part 4

223 10 0
                                    

#Dibuang_Seperti_Sampah
#part_4

"Gila kamu mas!!!" Teriakku berusaha bangkit dari kasur. Tapi mas Zaka dengan cepat menindih tubuhku.

"Aku berhak melakukan apa saja terhadap kamu Sha! Aku ini masih suami sahmu!" jawabnya sambil berusaha menciumku.

"Mba Cici! Tolong mba!!!" Teriakku sambil terus berusaha lepas dari cengkraman mas Zaka.

"Bener-bener gak waras kamu mas!!!" Bentakku.

Dengan sigap, mas Zaka langsung memegang kedua tanganku dengan menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya berusaha membekap mulutku. Belum sempurna mas Zaka membekap mulutku, aku langsung menggigit telapak tangannya.

"Aduh! perempuan sial!."

Ketika mas Zaka lengah, secepat mungkin aku bangkit menuju pintu, belum sampai aku memegang handel pintu, lagi-lagi mas Zaka menarikku.

"Mba Cici... Tolong aku mba!!!"  Teriakku berusaha memanggil mba Cici.

Lagi-lagi bagai kesetanan, mas Zaka mendorongku hingga aku terjatuh.

"Bu...ibu..." Teriak mba Cici dari luar sambil menggedor-gedor pintu.

Dapat kulihat raut wajah mas Zaka berubah menjadi panik, terlebih ku dengar mba Cici berteriak keluar meminta bantuan warga sekitar.

"Istighfar mas..." Tangisku lirih.

Mas Zaka mengusap wajahnya kasar.

"Arrghh! Maaf Sha... Mas menyesal, mas nggak mau pisah sama kamu." ucapnya sambil bersimpuh di kakiku. Aku mundur perlahan begitu mas Zaka menyentuh kakiku.

Begitu warga berhasil mendobrak pintu, mba Cici langsung masuk ke kamar dan memelukku.  Seakan bisa merasakan kepedihanku, Azka ikut menangis di pelukanku.

Para warga yang emosi langsung membawa paksa mas Zaka keluar. Aku tidak peduli, apa yang akan  mereka lakukan terhadap mas Zaka. Aku hanya berharap, mas Zaka dipukul habis-habisan saat itu.

***

Bagai tak punya malu, beberapa hari kemudian, mas Zaka masih berani datang ke rumahku. Dan kali ini dia justru datang bersama ibunya.

Aku yang baru pulang dari kantor langsung berlari menghampiri mereka, karena kulihat mereka berusaha membawa Azka. Mba Cici yang melihatku, langsung menghampiriku.

"Bu, Azka bu... Mau di bawa sama bapak." Ucapnya panik. "Tetangga nggak ada yang berani ikut campur bu, karena bapak bilang masih suami sah ibu" lanjutnya sambil menangis.

"Mas!" Teriakku. "Nggak kasian kamu liat Azka nangis kaya begini?" Tanyaku sambil menunjuk ke Azka yang sedang menangis.

Aku langsung merebut Azka yang saat itu di gendong ibu. Tetapi ibu menahan dengan memegang kaki Azka. Sontak aku langsung memukul tangan ibu. Setelah ibu melepaskan kaki Azka, aku langsung memberikan Azka ke mba Cici, agar segera di bawa masuk ke dalam rumah.

"Aisha, jangan kurang ajar kamu sama ibu!"

"Mas, pernah aku kasar sama ibu? Pernah aku ngelawan ibu? Nggak pernah mas!" Habis sudah kesabaranku.

Mas Zaka dan ibu saling berpandangan, mungkin mereka kaget melihatku berani marah-marah.

"Gak usah basa-basi! Ngapain kalian ke sini?. Belom kapok kamu mas kemarin dipukulin warga?" Tanyaku sinis menatap mas Zaka. Masih dapat kulihat jelas bekas memar di wajah mas Zaka.

Mas Zaka hanya diam menunduk, tapi tidak dengan ibu.

"Jangan kurang ajar kamu Aisha, Zaka ini masih suami kamu!"

"Sebentar lagi bukan bu." Jawabku santai.

"Kalau kamu mau cerai sama Zaka, kembalikan dulu mas kawin yang pernah Zaka berikan ke kamu!."

Astaghfirullah... Sungguh terlalu!

"Tapi aku gak mau pisah sama Aisha bu, aku cinta sama Aisha" Ucap mas Zaka tiba-tiba.

"Kamu jadi anak laki jangan lembek Zaka! Kamu bisa dapat yang lebih baik dari Aisha."

"Sudah bu, kita pulang saja," pinta mas Zaka.

"Sebentar, ibu mau minta hak kamu sama perempuan nggak tau di untung ini!" Jawabnya sambil menunjuk mukaku.

Tadinya aku hampir tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan mas Zaka, tetapi begitu mendengar perkataan ibu, emosiku langsung meledak!.

"Besok aku kembalikan! Tapi ibu juga harus mengembalikan semua uangku,   termasuk uang yang dipinjam mba Ima dan mba Ika! Jangan lupa bu, barang-barangku yang mereka ambil!." Ucapku sambil berlalu masuk ke rumah dan membanting pintu.

Ku kira, aku sudah di buang bagaikan sampah. Ternyata aku salah, mungkin menurut mas Zaka dan keluarganya, aku sampah yang masih bisa di daur ulang, dan akan dibuang jika benar-benar tidak dapat terpakai lagi.

Dasar manusia tidak tahu malu! Rasanya aku sudah tidak sabar untuk resmi berpisah dengan mas Zaka.



























Dibuang Seperti SampahWhere stories live. Discover now