Salah Sasaran

Magsimula sa umpisa
                                    

Sesampainya dipintu atap. Amane langsung menutup pintu itu. Mereka berdua dengan cepat menaiki bagian atas yang biasa digunakan untuk menaruh tower pemancar. (Bahaya gais jangan ditiru). Mereka berdua memposisikan dirinya tiarap.

Tempat ini sangat berguna untuk bersembunyi karena dari bawah tidak tampak.

"Tsukasa mereka itu siapa? Lalu kenapa pipi mu itu agak bengkak sebelum aku cubit tadi." Tanya Amane berturut-turut sambil berbisik sepelan mungkin.

"Sepertinya mereka anak SMA Amane. Tadi saat aku mau kelas Amane aku melihat mereka menunggu aku keluar, lantas aku dikejar mereka hingga belakang sekolah. Sepanjang jalan di berteriak 'tunggu kau Yugi Amane sialan'. Kayanya mereka salah sasaran."

"Mereka menyerang aku bersamaan dan aku terus menghidar. Mereka berhasil menojok pipi ku saat aku lengah melihat Amane lewat berjalan menuju kantin. Tentu saja aku balas menonjok mereka. Mungkin didalam mulutnya itu terluka, aku sempat melihat darah keluar dari mulutnya." Terang Tsukasa panjang kali lebar.

"Oh gitu." Dijawab dengan singkat oleh kakaknya.

"Bertarung boleh untuk menjaga diri. Asal kamu bisa menahan emosi mu itu Tsukasa." Ucap Amane sambil menepuk-nepuk kepala adiknya itu.

"Haik Amane~" Jawabannya Tsukasa senang.

Lalu orang yang mengikuti mereka memasuki atap. Orang itu berjumlah 2 orang laki laki dari lengan bet sekolah bertanda anak kelas 11. Mereka menengok kanan kiri sepi tidak ada orang.

"Sial kemana kedua bocah itu. Kamu yakin mereka berjalan kesini? " Ucap salah satunya

"Aku yakin sekali melihat mereka memasuki atap ini." Tegas satunya.

"Dia telah melakukan hal buruk tapi mereka tidak sadar." Geram orang pertama.

"Mereka harus menerima akibat." Sahut orang kedua.

"Ya lain kali, aku tidak akan melepaskan mu Yugi Amane." Ucap orang pertama sambil berjalan keluar atap.

Amane sedikit bergetar. "T-tsukasa memangnya aku punya salah apa?" Tanyanya takut.

Tsukasa mengegam tangan Amane yang terasa dingin. "Amane tenang saja. Tsukasa selalu melindungi Amane." Sambil tersenyum.

Amane menganggukan kepala sambil mengegam tangan Tsukasa kuat. "Kamu ga boleh lepas kendali, ingat itu. "

"Whehe aku ga janji Amane." Kekehnya membuat genggaman tangan Amane menguat membuatnya kesakitan.

"Ampun Amane, iya iya aku janji ga berlebihan." Tsukasa meminta ampun dengan muka memelas.

"Hah, aku ga mau kejadian dulu terulang lagi." Ucap Amane menghela nafas.

"Ga akan kok. Aku kan sudah berjanji ke Amane ga akan seperti itu lagi." Ucap Tsukasa sambil tersenyum lebar.

"Nah gitu dong." Kata Amane sambil tersenyum menepuk-nepuk kepala Tsukasa pelan.

'Gomen nee Amane. Aku ga janji bakal tahan emosi bila liat Amane disakiti lagi.' batin TsukasaTsukasa sambil tersenyum kecil.

🍬🍬🍬

Selama pelajaran Matematika Amane sama sekali tidak mendengar kan yang diajarkan gurunya. Toh dia sudah paham pelajaran yang diajar gurunya itu.

(Wadidaw anak pinter mah beda!)

Matanya menatap keluar jendela memikirkan kejadian siang tadi. Semakin lama memikirkannya Amane semakin tidak paham kenapa dirinya dicari hingga seperti itu.

'Perasaan ku tidak berbuat macam macam deh. Apa aku melakukan sesuatu tanpa sadar membuat orang itu dendam kepada ku?' pikir Amane.

'Tapi aku melakukan apa hingga di cari seperti itu. Aku yakin saat pulang sekolah mereka akan melakukan hal itu lagi. Dan aku yakin kakak kelas itu salah orang lagi.' lanjut sweetdrop.

Another World : Hanako kun FanfictTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon