Memang tadi seusai belajar Devi meninggalkan ponselnya di meja belajar, sedangkan dirinya di balkon. Sang kakak juga memberi tahu jika Jinan mengirim pesan, tapi Devi malah menyuruh sang kakak saja untuk membalas.

"Pasti kamu sekarang lagi bilang, good night Devi. Jangan mimpi indah, mimpiin Jinan aja. Iya kan kak? Pasti iya." Gumam Devi.

"Kalo iya yaudah good night too, jangan mimpi indah. Mimpiin Devi aja." Lanjutnya.

Ia lalu beranjak dari balkon dan menuju kamarnya bersiap untuk tidur.

***

Selesai dengan acara kuliah onlinenya, Devi langsung rebahan di sofa ruang keluarga sambil menonton tv. Devi mulai gabut. Sejak ada pandemi, aktivitas Devi hanyalah mengikuti online class, makan, rebahan, dan begitu seterusnya.

Sedang anteng menonton Upin Ipin, Devi dikejutkan oleh sang Mama yang tiba-tiba telah berdiri di hadapannya.

"Dek, itu bebeknya udah kamu kasih makan? Udah sore loh ini. Apa Mama potong aja, terus digoreng." Ucap sang Mama menatap dirinya.

"Eettt ya jangan dong, Ma. Masa mau dipotong, kan dia masih muda. Masa depannya masih panjang." Balas Devi.

"Yaudah sana kasih makan. Tadi pagi udah sempet ditangkap sama Papa kamu. Mau dipotong."

"Jangan laah. Iya-iya ini mau Devi kasih makan kok." Devi segera bangkit dari sofa dan langsung menuju halaman belakang rumahnya.

Ia lalu mengambil makanan bebek dari karung dan meletakkannya di wadah. Tak lupa juga mengambil air untuk bebek itu minum.

"Halo jiban, laper ya? Maapin, Devi baru selesai kuliah. Nih makan." Ucap Devi sambil meletakkan wadah makan dan minum di kandang bebek peliharaannya. Ya Devi memelihara bebek, tapi hanya seekor.

"Haha, udah cocok banget kamu dek ternak bebek." Ledek Dea dari arah dapur.

"Hihi, idih cicik bingit kimi dik tirnik bibik." Balas Devi menatap sebal ke arah sang kakak.

"Jual aja udah, atau engga dipotong."

"Gaboleh!!"

"Dasar bucin."

"Biarin!"

Dea hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang adik yang kelewat bucin. Ya Devi bucin, tapi bukan dengan bebek. Melainkan dengan pemilik asli bebek yang kini ia pelihara.

Flashback on

"Depiii... Depichuu.."

"Apasih kak!"

"Boleh yaa? Yaaa?"

"Ngga!"

"Tapi lucu Dev."

"Jinan Safa Safira!"

"Apa Devi Ranita Safira?"

Dua orang gadis terlihat tengah terlibat dalam perdebatan sengit di salah satu pasar tradisional kota Denpasar. Yang satu menatap sang lawan bicara dengan tatapan tajam, dan yang satu menatap dengan puppy eyes nya. Ya, mereka berdua Devi dan Jinan.

FairytalesWhere stories live. Discover now