TIGA

75.2K 5.1K 182
                                    

              

Nia membuka kelopak matanya ketika mendengar suara berisik dari para anak tetangganya yang berteriak di depan rumah atau sekitar rumahnya.

Gadis itu menguap lebar dan menatap sekeliling kamar yang ia tahu ini adalah kamarnya sendiri.

Nia menarik jam weker yang berada di atas nakas dan melihat sudah pukul sembilan pagi. Samar-samar Nia ingat jika ada seorang pria yang mengantarnya pulang entah dengan cara apa pria itu bisa tahu alamat rumahnya, Nia tidak tahu.

Nia mengerut keningnya karena melupakan wajah pria yang mengantarnya pulang. Matanya memindai tubuhnya sendiri dan menghela napas lega karena ia masih berpakaian utuh.

Nia turun dari tempat tidur tak sengaja matanya menatap dinding kamar yang penuh dengan foto Ramon dan dirinya. Ada juga beberapa fotonya dan juga Sarah.

Nia mendengkus sambil menunjuk foto-foto tersebut dengan jari tengahnya.

"Awas kalian berdua tunggu pembalasan dariku," gumamnya sebelum memutuskan unjuk masuk ke dalam kamar mandi.

Dua jam kemudian.

Nia berjalan keluar rumahnya hingga berdiri di depan sebuah kotak sampah terbuat dari semen dengan membawa kardus besar berisi foto dan barang kenangannya bersama Ramon.

"Awas kalian berdua, tunggu pembalasan dari Arrania Wilati ini," gumamnya penuh dendam.

Nia memasukkan foto yang sudah ia cabut dari bingkainya dan melemparnya ke dalam kotak sampah. Setelah itu ia mengeluarkan barang-barang pemberian Ramon padanya berupa kotak perhiasan, bandana yang sudah patah, jepit yang sudah patah atau berkarat, lalu, gelang tangan yang di beli lima belas ribuan, serta pernak-pernik tak berharga lainnya.

Setelah memasukkan itu semua, Nia kemudian mulai menghidupkan api dan membakar semua sampah yang berada di dalam kotak sampah.

"Kalian berdua memang pantas di bakar seperti ini," gumamnya seolah ia membakar Ramon dan Sarah.

Setelah itu, Nia melangkah masuk dan tak lama ia membawa tumpukan boneka yang diberikan Ramon serta Sarah padanya.

"Yuk, semuanya! Di beli bonekanya! Murah meriah dan masih bagus semua. Cuma dua puluh ribu satu boneka ukuran sedang. Tiga puluh ribu boneka ukuran besar. Siapa cepat dia dapat!" teriak Nia di depan rumahnya yang tak berpagar.

Suara Nia yang lumayan keras tanpa menggunakan toa menarik perhatian orang-orang di sekitar termasuk anak kecil. Semua berkumpul dan membeli boneka jualan Nia. Bonekanya masih sangat bagus tanpa kotor dan rusak sedikitpun karena Nia memang rajin merawat barang.

Setelah semua bonekanya habis, Nia masuk ke dalam dan keluar dengan membawa tas, jam tangan, serta beberapa koleksi sepatu miliknya yang diberikan dari hasil pacaran dengan Ramon selama bertahun-tahun.

Cukup butuh waktu tiga jam semua barang pemberian Ramon sudah Nia jual dan laku keras.

"Dari pada di bakar jadi abu, mending di jual jadi duit," ujarnya santai. Setelah itu, Nia kemudian masuk ke dalam sambil menghitung jumlah uang yang ia dapatkan dalam beberapa jam terakhir ini.

"Lumayanlah dapat 4 juta seratus ribu," ujarnya setelah selesai menghitungnya.

Nia kemudian melangkah masuk ke dalam kamarnya dan tertegun melihat kamarnya sudah hampir kosong. Bahkan, lemari bajunya pun sudah sedikit berkurang karena baju yang di berikan Ramon padanya cukup banyak dan sudah terjual.

Nia menatap tumpukan uang pecahan sepuluh ribuan yang ia pegang, kemudian menghela napas sejenak.

"Uang ini akan aku belikan tas dan baju di pasar nanti,"  gumamnya sambil tersenyum.

DILEMA ISTRI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang