"Dia pergi dari rumah?" Rena mengangguk.
"Kau puas? Ini yang kau mau? Haruka pergi dari rumah."
"Dia tidak akan tahan di luar sana, Rena. Dia pasti akan pulang."
"Bagaimana jika dia tidak pulang? Apa kau tak berniat untuk mencarinya?" Rena menatap Jun dengan wajah penuh amarah.
"Aku yakin dia pasti akan pulang."

***

7 hari ini sudah berlalu. Dan 7 hari pula, Haruka tak juga kembali pulang. Gadis itu benar-benar pergi dan tak kembali sama sekali. Bahkan, Yuki sampai menunggu Haruka di sofa. Tak peduli jika ia kedinginan atau ketiduran. Tak makan atau pun tak minum, terlalu mengkhawatirkan keadaan putrinya yang tak kunjung pulang. Bahkan, Yuki sudah mencarinya, namun hasilnya nihil. Tak ada kabar sama sekali tentang Haruka.
Dan Rena benar-benar khawatir pada Yuki yang seolah menyiksa dirinya sendiri karena Haruka. Dia bahkan sudah membujuk Yuki untuk makan, namun Yuki selalu bilang, jika ia tak lapar atau ia akan makan, jika Haruka pulang. Namun, masalahnya adalah Haruka tak akan kembali. Kecuali, jika Yuki sudah menemukan di mana keberadaan sang putri dan membujuknya untuk pulang.

"Jun, apa kau tak berniat untuk mencari Haruka?" Tanya Rena.
"Dia akan pulang, Rena. Jadi, kita tak perlu mencarinya." Tetap keras kepala. Rena benar-benar kesal mendengarnya.
"Masalahnya ini sudah 7 hari, dan Haruka tak pulang sama sekali."
"Rena, kita hanya butuh waktu untuk dia menyerah dan pulang."

Rena benar-benar tak percaya, jika Jun mempunyai sikap yang keras kepala seperti itu. Dan sama seperti Haruka yang juga keras kepala. Jadi, Rena tahu jika Haruka tak akan pulang, sebelum membuktikan ucapannya sendiri. Karena menurut Rena, Haruka sama seperti Jun. Haruka sama keras kepalanya seperti Ayahnya.

"Jun, aku akan pergi dari rumah ini."
"A-Apa? Maksudmu? Rena, aku tidak mau bercerai denganmu." Kata Jun takut.
"Kita tidak bercerai. Aku hanya ingin pergi bersama Juna dan Ren, dan jangan cari aku selama kau belum berubah dan membagi waktumu dengan Yuki. Jika kau sudah berubah, kau bisa mencariku. Dan ingat, jika kau mencariku selama kau belum berubah, maka aku benar-benar meminta cerai darimu."
"Kau ingin kemana, Rena?"
"Itu bukan urusanmu! Urus saja Yuki terlebih dahulu. Dan jika kau sudah berubah, maka kau bisa mencari dan menjemputku."

Jun tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia kalut, istri yang di sayanginya juga akan pergi dari rumah dan ia tak bisa menerimanya.

"Kapan kau akan pergi?" Rena tak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya melangkah pergi begitu saja, membuat Jun ketakutan. Jun sangat mencintainya, jadi wajar jika Jun takut kehilangan Rena.

Rena menemukan Yuki yang tengah berdiri sambil menatap jendela depan rumah. Mungkin, mengharapkan datangnya Haruka. Dan Rena mendesah, ia kasihan pada Yuki yang terus-menerus menunggu Haruka, tanpa tahu kapan pulangnya si putri sulung.

"Yuki, sebaiknya kau istirahat." Kata Rena.
"Tidak, Rena. Mungkin Haruka akan pulang nanti, kasihan jika tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Aku takut dia kedinginan dan belum makan di luar sana." Rena tak tahu, kenapa Yuki bisa seyakin itu. Darimana Yuki mendapatkan keyakinan seperti itu?
"Yuki, aku tahu perasaanmu. Tapi… percayalah jika Haruka akan baik-baik saja. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Kau tenang, ya?" Yuki hanya diam, dan terus memperhatikan jendela yang memperlihatkan halaman luar itu.

***

"Mama, kita akan pergi kemana?" Tanya Ren, ketika Ibunya tiba-tiba membangunkan dirinya yang masih tertidur. Bahkan, membawa koper dan juga Juna yang berada di gendongannya.
"Kita akan pergi ke rumah Mama. Kita tinggal di sana, ok?"
"Apa Papa tahu jika kita pergi?" Rena tersenyum mendengarnya.
"Tentu, Sayang. Tapi, kita tidak akan memberitahu pada Papa, kita ada di mana. Tapi, kita akan memberitahu suatu saat nanti pada Papa. Papa kita beri waktu untuk berpikir, jika Papa sudah menemukan jawabannya, maka kita akan memberitahu Papa di mana kita berada." Kata Rena menjelaskan.
"Maksud Mama apa?" Ren tak mengerti sama sekali.
"Kau akan mengerti suatu saat nanti, Sayang. Sekarang, bantu Mama untuk mengemasi barangmu."

Ren mengangguk dan membantu Ibunya untuk mengemasi barang miliknya. Setelah semua tertata rapi di dalam koper, Rena menuntun buah hatinya untuk keluar dari rumah. Rena bahkan harus memperhatikan keadaan sekitar, ia takut jika ada yang memergoki dirinya. Hingga Rena membuka pintu rumah, dan kembali menutupnya dengan pelan. Lalu, pergi di saat pengawal dalam keadaan lengah.
Rena berjalan kaki, karena jalan yang sepi. Mungkin, jika matahari sudah terbit, ia akan menggunakan bis untuk pergi. Apalagi, dia merasa kasihan pada Ren yang harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Ren pasti sangat lelah.

"Ren, kau lelah?"
"Tidak, Mama. Ren sudah besar dan harus bisa menjaga Mama dan Juna." Rena tersenyum mendengar ucapan polos dari putranya itu.
"Jika lelah, bilang pada Mama, ya?" Ren mengangguk sambil tersenyum.

***

Jun tak pernah menyangka, jika semalam lah Rena pergi. Memutuskan untuk pergi sendiri. Dan meninggalkan secarik kertas untuknya. Berisikan untuk menerima Yuki, serta berpikir selama Rena pergi. Bahkan, Mayu dan Yuki pun tak menyangka, jika Rena pergi demi kebaikan keluarga mereka. Dan Rena juga menyuruh Jun untuk menemukan putri pertama keluarga Matsui. Haruka adalah putri pertama, dan Haruka adalah permata pertama bagi Matsui. Bahkan, Kakek dan Nenek mereka juga menyayangi Haruka.
Ketika tahu permata pertama menghilang, mareka juga sangat sedih. Membujuk Jun untuk menemukan permata mereka yang hilang. Tak peduli berapa lama untuk menemukannya, mereka tak peduli, yang terpenting permata mereka kembali.

"Rena, kenapa kau pergi secara diam-diam seperti ini? Aku mencintaimu! Maafkan aku, jika aku salah, Sayang."

Satu-satunya cara agar Rena kembali adalah Jun harus bisa berubah, dan kemudian menerima dan mencintai Yuki. Lalu menerima Haruka dan menemukan Haruka dan menemukan Rena. Hanya itu yang bisa Jun lakukan sekarang.
Namun, pertanyaannya adalah, apa Jun bisa berubah sekarang?


TBC

Our FamilyWhere stories live. Discover now