Decade

756 44 2
                                    




Forth menyandarkan tubuhnya pada pagar balkon, matanya menelusuri hall yang penuh dengan orang-orang berpakaian mewah. Mereka terlihat kaya sekaligus berpendidikan.

Sebelah tangannya masuk ke dalam saku celana kain hitam yang digunakannya, menggenggam erat kotak rokok di dalamnya. Dia benar-benar ingin merokok sekarang, rasanya hampir mati bosan.

Sebenarnya tidak sulit untuk ikut berbaur dengan orang-orang di dalam hall sana, tapi berdiri sendirian di balkon ini dengan bercengkrama dengan orang-orang di dalam pasti akan sama membosankannya.

Hari ini dia terpaksa pergi sendiri ke acara makan malam karena Lam - yang dengan brengseknya - harus pergi ke London mendampingi kekasihnya yang adalah seorang model dunia untuk melakukan fashion show dan baru memberitahunya dua jam yang lalu bahwa dia sudah pergi ke London bahkan sejak dua hari yang lalu.

Lam bersungguh-sungguh untuk mengerjainya kali ini.

Seandainya perusahaan mereka tidak sedang bekerjasama dengan rumah sakit internasional terbesar, Forth sudah pasti menolak undangan makan malam kali ini.

Forth bukannya tidak bisa berbaur dengan banyak dokter atau pengusaha di bidang kesehatan malam ini.

Forth tidak kalah kaya dan berpendidikannya dengan para peneliti.

Hanya saja, dia yang adalah seorang sarjana dan master di bidang teknik mesin sekaligus pemegang gelar doctor teknik industri lebih menyukai membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan angka dibandingkan diagnosa.

Forth menghela nafasnya kasar, membalikan tubuhnya ke arah halaman belakang hotel bintang lima ini, menikmati bagaimana angin menerpa wajah tampannya.

" iya tahu, iyaaa " sampai akhirnya sebuah suara di belakang mengalihkan perhatiannya setelah hampir 10 menit hanya melamun.

Forth kembali membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang lelaki manis dengan jas biru gradasi abu-abu dan bordir bunga merah muda di jasnya sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya, dekat dengan pintu balkon.

Terlihat kesal dan indah secara bersamaan.

Forth memandangnya tertarik. Sudah cukup lama semenjak mereka terakhir kali bertemu.

Jadi Forth sengaja menunggu lelaki di depannya selesai berbicara dan menutup teleponnya kemudian segera mendekat.

Forth tidak ingin membuang kesempatan untuk berbicara dengan seseorang yang pernah berada di satu universitas yang sama dengannya tersebut.

" oy Kitty " ujarnya cukup keras untuk menghentikan langkah lelaki yang akan kembali ke dalam hall.

Lelaki yang dipanggil Kitty segera berbalik. Jelas terlihat rasa terkejut di wajah cantiknya.

Forth bahkan bisa melihat bagaimana si teman lama di depannya ini menggumamkan sumpah serapah dengan sangat pelan.

Forth melangkah mendekatinya, mengulurkan sebelah tangannya yang disambut dengan ragu oleh lelaki lainnya.

" Long time no see na ai Kitty? " suaranya sarat dengan nada mengejek.

" brengsek! Jangan panggil gue Kitty! Bisa-bisa Ray bakal ikut manggil gue Kitty kalau dia dengar " Forth terkekeh pelan mendengar protesannya.

" jadi? Kenapa dr. Mongkol Intochar terlihat kesal? " lagi Forth bertanya dengan nada mengejek, kali ini berhasil menggiring lelaki cantik itu untuk duduk di sebuah meja tidak jauh dari balkon.

" Kit, panggil gue Kit! Bukan urusan lo " ketusnya. Tangannya sibuk memainkan gelas wine yang tadi diserahkan pelayan.

" cih, dasar nenek sihir. Gue kan nanya baik-baik, gak bisa gitu jawabnya lebih manis? " Forth tertawa saat Kit membalas ucapannya dengan jari tengah tepat menempel di hidungnya.

Our StoriesWhere stories live. Discover now