KUMALA DEWI 4

216 5 0
                                    

ENERGI hitam adalah enegi kematian. Dapat pula diartikan sebagai energi
dari alám kubur. Tapi bisa juga diartikan sebagai bentuk kesaktian yang dimiliki
penghuni alam kegelapan. Ilmu hitam atau black magic adalah kekuatan gaib
yang sepenuhnyá menggunakan energi hitam, dan sangat terkenal di kalangan
para mistikus. Penjelasan singkat itu diberikan Kumala di depan beberapa
petugas kepolisian yan sedang memeriksa kondisi sel tahanan Hilmon. Bapak
Kapolres juga ada di situ, ikut mendengarkan keterangan Kumala. “Melihat
keadaan di sini tidak ada yang berubah, tidak ada yang rusak, maka saya yakin
ada kekuatan energi hitain yang masuk kemari dan membawa pergi HIlmon”
“Apa tujuannya?” tanya Bapak Kapolres. “Kita belum tahu apa tujuanñya,
karena belum tahu siapa pemilik energi hitam itu. Yang jelas energi itu mampu
menembus dinding penjara ini, karena dia tidak membutuhkan lubang sekecil
apapun,” seraya Kumala mmegang salah satu sisi diiding kamar sel. “Dari
mana arah datangnya energi hitam itu?” “Dari arah selatan. Makanya, saya tadi
mencoba mengejarnya ke arah selatan, tapi kehilangan jejaknya di penjalanan.
Karena itu saya putuskan segera kembali ke sini sebelum suasana mistisnya
pudar. Siapa tahu saya bisa temukan tanda-tanda gaib yang tertinggal di sekitar
sini.” Bapak Kapolres manggut-manggut penuh antusias. Mulanya
beliau.memang kurang percaya dengan kemampuan gadis berlesung pipit itu,
meski pun beberapa anak buahnya ada yang memberikan informasi tentang
reputasi Kumala Dewi selama ini.
Namun setelah tadi Kumala Dewi tahu-tahu lenyap begitu masuk ruangan sel
tersebut, dan kelenyapan itu secara tidak disengaja terjadi tepat di depan
matanya, maka pria bertubuh agak gemük itu hanya bisa tercengang
tanpa beredip dan tanpa bersuara. Padahal sejama ini ia selalu mengklaim
cerita yang bermuatan mistik sebagai sebuah tahayul yang direkayasa uñtuk
kepentingn pribadi seseorang. Sayang terlalu cepat tadi Kumala berubah
wujud. Bapak Kapolres tidak sempat melihat secara detil perubahan kumala saat menjadi seberkas sinar hijau kecil berbentuk seperti naga. Pada saat
séperti itulah Kumala menggunakan kesaktian dirinya sebagai Dewi Ular yang
disegani para pengbuni alam gaib. Sinar hijau kecil tadi melesat sangat cepat,
menembus atap hingga lenyap dikegelapan malam. Sebegitu cepatnya
gerakkan sinar sakti Dewi Ular, hingga takt ertangkap penglihatan mata
manusia biasa. Sebenarnya sinar hijau itu bukan lenyap begitu saja, namun
menembus lapisan dimensi gaib yang dihuni makhluk-makhluk kasat mata.
Tidakan itu dilakukan Dewi Ular untuk mengejar si pemilik energi hitam yang ia
rasakan membekas di ruangan sel beruküran sempit itu. Dengan menyusuri
jejak energi hitam yang ada ia berharap dapat menemukan pemiliknya. Namun,
harapan itu kandas lantaran sisa getaran dari energi hitam itu putusdlitengah
jalan: Hilang entah kemana. “Tinggi juga ilmunya?” gumam Dewi Ular saat
kehilangan jejak.. “Aku curiga pasti didalangi para penghuni Istana Hitam, anak
buahnya si Lokapura. Hmmm, sebaiknya aku kembali dulu ke sel untuk mencari
kemungkinan adanya jejak lain yang bisa kugunakan untul mengenali
pelakunya. Memang aneh. Kenapa ada pihak yang maunya menculik Hilmon,
ya? Apa alasannya?” Kumala Dewi muncul kembali di dalam sel tersebut. Tak
seorang pun yang ada di situ mengetahui tanda-tanda kedatangannya. Ia tahu-
tahu sudah berada di belakang Sersan Burhan, membuat Bapak Kapolres dan
anak biiah lainnya tersentak heran.
Tapi bagi Sersan Burhan hal itu sudah bukan sesuatu yang aneh, karena ia
sudah sering berpetualang
membongkar kasus kiiminal bermuatan misteri bersama-sama dengan Kumala.
Ia sudah sering melihat kesaktian Kumala yang diakui sañgat dahsyat serta
mengagumkan sekali itu. “Bagamana, ada jejak lain yang tertinggal di sini?”
tanya Sersan Burhän kepada Kumala. .Tampaknya Bapak Kapólres yang
sudah mempercayai kemampuan Kumala saat itu juga menunggu jawaban dari
pertanyaan Sersan Burhan. “Kayaknya sudab nggak ada jejak lain. yang tersisa
di sini, Pak,” kali ini Kumala menjawab dengan sopan, karena ia harus
menghormati posisi Sersan Burhan di depan anggota polisi lainnya: Jika tidak
ada yang lain, .Kumala tidak memanggil Sersan Burhan dengan sebutan „pak‟,
melainkan cukup dengan sebutan „bang‟. sebagai tanda keakraban yang
familiar. “Jadi menurut Anda pelaku yang membunuh almarhum Gerry itu bukan
Hilmón?” tanya Bapak. Kapoires. “Bukan, Pak. Pelakunya bukan manusia
biasa. Seperti halnya pelaku yang menculik Hilmon dari sel mi, juga bukan
manusia biasal” “Ya, ya.. saya paham sekarang. Hilmon harus dibebaskan dari
kasus itu, tapi dia harus bantu kami‟ untuk memberi keterangan secara
lengkap. Aah, sayang sekali dia menghilang. Apakah Anda masih bisa
berusaha menemukan kembali pemuda itu, Zus Kumala?” Senyum manis
mendebarkan hati kaum lelaki itu mekar indah dibibir ranum Kumala. Gadis
berkulit putih dengan tubuh memancarkan aroma wangi yang khas itu akhirnya
menjawab dengan suara tegas. “Sáya tidak berani janji apa-apa dulu, Pak. Tapi
saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menernukan Hilmon, hidup
atau mati.” Ketegasan sikap itu diambilnya, karena sadar tugas dan
kewajibannya sebagai putri dewa yang dibuang kebumi.
Kumala harus menjadi pelindung umat manusia dari ancaman maut para
penghuni alam gaib, terutama ancaman maut dari musüh besarnya, yaitu Dewa Kegelapan alias si Lokapura .
Disamping ia harus menemukan cinta sejati sebagai password-nya untuk
masuk Khayangan lagi, ia harus banyak-banyak berbuat kebajikan tanpa
pamrih apapun. Oleh sebab itulah, penculikan Hilmon dan kematian Gerry
secara tidak langsung telah menjadi tugas dan kewajibannya untuk
membongkar misteri di dalamnya. Menghentikan aksi kejahatannya. Sementara
itu, di bangku panjang yang ada di depan ruangan Kapolres, Tante Gessy
menangis dalam dicekam duka dan kecemasãn. Sandhi berusaha menghibur
duka itu, walau tak pernah berhasil membuat reda tangis Tante Gessy. Melihat
tängis janda montok begitu mengharukan, maka timbul kecurigaan di hati
Sandhi yang belum berani ia ungkapkan kepada siapa pun Hilmon itu
sebenarnya sepupunya Tante Gessy atau... wah,jangan-jangan ada hubungan
lain yang lebih pribadi? Pacarnya, káli ?!” Kumala Dewi dan rombongan yang
ada di sel tadi tiba di tempat Tante Gessy dan Sandhi berada. Mereka ikut
sedih melihat tangis Tante Gessy yang seperti kehilangan suami tërcinta.
Kumala Dewi pun segera mengusapkan telapak tangan kanannya ke punggung
Tante Gessy. Beberapa detik kemudian tangis itu berhenti sendiri. Dan, yang
lebih mengagumkan Bapak.Kapolres adalab perubahan sikap Tante Gessy.
Dalam waktu kurang dari dua menit wanita berambut sebahu dengan tinggi
sekitar 170 centimeter itu mulai menyunggingkan senyum. Cukup manis dan
menggoda iman lelaki senyumannya. Wajah itu mulai berseri-seri. Seperti tak
pernah mengenal duka sebelumnya. Bapak Kapolres tidak tahu bahwa usapañ
tangan Kumala tadi mengeluarkan hawa sakti yang meresap ke tubuh Tante
Géssy, menyatu dengan aliran darah, dan mempengaruhi otak dan hati.
Melenyapkan segala duka dan ketegangan jiwa. Membangkitkan rasä suka dan
keceriaan jiwa.
„Aku curiga,” bisik Sandhi. “Jangan-jangan hubungan Tante Gessy dengan
Hilmon bukan sebatas saudara sepupu, tapi...” “Hilmon memang bukan
sepupunya,” balas Kurnala membisik, karenà posisi mereka agak jauh dan
Tante Gesy yang sedang dimintai ketrangan oleh pihak kepolisian tentang
keseharian Hilmon. “Jadi, mereka bukan saudara?” Senyum tipis mekar dibibir
manis Kumala. „Sejak ia meneleponku saat aku masih di Singapore, aku sudah
tahü kalau dia bohong padaku. Hilmon bukan sepupunya. Memang masih ada
hubungan saudara,tapi sáudara jauh. Yang jelas, Tante Gessy sangat
membutuhkan Hilmon dalam kehidupannya sebagai janda.” “Kenapa kamu
diam saja kalau dia bohong padamu?” “Tiap orang punya alasan pribadi untuk
menutupi aibnya. Kita tidak perlu rnernbongkar aib seseorang. Selama hal itu
tidak merugikan kita, biarlah dia tutupi sendiri aib itu sebatas kemarnpuannya.
Tapi terlepas siapa itu Hilmon, kita tetap harus membantu siapapun. yang
berada dalam kesulitan. Lebih-lebih yang terancam kejahatan gaib. Harus kita
selamatkan Dan, itu.adalah tugasku kan ?" Sandhi hanya bisa menggumam
pelan, kepalanya manggut-manggut. Matanya mengikuti gerakan Kurnala yang
kembali rnenernui Bapak Kapolres dan Tante Gessy di ruang kérja sang
Kapolres. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras menggema bagaikan
mernenuhi seluruh rongga bumi yang ada. Blegaaarrrr..!! Kontan semua polisi
yang bertugas di malam itu berhamburan keluar ke halaman depan. Mereka
rnenyangka dentuman kerãs rnengejutkan itu adalah ledakan bom di suatu
tempat tak jauh dari situ. Tetapi, angin segera berhembus cukup kencang menerbangkan benda-benda ringan. Mematahkan salah satu dahan pohon
yang turnbuh di halarnan kantor polres .
“Tenang Bang?” kata Kumala yang ikut bergegas ke haláman. “Itu bukan
ledakan born. Ada pertarungan dahsyat di alam sana. Lihat di atas itu, Bang?”
seraya tangan Kurnala rnenuding ke langit. “Iya, ya.. . ?I‟. gumam Sersan
Burhan seraya mernandang ke langit. Semuanya ikut melemparkan pandangan
matanya ke arah atas. Ada sinar merah panjang yang berpijar pijar. Langit
seperti mau terbelah. Pernandangan itu sempat mencemaskan hati mereka:
Hembusan angin juga semakin kuat. Permukaan bumi ini bagaikan diterjang
badai yang tak jelas dari mana arah datang nya .Gerakan angin kencang
berputar, berganti-ganti arah. Kedua tangan Dewi Ular diangkat naik.
Gelombang kesaktiannya dipancarkan melalui telapak tangan. Gelombang
kesaktian iu tidak berbentuk dan tidak bersuara. Namun, jauh di atas kepalanya
terlihat percikan bunga api warna hijau yang rnenyebar dan menyebar terus
hingga nyaris menutup rata permukaan langit . Pada saat itu, hembusan angin
kencang pun reda. Seperti ada yang menangkap pusaran angin dalam satu
genggaman kuat. Angin menjadi tak berkutik. Hembusannya lembut dan damai
seperti tadi. Hanya Sandhi dan Sersan Burhan yang tahu persis bahwa yang
membuat angin badai meñjadi lumpuh adalah kesaktian Dewi Ular itu. Bahkan
garis merah di langit yang menyerupai tanda langit akan terbelah itu pun segera
padam , lalu lenyap. Alam kehidupan manusia normal kembali. Beberapa
pertanyaan segera dilancarkán kepada Kumala dari Kapolres dan anak
buahnya. Tujuan mereka sama, yaitu sama-sama ingin mengetahui apa yang
baru saja terjadi dan seberapa besár bahayanya.
“Ada dua kekuatan beradu di alam gaib sana. Sasarannya bukan bumi
kediaman kita ini. Tapi karena
masing-masing kekuatan memiliki kesaktian yang cukup - besar, maka ketika
berbenturan mengakibatkan ledakan energi yang sangat besar, hingga mampu
menembus lapisan dimensi kita ini “Tapi ledakan dahsyat itu bisa terjadi lagi,
bukan?” "Bisa,” jawab Kumala dengan senyum yang memiliki pengaruh
menenangkan hati semua orang. “Memang bisa terjadi, tapi... maaf, saya tadi
sudah menutup lapisan dimensi kita, sehingga kalau toh terjadi dentuman
seperti tadi, imbasnya tidak akan sampai menembus dimensi kchidupan kita di
sini.” Salah seorang petugas jaga menerobos masuk ke ruangan Kapoires.
“Lapor Pak!” tegasnya agak tegang. “Tahanan kita yang hilang ternyata sudah
ada di dalam sel itu lagi, Pak.” “Apa. . .?!1” serentak semua mata mëmandang
ke arah bintara jaga. kemudian, mereka pun bergegas menuju ke sel tempat
penahanan Hilmon. “Ooh. . . ?!!” “Hilmooon. . .?! !„ seru Tante Gessy
kegirangan. Hilmon sudah ada di tempat penahanannya. Kapolres segera
memerintahkan petugas tahanan untuk membuka pintu sel. Hilmon memang
kembali , utuh tanpa luka apapun. Tapi ada perubahan dalam kèjiwaannya. Ia
seperti orang pikun. Serba bingung dan sepertinya mengalami lemah otak. Ia
tak mengenali Tante Gessy. lajuga tidak tahu di mana dirinya berada. Ia
merasa asing dengan sel tempat penahanannya selama beberapa hari ini.
Bahkan ketika dihujani pertanyaan dari mereka, Hilmon tak bisa menjawab.
Bukan bisu. Tapi tak tahu haruss berkata apa pada mereka. “Maaf boleh saya menanganinya sebentar,” kata Kumala. “Sepertinya dia mengalami
penyimpangan jiwa dan beku ingatan.”
Yang lain segera mundur. Hilmon hanya diam dengan mulut melongo mirip
orang bego ketika dihampiri Kumala Dewi. Ia. seperti orang yang pasrah pada
keadaan, mau
diapakan saja tak pernah bisa protes atau membela diri. Maka ketika Kumala
mengulurkan tangannya di atas kepala Hilmon pria lajang itu hanya diam saja
tánpa reaksi apa-apa . “Oohh...?!” gumam salah seorang anak buah Kapolres
yang melihat semburan cahaya tipis warna hjiau dari telapak tangan Kumala.
Cahaya tipis itu menyinari kepala Hilmon. Lama-lama seluruh kepala dan wajah
Hilmon menjadi berwarna hijau pudar. Kemudian menyebar ke seluruh tubuh,
sampai jari tangannya. tampak berwama hijau pucat. Beberapa saat kemudian
Hilmon yang dalam posisi duduk itu kepalanya terkulai, matanya terpejam. Ia
seperti tertidur nyenyak dalam posisi duduk. Tante Gessy menampakkan
kecemasannya. “Kamu apakan dia,Kumala?I” “Tenang, Tante... Dia sedang
mengalami proses pemulihan jati diri. Tunggu beberapa menit, dia akan
terbangun dengan kondisi seperti semula. Tante nggak perlu khawatir apa-apa.
Dia selamat kok.” Sersan Burhan menyahut, “Tapi bagaimana dia bisa selamat
sampai ada di sini lagi?‟ “Pasti dia lebih bisa menjelaskan dari pada saya, Pak.
Yang dapat saya ketahui hanya bau aneh pada tubuhnya, seperti bau tanah
lembab yang menimbun rempah-rempah busuk... itu ciri khas bau dari alam
sana. bukan dari alam kita ini. Berarti dia memang jelas-jelas baru datang dari
alam sana. Dan, agaknya ada pihak yang sengaja menghapus kesadaran jati
dirinya, supaya ia tidak bisa menceritakan apa yang sudah dialaminya di alam
gaib sana." “Berarti nanti dia nggak bisa kasih meterangan apa-apa dong?”
„Mudah-mudahan bisa. Saya sudah bangkitkan emosi jati dirinya, termasuk
mempertajam seluruh ingatannya”.
Mereka menunggtu. Tante gessy tak sabar. Kira-kira
kurang dari 5 menit, Hilmon mulaI sadar Ia seperti Iangun dan tidurnya. Ia
langsung mengenàli siapa petugas-pètugas yang ada di situ, bahkan sempat
menyapa dengan malu-malu kepada seseorang. “Tante Gessy...... ? Udah lama
datangnya?” “Oooh, syukurlah kamu sudah normal kembali, Sayang.!” Tante
Gessy memeluknya, menciumi, membuat mereka saling pandang-dengan dahi
berkerut. Tentunya mereka merasa heran, sebegitu mesrakah sang tante
memeluk dan menciumi sepupunya? Hilmon segera dibawa keluar dari sel.
Ditempatkan diruang khusus untuk para tamu yang mau bezuk
tahanan.Ruangan itu lebih lega dari ruangan kerjanya Pak Kapolres. Tak heran
jika beberapa orang yang tugas dimalam itu mengerumuni Hilmon, ingin
mendengar keterangan apa: aja yang akan dikatakan Hilmon sehubungan
dengan misteri kepergiannya tadi.. Setêlah memperkenalkan diri, Kumala Dewi
mulai mengajukan pertanyaan dengan tutur kata sangat hati-hati, dan terkesan
sangat bersahabat. Bukan semacam interogasi penuh tekanan. Hilmon pun
tampaknya menanggapi dengan senang hati dan cükup ramah. “Jadi, waktu itu
kamu sedang membayangkan kematian Gerry?” “Ya. Aku menyesal sekali
melihat kematiannya seperti itu, sementara aku nggak bisa menolongnya. Aku
sedang bayangkan, andai aku punya kekuatan untuk melawan setan itu, pasti sudah kuhancurkan dia” “Maaf, setan apa maksudnya?” “Vania Mercury. Atau
entah siapa nama sebenarnya. Tapi setahuku Gerry menyebutnya begitu:
Vania Mercury...” Lalu, apâ yang didengarnya dari Gerry, apa yang dilihatnya
sendiri, semuanya diceritakan secara singkat kepada Kumala. Penuturannya itu
sesuai dengan
keterangannya kepada pihak kepolisian pada saat ia
diinterogasi pertama kalinya. ini menunjukkan bahwa apa yang dikatakan
Hilmon bukan sebuah cerita yang dikarang-karangnya sendiri. “Nah pada waktu
aku mikirin itu,”sambung Hilmon kepada Kumala. “... tahu-tahu ada seberkas
sinar masuk ke se ku, wamanya perak seperti lampu blitz. Claap...! Aku
menggeragap kaget. Silau sekali. Tapi beberapa detik kemudian padam. Gelãp.
Aku nggak bisa lihat apa-apa. badanku melayang, seperti ada yang
membawaku terbang.” “Berapa lama kira-kira?” “Hmmrn,kira-kira lima menit-lah
aku merasa melayang-layang di tempat gelap. Tapi aku mendengar suara
gaduh, suara menggeram, suara tetawa Iengking dan... nggak tahu apa
lagi.Pokoknya menyeramkan!” Hilmon bergidik, badannya terguncang sékejap.
“Setelah melayang beberapa saat, aku mulai melihat cahaya redup. Ternyata
itu tempat yang agak terang. Tapi semuanya yang ada di situ serba hitam;
pohon, batu, tanah, daun, semuanya hitam.” “Ada bangunan seperti rumah atau
sejenisnya ?” “Hmmm, nggak ada: 0, ya... bangunan yang ada cuma sebuah
candi. Entah candi atau apa namanya, yang jelas aku dibawa ke sana oleh
sesuatu yang menentengku terbang. Di sana aku bertemu dengan Gerry yang
berpakaian: serba putih dan sekujur kulit tubuhnyà juga putih seperti pakai
bedak tebal. Pada saat itu aku sperti dilepaskan dari cengkeraman tangan
kekar yng menèntengku terbang. Aku jatuh tepat di depan Gerry. Tapi akujuga
sempat melihat wajah orang yang membawaku terbang itu. Ternyata dia
seorang wanita berwajah cantik. Rambutnya panjang bermahkota kecil, tapi
memiliki sepasan taring menyeramkan dengan bola rnatanya yang merah
menyala-nyala.”
Hilmon diam sesaat. Menerawang. Mencoba mencari-cari apa saja yang
diingatnya tentang alam serba hitam itu; Kumala Dewi dan yang lainnya ikut
diam, menunggu
kelanjutan kata-kata Hilmon. “Aku mendengar Gerry memangiI wanita bertaring
itu dengan sebutan Nyai. Entah Nyai siapa, yang jelas saat itu terjadi dialog
antara Gerry dengàn sang Nyai...” “Apa yang merekà bicarakan?” sahut Tante
Gessy walau sekujur tubuhnya sempat merinding berkali-kali. “Gerry minta agar
diberi waktu untuk bicara berdua denganku. Tapi sang Nyai keberatan. Ia paksa
Gerry tetap bicara apa perlunya denganku, setelah itu aku akan dijadikan
serupa dengan Gerry. Dengan terpaksa, Gerry berkata padaku dengan
suaranya yang datar dan dingin, bahwa dia sekarang sangat menyesal karena
tidak mengabaikan saranku waktu itu:Dia.juga minta maaf karena telah
menunjuk diriku sebagai teman yang harus tinggal bersamanya di tempat
tersebut, sehingga sang Nyai menjemputku.” “Jadi, dialah yang menyuruh Nyai
menculikmu dari dalam sel?” “Sepertinya begitu, Tante. Gerry minta teman
untuk hidup bersamanya di alam serba hitam itu, dan teman yang dipilih adalah
saya.” “Lalu, kau bilang apä padanya?” tanya Kumala. “Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Ternyata suaraku hilang. Tenggorokanku kosong nggak
bisa buat keluarin suara. Yang jelas, aku hanya bisa menggeleng terus-
menerus, menandakan bahwa aku nggak mau hidup dengan Gerry di tempat
menyeramkan itu: Geny. seperti nggak peduli dengan penolakan diriku. Tahu
tahu dia pecah... " “Pecah bagaimana?I”sahut Tante Gessy. “Pecah seperti
semburan cahaya ke berbagai arah, kemudian lenyap tanpa bekas lagi. Dan,
pada waktu wanita bertaring itu mau mencengkeram saya lagi, tiba-tibà ada
sekelebat bayangan merah menerjangnya. Benturan itu menimbulkan ledakan
besar dan saya terlempar kuat-kuat. Terhempas di bebatuan. Tapi badan saya
ggak terasa sakit sedikit pun.”
“Dentuman itu tadi kami dengar dari sini,” ujar Kumala. Yang lainnya jadi
manggut-manggut, seakan baru mendapat kesimpulan yang pasti, bahwa
dentumañ yang membuat langit seperti mau terbelah tadi akibat peristiwa yaig
diceritakan Hilmon itu. “Lalu, wanita bertaring bagaimana ?” tanya Sersan
Burhan yang tampak paling serius mendengar cerita Himon. “Wanita itu, saya
lihat juga terhempas jauh, seperti daun kering disambar angin badai. Ketika
saya mau bangkit, tahu-tahu bayangan merah itu menghampinnsaya..Temyata
dia seorang gadis kecil. Sangat kecil. Usianya masih sekitar lima tahun kurang.”
“Gadis kecil? “ gumam Sandhi yang kemudian saling beradu pandang dengan
Kumala. Namun mereka berdua tetap diam, meski sama-sama punya
kecurigaan terhadap gadis kecil yang mengaku bemama Oyen itu. “Ya, dia kecil
sekali. Tapi dia bisa bergerak secepat kilat. Tahu-tahu dia menyambarku dan
dibawanya aku pergi dari situ. Cepat sekali gerakkannya, sampai aku nggak
ingat apa-apa lagi, dan... tahu-tahu aku sudah ada di dalam selku lagi. Mula-
mula aku merasa asing dengan sel-ku itu, tapi setelah aku tertjdur sesaat, aku
baru ingat kalau tempat itu adälah kamar sel-ku. Dan sekarang, aku masih
sangsi apakah kengerian yang kualami tadi hanya sebuah mimpi atau benar-
benar terjadi?” “Anggap saja mimpi,.” kata Kurnala dengan tersenyum. la
berusaha mengendurkan suasana tegang yang meliputi hati mereka semua,
terutama hati Hilmon. Kondisi yang terlalu tegang dapat membuat kejiwaan
Hilmon labil kembali. Di sisi lain Sandhi tampak tertegun merenungi cerita tadi.
Ia penasaran ingin menanyakan pada Hilmon apakah ciri-ciri anak kedil itu
sama dengan ciri-cirinya Oyen.
Karena saat ini masih banyak yang bertanya pada Hilmon, dan mereka rata-
rata adalah petugas kepoIisian, Sandhi tak berani untuk ikut-ikutan bertanya
seperti
mereka.Ia tak ingin dapat kecaman jelek dari mereka, yang hanya akan
mempermalukan Kumala sebagai majikannya. Namun, beberapa saat
kemudian Sandhi mendapat kesempatan untuk bertanya kepada Hilmon, yaitu
ketika Hilmon minta izin untuk buang air kecil. Sayangnya di saat Sandhi ingin
mengejar Hilmon, langkahnya sudah terhalang lebih dulu oleh gerakkan
Kumala yang menghampirinya. “San... nggak perlu.” Sepertinya Kumala sudah
tahu apa yang ingin dilakukan Sandhi. Akibatnya, Sandhi rnengurungkan
niatnya untuk mendekati Hilmon. “Jangan buat otak oráng-orang di sini semakin
tegang dengan pertanyaanmu kepada Hilmon tentang gadis kecil itu." “Aku
cuma ingin memastikan, apakahgadis kecil itu Oyen atau...” “Ya. Dia gadis kecil
yang kau temukan dijalanan itu,” sahut Kumala dengan tegas tapi bernada bisik. “Benarkah?” “Aku menangkap adanya kesamaan frekuensi gaib antara
gadis kecil yang kau ceritakan dengan yang diceritakan HiImon tàdi.” “Ooo. . . ,“
Sandhi menggumam tanda sangat percaya la tahu persis, kesaktian Dewi Ular
sudah pasti dapat menangkap getaran gelombang gaib dari sesuatu yang
terbayang dalam benak orang yang .sedang bercerita. “Kita pulang sekarang,
San. Aku mau ketemu Buron” “Buron belum pulang dari waktu kau tugaskan itu”
Kumala terbungkam, termenung sesaat. Seperti sedang meneropong kedaan
Buron saat ini. Dahinya mulai berkerut tipis, membuat Sandhi sedikit curiga
dengan perubahan ekspresi wajah Kumala . “Ada apa?” tanyanya dengan
sangat ingin tahu. “Apakah ada sesuatu yang rnembahayakan diri Buron atau
.....” “Yuk, kita pamit dulu ! ”
Sepertinya Kumala menutupi sesuatu yang sudah
diketahuinya, dan hal itu membuat Sandhi menjadi penasaran Semakin ingin
tàhu, ada apa dengan Buron ?

Dewi Sanca

Dewi Sanca

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
KUMALA DEWI {Ratu Penguasa Mahluk Melata}حيث تعيش القصص. اكتشف الآن