"Yang gue tahu kerjaan dia cuma satu. Jadi dealer. Duitnya dia pake buat sekolah sama hidup." kata Riki santai. Dia menyalakan api dan menyulut rokoknya. Satu hisapan, dia menghembuskan asapnya ke udara, lalu menoleh ke arah Rafan. "Kemarin gue sempet hadep-hadepan sama dia. Balap motor. Dia kalah."

"Apa yang lo dapet?"

"Se-gram."jawab Rik. Dia mennyesap rokoknya lagi. "Awalnya dia nggak mau kasih. Si bego itu kabur. Tapi anak-anak bantuin gue nangkep tu orang. Hampir bonyok. Untungnya dia langsung kasih sesuai janji. Jadi gue lepas."

"Gue denger dia lagi punya masalah. Dia punya utang banyak ke bosnya."

"Siapa bosnya?"

"Omar."

Rafan mengernyitkan dahi. Dia belum pernah mendengar nama itu. Tapi wajar. Rafan belum pernah bergaul di lingkaran pemakai. Sebejat-bejatnya teman-temannya di sini, Rafan bisa jamin tidak ada satupun yang menyentuh barang haram itu.

"Gue saranin lo nggak berurusan sama dia. Dia berbahaya. Orang-orangnya banyak. Mereka nggak pernah ragu buat bunuh orang."

"Kasih tahu aja di mana gue bisa ketemu dia."

Riki nyengir. Salut pada orang gila di depannya. Entah ada masalah apa dengan Robi. Mendekati Omar bisa dibilang cari mati. Tapi siapa yang peduli?

Jika Rafan mati, itu bukan urusannya.

---

Alamat yang Riki berikan adalah gudang di belakang terminal. Setelah membiarkan Riki pergi, Rafan langsung ke tempat itu. Bahkan tanpa memberitahu Sam dan teman-temannya kemana dia akan pergi.

Dia akui, perasaannya jelek saat ini. Instingnya mengatakan bahwa dia tidak perlu ke sana. Namun rasa penasaran yang semakin membuncah membuatnya maju. Dia tidak bisa menerima informasi sepotong-sepotong. Apalagi dia masih belum mendapatkan apa yang dia inginkan.

Alasan kakaknya begitu marah pada Robi masih belum dia ketahui. Maka dari itu dia memutuskan untuk pergi ke gudang belakang terminal, markas pengedar narkoba.

Rafan tidak langsung masuk. Dia terlebih dahulu berjaga di luar. Tempat itu sepi. Beberapa orang namun belum ada yang keluar lagi. rafan memutuskan menunggu di depan. Bersembunyi di balik drum-drum bekas dan mengintip di celahnya.

Jika ini markas bos Robi, ada kemungkinan Robi dan teman-temannya ada di sana. Robi tidak boleh melihatnya, atau semuanya kacau. Dia harus teramat hati-hati karena dia sendirian. Satu masalah kecil bisa membuat nyawanya melayang.

Cukup lama Rafan menunggu. Matahari mulai naik saat Rafan melihat seseorang keluar dari dalam gudang. Seorang laki-laki memakai kaos hitam dan celana jeans dengan rantai bergelantungan. Rafan juga bisa melihat tato yang terukir di sepanjang lengan.

Umurnya diperkirakan sudah 20-an. Rafan memutuskan untuk mengikuti orang itu. karena dia adalah kesempatan terbaik yang Rafan punya sekarang. Sejak tadi Rafan menunggu, hanya laki-laki ini yang benar-benar pergi meninggalkan gudang.

Rafan mengambil motornya dan mengikuti laki-laki itu dari belakang. Tak lama, laki-laki itu menghentikan motornya di tepi jalan. Lalu masuk ke sebuah warung. Rafan ikut berhenti, meninggalkan motornya di belakang motor laki-laki itu lalu menghampirinya.

Laki-laki itu menyesap rokok yang baru di belinya.

Rafan ikut membeli rokok sebatang. Dia menyalakannya dan menyesapnya. Ini bukan pertama kalinya Rafan merokok. Dia pernah belajar dan tidak suka. Namun aksi ini dia butuhkan untuk mendekati target. Rafan menghembuskan asap rokoknya pelan sambil melirik laki-laki di sampingnya.

It (Rafan)Where stories live. Discover now