Ch. 1.2 (Complete)

52 7 9
                                    

Suasana sekolah siang itu sudah mulai lengang, ditinggal oleh para penghuninya. Hanya beberapa yang masih menetap disana, diantaranya Pak Kepsek, beberapa guru dan siswa. Termasuk mereka yang diminta untuk berkumpul setelah jam pulang sekolah. Masih menjadi tanda tanya apa tujuan mereka dikumpulkan.

"Sepi amat." Arvin berjalan dengan malas menuju ruang Kepsek, dengan mendesah kesal. Dia ingin segera pulang kerumah dan rebahan menikmati sisa hari ini. Apalah daya, dia masih harus berurusan di sekolah. "mou ii, shouganai..."

Arvin melihat pintu ruangan Kepsek sedikit terbuka dan terlihat ada 2 bayangan yang terpaut beberapa jarak. Sudah pasti Pak Kepsek dan salah satu Gwen atau Kenzo yang sudah standby disana. "Gwen ini mah, mana mungkin si Ken," pikirnya sambil tertawa kecil.

Arvin langsung mempercepat langkahnya. Sesampainya didepan pintu, Arvin langsung mengetuk pelan diiringi suara pelan, "Permisi..." Dia juga mencoba untuk menyelipkan kepalanya sedikit diantara celah yang ada agar terlihat oleh Pak Arya –nama panggilan Pak Kepsek.

"Silahkan," jawabnya singkat. Begitu melihat bahwa ternyata itu Arvin, Pak Arya langsung tersenyum.

"Oh, Arvin. Duduk dulu ya, sambil menunggu dua orang temanmu lagi." Pak Arya menyuruh Arvin untuk duduk di kursi yang ada.

"Baik, Pak." angguk Arvin sambil masuk dengan perlahan. Dia melihat sosok asli dari bayangan yang tadi dia kira adalah Gwen, namun pertanyaan langsung memenuhi pikirannya karena orang itu bukan Gwen melainkan seseorang yang dia kenal tapi siapa orang itu.

Orang itu sedang mengenakan earphone sehingga tidak menyadari kedatangan Arvin. "Dare datta ka?" ucap Arvin pelan sambil berjalan menuju kursi tunggu. Orang itu masih asik dengan dunianya sendiri –memejamkan mata sambil mendengarkan musik– bahkan sampai Arvin berada didekatnya.

"Hito?" sahut Arvin dengan sedikit terkejut begitu tahu bahwa orang itu adalah Hito. Pak Arya yang menyadari keterkejutan Arvin pun menatap Arvin bingung. "Kenapa, kok kaget?" tanya Pak Arya. Arvin yang masih dengan ketidakpercayaannya hanya menggeleng dan menjawab, "Eh, gapapa, Pak. Maaf."

Arvin langsung mencoba untuk bersikap seperti biasa kembali, bersiap untuk duduk di samping Hito. Teringat akan ucapan Gwen, dia langsung menduga Gwen pasti sengaja merahasiakan siapa satu orang yang belum diberitahu olehnya. "Tjih," dengus Arvin kesal.

Hito yang menyadari ada yang mengganggu kesendiriannya, langsung membuka mata dan melepas earphone-nya. Dia menatap Arvin yang sudah duduk disampingnya dengan tatapan kosong. Arvin balas menatap Hito dengan tatapan ngeri sambil menjauh sedikit.

"Jangan ngeliat gue kek gitu," ucap Arvin sambil bergeser sedikit menjauh. HIto pun langsung mengalihkan pandangan ke HP-nya dan mematikan lagu yang masih berputar tanpa berkomentar.

Hito membaca ulang pesan dari Gwen, "jadi ini yang dimaksud kita, Gwen; Arvin; Ken pasti termasuk. Hmm.., apa tujuan Pak Arya?" batin Hito sambil menatap Pak Arya. Hito kembali menatap Arvin, yang ditatap sedang asik memainkan HP.

"Vin, kemana mereka?" tanya Hito tak peduli Arvin sedang apa.

"Mereka? siapa?" Arvin mengembalikan pertanyaan Hito. Arvin yakin mereka adalah Gwen dan Kenzo, namun sengaja mempertanyakan hal itu. Tatapan Hito menjadi dingin mendengar hal itu. Arvin langsung menatap Hito dan menghentikan aktivitasnya.

"Bruh, langsung dingin gitu tatapan lo, ampun," sahut Arvin sambil tersenyum miring. Sebagai seorang yang memiliki julukan yang sama, Arvin paham harus bagaimana merespon seseorang kalau sudah menjadi dingin seperti itu. Hito langsung tertawa mendengar ucapan itu. Senang karena ada seseorang yang memiliki sifat sepertinya dan bisa dijadikan bahan menarik untuk saling dingin satu sama lain.

Penyendiri Yang (Kadang) Benci SendiriNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ