20. Queen Sweta

Mulai dari awal
                                    

Keesokannya lipstik merah telah teroles rapi dibibir palm-nya, high heel dan pakaian berwarna senada. Mungkin karena pria itu menyukai warna darah, terlibat kasmaran dengan orang seperti itu memang menyeramkan. Clara menyetir dengan kecepatan sedang, begitu banyak prosedur yang harus dipatuhinya. Namun akhirnya kakinya telah berada didepan pintu isolasi bersama satu petugas yang mendampinginya. Nafasnya menjadi memburu, pria didalam sana itu menunduk dan sedikit terkejut melihatnya.

"Pergilah, dia tak akan menyakiti ku. Kau bisa menunggu didepan pintu." Sang petugas pun patuh dan berlalu.

Clara memfokuskan diri pada seseorang didepannya. Walau ini masih pagi tapi ruangan ini sangat gelap dan pengap. Tak ada ventilasi, membiarkan debu berterbangan di areanya saja.

"Clara? Apa yang membawa mu kemari?" Tanya Ethan. Suara yang ia rindukan itu kembali terdengar. Clara tak menjawab hanya sibuk melihat wajah yang telah tiga minggu tak dilihatnya.

"Ada sesuatu yang terjadi?"
Mimik Clara berubah sendu. Ethan mengeraskan rahangnya. "Apa ada yang menyakiti mu?"

"Ya, aku merasa sangat disakiti." Air matanya tumpah.

"Shitt." Ethan memukul sel. Tubuhnya tegang begitu Clara menarik bajunya mendekat.

"Jadi jika kau bebas kau tak akan menyakiti ku?"

"Huh?" Ethan kurang mengerti.

Clara mengulum bibirnya, ia gugup.
"Kalau aku mengatakan aku mencintai mu kau akan menertawakan ku?" Clara balik bertanya.
Giliran Ethan yang bungkam entah apa yang ia pikirkan. Clara mengalihkan bola matanya ke sembarang arah. Melepaskan tangannya dan memukul pelan pundak Ethan.

"Dia akan bertanya kemana sumpah ku yang menggebu untuk tidak pernah mencintainya. Aku bodoh, dan ini membuat ku malu." Raung Clara dalam hati mendapati Ethan hanya terdiam.

Ethan menyeringai. "Aku ingin menghancurkan sel ini agar aku bisa mencium bibir nakal mu itu."

Reflek Clara menyentuh bibirnya sendiri. "Apa maksud mu?"

"Jika kau mencintai ku katakan saja mencintai ku tak usah bertele-tele dan membuat ku berfikir. Aku suka pernyataan langsung dalam satu kalimat yaitu 'l love you' sekali pun kau berbohong."

"Berbohong?"

"Itu, kau tadi mengulum bibir mu."

"Yak, kau-"

"Aku memang sering mengulum bibir ku saat berbohong, tapi dari mana kau tahu itu?"

"Astaga aku mencari tahu tentang diri mu berpuluh-puluh tahun lamanya. Punya tahi lalat kecil dibagian perut dan paha, juga kegelian jika disentuh bagian leher apa yang tidak ku tahu dari mu huh?"

Clara melongo mendengarnya. Apa dipenjara membuat Ethan se bar-bar ini.

"Berada disini membuat mu mesum?"

Ethan menyeringai " Jadi katakan apa maksud mu kemari. Aku cukup bahagia mendengar itu dari mu walau kau berbohong."

Clara menghentakkan kakinya. "Aku tidak berbohong. Aku mengulum bibir ku karena gugup, l love you." Ucap Clara rendah, sangat rendah seperti sebuah bisikan di akhir kalimat.

Ethan tersenyum, terdiam sejenak. "Jangan pernah mengulum bibir mu lagi aku terangsang untuk menciumnya." Pipi Clara memerah padam.

"Aku akan membebaskan mu."

Ethan menggeleng, " Tidak! Kau tidak bisa. Daddy mu yang bisa mencabut laporannya karena dia yang membuat laporan." Daddy nya bahkan memenjarakan Ethan di penjara khusus. Tak ada yang tahu, dan begitu tersembunyi.

"Pulanglah. Kau pasti sibuk. Jalani kesibukan mu tanpa gangguan ku selagi ada kesempatan."

"Bagaimana bisa kau menyuruh ku pulang saat aku mengungkapkan perasaan ku."

"Aku akan selalu bersama mu." Perkataan yang sama dengan yang Ethan ucapkan terakhir kali.

"Dengan pulang kau sudah membebaskan ku Sayang." Ucap Ethan dalam hati.

Clara masih harus ke kantor, sebelum pergi ia sempat melihat lebam di pipi pria itu tak terlalu jelas karena penerangan yang kurang. Entah apa yang dilakukan daddy nya bersamanya.

*

"Steve apa aku terlambat?"

"Tidak, apa perlu aku menunggu mu shooting. Tidak boleh terjadi sesuatu pada mu sebelum hari H."

"Astaga kau berlebihan." Entahlah Clara hanya ingin Ethan yang menunggunya shooting.

" Jadwal mu berbenturan. Selesaikan dulu dan katakan pada sutradaranya. Aku akan menetapkan launchingnya tepat di libur shooting mu."

"Baiklah."

Clara segera berangkat ke lokasi shooting. Semuanya berjalan lancar tak terasa matahari telah mau bersembunyi lagi dan dia baru saja membuka pintu mansionnya. Clara terkejut melihat daddy dan mommy nya duduk, memandanginya dengan tatapan yang tidak dapat di mengerti.
Clara menoleh ke belakang, ia menutup mulutnya sendiri. Itu Ethan,

Flashback

"Aku pria, aku tidak suka bahwa hati ku masih mempercayai mu. Cara mu memandang Clara aku tahu itu tulus." Alex baru saja selesai dengan kegiatannya memukuli Ethan sedang pria itu diam saja.

Dia memang salah, dia tak akan melawan asal setelah ini Alex tidak mengganggu hubungannya dengan putrinya.

"Jadi aku akan memberi satu kesempatan. Jika Clara sendiri yang ingin kau bebas maka kau akan ku bebaskan."

Ethan mengeluarkan smirknya.Itu terdengar mustahil bagi Ethan mengingat ia tahu Clara terpaksa menerima kehadirannya.

Tapi untuk sementara Ethan akan membuat semuanya mengalir apa adanya. Untuk menghargai kepercayaan Alex. Bukan Ethan namanya jika ia tak memiliki rencana bahkan dia sangat mudah untuk bebas kapan pun dia mau. Yang harus digaris bawahi dia tidak akan pernah melepas gadisnya selamanya.

Flashback off

Clara membuka pintu, menghentikan obrolan pentingnya dengan orang tuanya dan Ethan.

Mike menyodorkan tas pada Clara
" Itu baju musim panas, extra mahal dan ku pastikan nyaman tuk kau pakai." Mike tersenyum kelinci, dasarnya memang dia pria yang riang.

"Ah terimakasih."

"Aku telat memberikannya karena terhambat. Kau baru pulang? Aku masuk sebentar ya."

"Ah lain kali saja, aku lelah ingin beristirahat."

"Sebentar saja, Clara. Aku merindukan mu."

Belum sempat Clara mencegah, Mike telah mendorong pelan tubuhnya untuk masuk. Langkahnya tercekat, cerianya hilang begitu saja saat melihat wajah orang yang membuatnya emosi.

"Bajingan apa yang kau lakukan disini huh?"

Nancy dan Alex memegangi Mike yang lost control menyerang Ethan.

"Ini sudah malam jangan membuat keributan di rumah ku."

"Mengapa uncle membebaskannya dari penjara?" Teriak Mike.

"Wow ada berapa mata-mata yang kau tugas kan untuk memata-matai ku." Alex memang tidak memberi tahu orang lain selain Clara dan Nancy. "Apa kau memasang kamera tersembunyi?"

"Berhentilah berbicara omong kosong. Kau seharusnya tidak hanya mencebloskannya ke penjara, tapi juga membunuhnya. Dia bahkan begitu licik dan membuat ku masuk rumah sakit. Aku tidak yakin dia tidak kasar pada Clara."

"Aku yang meminta dia dibebaskan."

Mata Mike membulat. "Apa kau gila Clara. Ku rasa kau harus pergi ke psikolog untuk menyembuhkan syndrom stockholm mu."

Syndrom stockholm? Adalah ketertarikan korban penculikan kepada si penculik. Astaga itu terdengar menggelikan ditelinga Clara.

"Kami sedang berdiskusi. Pergilah." Tegas Alex. Jika sudah begini Mike hanya mampu mengepalkan tangannya. Akan menjadi tidak menyenangkan jika Alex tidak menyukainya itu bisa berdampak pada hubungannya dengan Clara. Mike pergi dengan amarah meliputinya.

#TBC

Wanna Die (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang