Sampai ia merasakan sebuah ikatan sihir dalam tubuhnya. Dan ia tahu, kesalahan lampau yang ia perbuat bersama Greengrass muda telah berbuah menjadi suatu kehidupan yang harus diperjuangkan.

Namun ia masih meragukan hal itu, sampai peri rumah keluarga Greengrass memeberi kabar kelahiran seoang anak laki-laki. Anaknya.

Saat itu ia tengah bersandar putus asa di dinding batu kotor Azkaban. Ia sudah menyerah. Hanya menunggu Auror membawanya kepada kematian. Sudah tidak ada lagi yang perlu di perjuangkan. Ia berpikir seperti itu, sampai Winty, peri rumah itu memberi kabar tersebut. Dan akhirnya ia punya alasan untuk bertahan hidup, Untuk kembali berjuang.

Hatinya mengepal sakit saat mengingat orangtuanya sudah meninggal. Tapi tidak apa-apa, ia masih punya bayi ini sebagai harta berharganya.

Draco tidak memberi nama anak itu, karena jika ia memberi nama, itu sama dengan menyerahkan anaknya pada malaikat maut. Namanya akan langsung terdaftar di masyarakat dunia sihir secara hukum sihir. Jadi terpaksa ia belum menamainya, walaupun ada nama yang ingin ia berikan jika waktunya sudah tiba.

Draco meletakan anaknya di tempat tidur ukuran sedang. Ia bersyukur masih memiliki tempat tinggal yang aman walau tak selamanya aman.

Ini merupakan rumah masa kecil ayah babtisnya. Tidak ada satupun yang tahu letaknya kecuali keluarga Malfoy dan pamannya sendiri. Rumah ini kecil dan suram, tidak terkejud mengingat siapa pemiliknya. Tapi setidaknya ia bisa memberikan kehangat rumah untuk bayi kecilnya.

Draco tahu, ia sedang dalam pencarian. Dan dia tidak bisa lama tinggal di sini. Tak menunggu lama sampai Auror menemukan dia dan bayinya.

Ia berpikir untuk berapparate ke dalam Malfoy Manor, namun terlalu beresiko mengingat pasti istana megahnya itu di kelilingi belasan Auror. Mereka pasti akan menyadari ada seseorang di dalam sana. Mungkin Ia akan membuat rencana kemana selanjutnya ia pergi. Ia tahu, nyawanya sedang di ujung tebing kematian jika ia sampai ditemukan Auror.

Namun ia akan berkorban apa saja untuk keselamatan anaknya. Ia tidak tahu sampai kapan ia dalam pelarian seperti ini. Ia juga tidak yakin kapan berakhirnya. Tapi yang ia pastikan, Trah Malfoy tidak boleh berakhir sampai di sini.

Tapi untuk hari ini, ia akan beristirahat sejenak dari kekejam yang ada. Ia merebahkan tubuhnya di samping bayi itu dan menutup matanya mencoba melupakan segala kesakitan di dalam dirinya.

《◇◇◇》

Hermione duduk di ruang tengah rumahnya dengan sebotol anggur. Ia tidak biasa untuk mabuk, tapi untuk kali ini ia membutuhkan sesuatu yang bisa mengalihkannya dari rasa kehilangan yang menyakitkan.

Lampu ruangan itu ia padamkan, hanya ada cahanya perapian yang berderak membentuk harmoni menenangkan.

Ia kembali menyesap anggur dari gelasnya. Hermione merasa kosong, merasa sepi, merasa sendiri.

Saat di The Burrow, ia kira akan merasakan kehadiran seseorang dari para sahabatnya, ternyata tidak. Jika dulu tidak akan kesepian jika berasama sahabatnya, tidak kali ini. Kehadiran Harry dan Ron tidak cukup membuatnya merasa ditemani.

Suara pintu terbuka membuat ia tersentak dari lamunannya. Namun ia tidak ada keinginan untuk bergerak. Ia kembali melanjutkan keheningannya sendiri.

"Merlin, Mione. Kau seperti ditelan kegelapan." Ron berseru melambaikan tongkatnya dan lampu menyala.

Harry, dan Kepala Auror Oliver Wood memasuki ruang tengah di mana Hermione berada.

Harry dan Ron mengambil tempat duduk di sebelah Hermione, sedang Oliver Wood duduk di sofa sebrang mereka.

"Ms. Granger, Malfoy terlihat di Spinner's End. Kami tidak tahu apa yang dilakukannya di sana. Kami masih menunggu informasi yang lebih jelas, dan setelah itu baru kami akan menyergapnya." Jelas Oliver Wood. "Kami belum menemukan pasti di mana tepatnya ia berada, tapi kami kami akan segera mendapatkannya agar ia menerima hukuman yang setimpal."

"Aku akan ikut." Hermione menyatakan datar. Matanya masih menatap kosong ke arah gelas anggur di tangannya.

"Hermione, aku tak mengizinkanmu. Ku pikir kau masih butuh waktu untuk dirimu sendiri, biar Malfoy jadi urusan kami." Ujar Harry.

"Tidak ada yang minta izinmu, Harry." Hermione bangkit dari duduknya. "Aku akan tidur." Setelah mengucapkan itu, Hermione bergegas menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Ia memasuki kamar dan menutup pintunya. Hermione duduk di tepi jendela kamarnya. Matanya menatap kegelapan malam di luar sana.

"Spinner's End?" Hermione mendengus dengan benci.

"Bersembunyi di lubang tikuspun aku akan menemukannu, Malfoy."

TBC

DRAMIONE : DON'T HURT MY DEATH EATERWhere stories live. Discover now