BAB 7 : PINUS KERING

66 21 4
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Keterangan :
Tanda kutip satu (' ') untuk memulai Nisti yang sedang mengetik atau menyampaikan sesuatu dengan bahasa isyarat.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼





Menyiram tanaman adalah hobiku akhir-akhir ini. Ibu membawa banyak bunga kemarin, katanya dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membelinya. Selain bunga ibu juga membeli banyak sekali buah-buahan, aku tahu buah-buahan baik untuk tubuh. Tapi melihat ibu yang kalap saat berbelanja membuatku berpikir bahwa itu tidaklah sehat untuk keadaan kantung. 

Aku melanjutkan kegiatanku menyiram tanaman. Selain menyiram aku pun menyingkirkan hama-hama yang bisa saja menghambat tumbuh kembang tanamanku. Ada beberapa lembar daun yang menguning, sebagian lagi bahkan sudah berjatuhan dengan pasrah. Tapi entah kenapa semua itu selalu bersamaan dengan munculnya kehidupan baru disana. Kamu benar, Kistain. Mereka tidak layu, melainkan memulai sebuah kehidupan baru. Dengan kisah baru dan juga tempat baru.

Sama seperti waktuku yang begitu mudah berlalu, akan tetapi tidak dengan kenangan dan perasaan yang belum berlalu.

***

Posted by Penasunyi

Manusia hanya bisa merencanakan, tapi tidak dengan menentukan sesuatu akan terwujud atau tidak dengan pasti. Kata-kata mutiara itulah yang sedang susah payah aku sampaikan pada sahabatku, Rita.

Waktu itu adalah hari pengumuman SBMPTN. Kami -Aku, Kistain dan Rita menjadi beberapa dari mereka yang menanti-nanti sebuah kabar penting saat itu.

Rita yang tidak ingin membuka pengumuman sendiri akhirnya mengajak aku dan Kistain untuk menemaninya membuka hasil.

Sore itu aku dan Kistain baru saja pulang dari taman baca. Aku habis menemani Kistain yang katanya ingin mencari series komik kesukaannya disana. Untung saja tidak ketemu. Karena jika ketemu, aku yakin tidak akan pulang secepat ini.

Rita menungguku di depan pintu gerbang rumahku. Lengkap dengan ponsel ditangan kirinya dan sepasang cengiran antusias dibibirnya.

"Lho, bukannya ini teman Nisti?" Tanya Kistain.

Aku baru sadar kalau Kistain belum pulang dan masih setia mengekoriku dari belakang.

"Iya. Kamu cucuknya Pak Danu kan?"

"Bukan, aku cucuk Kakekku." Jawab Kistain sekonyong-konyong.

Rita mengulurkan tangan kanannya, mengajak Kistain bersalaman sebagai tanda perkenalan resmi. "Rita Yudia."

"Kistain Mahendra."

Kami terdiam beberapa detik. Setelah perkenalan lalu apa?

Tentu saja maksud kedatangan Rita. Harusnya Rita segera menjelaskan, tapi sore itu Rita hanya sibuk menggulung lengan baju panjang nya yang menutupi jari sambil tersenyum tipis.

Aku rasa cukup tipis.

Aku memegang pundaknya, masih dengan tatapan bertanya.

"Oh iya. Aku datang kesini untuk mengajakmu melihat hasil SBMPTN bersama-sama. Aku terlalu tegang untuk melihatnya sendiri."

"Aku?" Kistain menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.

"Iya, kamu juga." Kata Rita.

AMORPHOUSМесто, где живут истории. Откройте их для себя