuuudd.." ucap Jinan.

Di dalam kamar, Chika yang tengah rebahan sambil memainkan ponselnya tersebut sedikit kaget mendengar suara dari luar.

"Lah kok ada gofud nyampe dalem rumah deh? Ngaco banget." Gumam Chika. Ia lalu bangkit dari kasurnya untuk mengecek siapa sebenarnya yang mengetuk pintu kamarnya.

Pintu terbuka, yang pertama kali tertangkap oleh mata cokelat Chika adalah seorang gadis dengan senyum semanis es doger.

"Hai, eeehhh jangan ditutup dong.."
Jinan menahan pintu yang akan kembali ditutup oleh Chika.

"Mau apa kesini? Aku udah mau tidur. Sana kakak pulang." Jawab Chika masih berusaha menutup pintu.

"Sebentar aja Chika, mau ngomong."

"Ngga!"

Dengan sekuat tenaga Chika menutup pintu kamarnya hingga tak sengaja jari tangan Jinan terjepit.

Gubrak!

"Adawwww Chika jari aku putus ini."
Teriak Jinan sambil mengibaskan telapak tangannya menahan nyeri di jarinya.

Chika masih berada di balik pintu, ia meringis ketika mendengar teriakan tertahan Jinan. Pasti sakit rasanya.

"Chika, maaf ya. Bukan mau ngejauh. Kamu juga ngga punya salah apa-apa kok. Aku cuma lagi bingung aja kemarin. Jadi maaf ya." Ucap Jinan. Sedangkan Chika masih diam dibalik pintu.

"Yaudah deh. Aku pulang ya Chika. Cepat sembuh."

Lima menit setelah mendengar ucapan itu, Chika membuka pintu kamarnya karena ia mengira pasti Jinan sudah pulang.

"Cieeeeeee dibukain" seru seseorang ketika pintu terbuka. Jinan masih ada di sana ternyata.

"Nyebeliiinnnn" Batin Chika.

Chika menatap Jinan sedatar mungkin meskipun sebenarnya ia ingin tertawa juga.

"Maafin." Ucap Jinan lagi.

"Buat apa?" Tanya Chika.

"Udah buat kamu sakit."

"Aku sakit gara-gara minum es terus. Bukan karena kakak. PD banget."

Jinan terkekeh mendengar penuturan Chika. Chika ini mirip Devi, suka denial. Jinan yakin sebenarnya Chika senang dirinya ada di sini sekarang.

"Yaudah iya. Ini ngga mau diobatin, Chik?" Tanya Jinan sambil menunjukkan keempat jari tangan kanannya yang memerah karena terjepit tadi.

Chika terdiam, ia sedikit merasa bersalah. Coba Chika yang terjepit, pasti ia akan menangis.

"Salah sendiri! Sok ide pake kesini."

"Ya kan biar kamu senang."

"Biasa aja."

"Ah masaaaa?" Jinan menggoda Chika.

FairytalesWhere stories live. Discover now