What You Feel by @rienhara_

6 0 0
                                    

Mulai dari bersikap biasa sampai berakhir penuh tanya. Sudah genap sebulan berlalu. Mengenyahkan pemikiran jelek dan sikap kekanakan, perempuan itu memunculkan versi dewasa. Rutinitas terbarunya yang tak pernah bosan dilakukan adalah bertindak sebagai pengirim pesan dengan tidak berharap balasan. Hanya bisa berpuas diri pada centang biru penanda kalau kekasih hati masih punya secuil waktu untuk membaca pesannya.

Hubungan mereka memang penuh pertanyaan, menurut Laura. Semua bermula ketika Fredy tak lagi muncul di hadapannya, tidak ada telepon bahkan pesan seolah lupa akan eksistensi kekasih manisnya. Laura mulai beranggapan kalau Fredy memang sedang sibuk-sibuknya. Lelaki itu pasti butuh konsentrasi dalam mengentaskan pekerjaan sampai tidak bisa memberinya kabar. Mestinya Laura menghubungi atau melayangkan pesan ketidaksetujuannya pada Fredy. Namun, ingatan tentang Fredy yang rela tak memperoleh kabar selama tiga bulan karena Laura harus fokus menyelesaikan project-nya di kampus muncul. Menilik apa yang sedang dirasakannya, mungkin ini pula yang dirasakan Fredy saat itu, batin Laura.

Walau anggapan tentang kesibukan bekerja menjadi satu-satunya alasan paling masuk akal. Bukan tidak mungkin Laura beranggapan buruk mengenai Fredy. Bagaimanapun juga, Laura adalah perempuan dengan kapasitas penggunaan perasaan lebih besar ketimbang akal. Laura mencoba mengingat-ingat apa pernah ada kesalahan atau kelakuannya yang mengecewakan. Tetapi Laura tak menemukan jawaban, kecuali Fredy memberitahunya. Sayangnya, Laura tak mampu menyuarakan kegelisahannya lewat pesan yang selalu dikirim pada Fredy tiap malam.

Khawatir akan menganggu dan memperburuk keadaan. Semua kegelisahan ini disimpan Laura untuk dirinya sendiri.

"Kamu yakin tidak ada sesuatu yang sedang terjadi, Ra?"

Laura tersentak dan kepalanya mengangguk memberi jawaban. Sekali lagi, matanya yang bernetra cokelat tepekur pada layar yang memperlihatkan kalau jejak pesan terakhir baru saja dibaca Fredy.

"Kenapa tidak coba menghubunginya saja? Bukankah ini sedang jam istirahat?"

Laura memejam sejenak menimbang usulan sahabatnya dengan penuh perhatian. Selama ini tak pernah ada komunikasi telepon yang coba dilakukan mengingat membalas pesan saja sudah sangat mustahil. Laura menggeleng pelan dan menyimpan ponsel sambil terus berpikir pasti Fredy akan memperhatikannya lagi. Bahkan kalau itu muncul sangat terlambat, Laura akan memaafkannya.

"Aku tidak tahu apa ini tepat untuk dipertanyakan mengingat posisimu. Apa kamu yakin Fredy enggak sedang bermain gila di belakangmu?"

"Tara, aku kenal Fredy. Kita sudah lima tahun sama-sama, aku percaya sama seperti dia percaya aku."

"Yakin kamu?"

"Ya, aku yakin. Kamu perlu terlibat dalam hubungan ini untuk tahu kenapa aku bilang begitu. Lima tahun kami berhubungan dan itu bukan permainan, kami sama-sama serius."

Usia hubungan lima tahun sudah tidak bisa dibilang hanya bermain-main lagi. Fredy sudah cukup matang; pekerjaan dan penghasilan yang dimilikinya cukup untuk membawa Laura ke altar pernikahan. Namun, Laura masih sangat berambisi untuk menyelesaikan pendidikan dan berkarir. Mereka telah membicarakan ini lebih dari sekali dan Laura telah mendapat persetujuan dan dukungan moral Fredy.

Namun, sikap baik Fredy tidak dibarengi dengan persetujuan orangtua lelaki itu. Kembali teringat tentang acara keluarga Fredy dimana Laura diperkenalkan sebagai calon menantu kepada hampir seluruh anggota keluarganya. Sehingga Laura senang bukan kepalang pada sambutan hangat anggota keluarga Fredy. Mereka bercakap-cakap tentang banyak hal sampai pembicaraan mengenai menjadi istri idaman versi Laura dan oragtua Fredy bertentangan.

Laura memang tak menunjukkan kekecewaan saat ibu Fredy lebih menggagung-agungkan perempuan yang bisa memasak dan mengurus rumah dengan menjelek-jelekkan image perempuan yang modal pintar dan bekerja. Laura tersenyum sambil menyimpan kesal pada calon mertuanya dan bertekad untuk menjadi istri sempurna bagi Fredy. Malam itu berakhir tak cukup baik, tetapi Fredy ada di sampingnya dan menggantikan kalimat menyakitkan itu dengan kata-kata menyenangkan.

Saint Vals 2020 AnthologyWhere stories live. Discover now