Month Later

366 31 1
                                    

soooo... ini adalah kelanjutan dari Decade yaaa :)


...


Beam menatap ragu cermin besar di depannya. Menatap pantulan dirinya sendiri di depan sana dengan perasaan tidak menentu. Rambutnya ditata rapi sedemikian rupa, wajahnya dibubuhi make up sangaaat tipis dengan bibir berpoles lipbalm pink muda. Tubuhnya berbalut tuxedo hitam mahal.

Tuxedo yang bahkan baru ia lihat tadi pagi saat Kit menariknya paksa untuk masuk ke dalam ruangan yang sudah terdapat meja rias lengkap dengan pakaian yang ada di tubuhnya sekarang.

Pintu ruangannya terbuka, menampilkan Phana yang berbalut jas abu tua. Tinggi, tampan dan menawan.

" Beam? " Phana menutup kembali pintu ruangannya, menatap tubuhnya yang masih berdiri mematung di depan cermin dari atas ke bawah.

" Kit serius waktu bilang bakal bikin lo pakai make up gimanapun caranya. You look great " Phana menepuk kepala Beam sekali sebelum membetulkan dasi merah maroon yang Beam kenakan.

Beam berdiri menghadap Phana. Menatap sahabatnya itu lekat-lekat.

Ia ragu.

" kenapa? " tanya Phana. Melihat bagaimana Beam menatap matanya dalam, terlihat hampir menangis. Andai hari ini bukan hari besar Phana sudah pasti akan mengejeknya habis-habisan.

Tapi Phana paham, jika saja ia yang berada di posisi Beam maka ia pasti akan merasakan hal yang sama.

" lo yakin? "

" apa? " Phana mengerti. Tapi ia ingin Beam menyampaikannya sendiri. Selama sebulan ini Phana tidak pernah melihat Beam menyampaikan apapun yang dirasakannya.

" semua ini? Lo yakin? "

" cuma lo yang bisa jawab Beam. Selama sebulan ini, apa lo nolak? " Beam menggeleng. Ia sendiri bingung.

Semuanya terlampau cepat.

Bagaimana satu bulan yang lalu ia bertemu dengan Forth setelah selama 10 tahun tidak pernah bertemu.

Sekalipun tidak pernah.

Seminggu setelah itu ibunya menelepon dan mengatakan bahwa keluarga Jamornhum datang ke rumahnya untuk melamar Beam. Tanpa ada satupun yang memberi tahu Beam apa yang sebenarnya mereka rencanakan.

Sehari setelah telepon sang ibu, Forth datang menemuinya di rumah sakit Khongtanin, tempat ia bekerja. Menyampaikan bahwa mereka akan menikah 3 minggu selanjutnya dan si serigala teknik itu tidak menerima penolakan, pun meminta persetujuan Beam.

Ia sudah menyiapkan semua keperluannya.

Gedung.

Makanan.

Pakaian.

Undangan.

Bahkan cincin pernikahan.

Beam terlalu bingung untuk menolak semuanya.

Hingga akhirnya hari ini. Dia berdiri sendirian di depan cermin, menatap pantulan dirinya takut.

Takut akan semua yang terjadi nanti.

" hey, Beam " Beam hampir mendapatkan serangan panik lagi namun suara Phana mengalihkan perhatiannya. Dapat Beam rasakan nafas panjang yang ia hembuskan menunjukan bagaimana ia sempat menahan nafasnya.

Beam menatap sebentar tangan Phana yang ada di depannya, terulur padanya.

" yok, Forth udah nungguin dari tadi " Phana yang tidak ingin membuang lebih banyak waktu memilih mengambil tangan Beam. Menggenggamnya menuju keluar ruangan.

Our StoriesWhere stories live. Discover now