Perpisahan Dan Rasa

16 3 0
                                    

Annyeong, budayakan sebwlum membaca follow akun aku ya ^-^

Happy reading friends

...
"Iya, Mah. Maafin Jessy Mah?" lirihnya dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Kenapa harus pergi lagi sayang?" tanyanya, "Apa Jessy tidak sayang atau kangen Mamah?" tanya Mamah.

"Ee ... itu, Jessy sangat sayang sama Mamah dan juga kangen banget sama Mamah, ta-tapi ...."

"Tapi kenapa sayang?"

"Eee ... Papah menyuruh Jessy kembali ada yang ingin Papah bicarakan dengan Jessy mah," bohongnya, "Maaf, Mah. Jessy harus berbohong," gumanya di sela-sela Bu Aya bicara.

"Jika itu adalah Papahmu yang menyuruhmu kembali, Mamah tidak akan menahannya pergilah dan kembalilah lagi ke sini kapan pun," Mamah langsung memeluknya air mata Jessy tak bisa ia bendung lagi.

Jessy hanya terdiam dan mengangguk, setelah selesai kangen-kangenanya Jessy mendekati Rasya.

"Kalau gitu mamah tunggu di luar."

Mereka hanya mengangguk mengerti.

~☆☆☆~

"Ada apa?" jutek Rasya.

"Kenapa masih jutek gitu, aku kan sudah mau pergi setidaknya kamu jangan gitu dong," pinta Jessy.

"Ya, langsung aja ke intinya ada apa?"

"Aku mungkin gak akan kembali lagi ke indonesia Ray."

"Lalu, apa hubungannya denganku," jawabnya ketus.

"Hufftt ...," Jessy menghela napasnya. "Apa kamu tidak mau mencegahku?"

Rasya diam tidak menjawab. "Baiklah aku tau jawabanmu," Jessy menghela napas lagi. "Setidaknya sekarang aku lega untuk pergi, aku tau kamu menyukainyakan?" Jessy tersenyum.

"Siapa?" Rasya menatapnya bingung.

"Kamu sudah tau jawabanya Ray, dan kamu tidak perlu bertanya lagi."

Rasya bingung dan memutar bola matanya siapa yang di maksud dengan Jessy setaunya dia tidak pernah memberitahunya dan memperkenalkannya pada teman-temannya.

"Tidak usah di pikirkan Ray, dan semoga kamu dan dia setelah aku pergi kalian bisa bahagia, dan aku juga tau kalau dia juga menyukaimu." Senyum Jessy.

"Kamu bicara apa sih Jes! Gak usah mengada-ngada deh." kesal Rasya.

"Aku tidak mengada-ngada Ray, aku melihatnya di lestoran dan di jalan juga."

"Apa kamu penguntit," jawabnya

"Tidak aku hanya tidak sengaja melihatnya, mungkin hanya beberapa kali saja."

Dering telepon Jessy bergetar. Ia merogoh dan mengangkat telponnya.

"Hallo."

...

"Iya, ini aku bentar lagi berangkat."

...

"Aku masih di rumah sakit, jenguk Ray, dia kan lagi sakit.  Dan tadi aku sudah bilang juga kan." Terputus ...

"Aku harus pergi sekarang, dan ini sebenarnya aku akan bertunangan dengan seseorang dan itu sebuah kado buat kamu jika nanti kamu sudah menikah dengan siapapun, baru kamu boleh membuka kado itu."

"Kamu mau menikah Jes," Rasya membelalakan matanya, saat ia melihat undangan yang di berikan oleh Jessy.

"Aku baru mau tunangan aja Ray, dan jangan bilang-bilang ke mamah."

"Kenapa?"

"Aku tidak mau menyakitinya Ray, karena tidak menempati janji."

"Janji?"

"Ya Ray, dulu aku dan mamah membuat janji saat kita lulus kuliah nanti kita akan menikah," jawabnya.

"A-apa!!" Rasya kaget dan tidak terima.

"Kenapa kalian tidak memberitahuku!"

"Maaf Ray aku tidak bisa menjelaskan semuannya, labih baik kamu tanyakan dengan mamah."

"Tapi?"

"Aku harus pergi Ray."

Rasya pun terdiam sejenak lalu iya pun berkata "Are you oke Jes?"

"Yes, i'm oke Ray," Jessy tersenyum.

"Kita berteman," Rasya mengulurkan tangannya.

"Tentu Ray," Jessy menyambut tanganya.

"Love you friends."

"Love you to."

Mereka pun keluar dari ruangan dan menghampiri mamahnya.

"Mah Jessy pergi dulu," ucapnya.

"Biar Mamah sama Rasya antar ya."

"Gak usah Mah, sudah ada yang jemput Jessy."

"Ya sudah kita keluar bareng ya."

"Ya mah."

Sesampai di sana Jessy pun sudah disambut oleh seorang cowok rambutnya hitam matanya bewarna biru tajam.

"Mah. Jessy berangkat dulu ya." Jessy mencium mamahnya dan memeluknya

"Iya sayang hati-hati."

"Iya mah, love you Mah," Jessy memasuki mobilnya dan sambil melambaikan tangannya.

"Love you to."

Rasya hanya tersenyum

"Sebelum pulang Mamah mau mampir ke toko sebentar ya Ray."

"Ya mah," sambil memasuki mobilnya.

☆☆☆

"Fel kamu bisa pulang duluan deh gak papa biar aku yang jaga tokonya, aku kan juga datangnya terlambat banget tadi," tawar Eli.

"Ya sudah aku duluan ya, El nanti kalau Bu Aya ke sini nanyain laporan, aku taruh di atas meja ini ya El."

Elina hanya mengangguk, dan mengengkat satu ibu jarinya.

"Rasya + Mah ...," Panggil mereka berbarengan.

"Mamah aja dulu deh."

"Gimana hubunganmu dengan Jessy?" tanya Mamah.

"Kok jadi Jessy sih mah." protesnya yang sedikit kesal.

"Lah emang kenapa? Kenapa kamu jadi protes gitu?" Kaget mamahnya yang tiba-tiba ia seperti salah bicara.

"Ee ... I-itu arghh ...," Rasya gelagapan dan menggaruk tengkuk kepalanya yang gak gatal.

"Kenapa?" tanya mamahnya lagi. "Mamah salah ya nanya gitu?"

"Bukan gitu maksud Ray mah," ucap Rasya gusar takut menyakiti mamahnya jika mengetahui yang sebenarnya.

"Terus?"

"Tau deh mah ...," Rasyapun menegak menumannya.

"Apa kamu tidak menyukai Jessy lagi?" tanya mamah pelan membuat
Rasya tersedak minumannya.

"Mamah apa-apaan sih." ucap Rasya.

"Mamah kan cuman nanya Ray, kalau emang benar ya mamah gak akan maksa kamu. Kalau kamu gak mau Ray," ucap mamahnya. Rasya hanya diam tak menjawab

"Lalu bagaimana dengan Elina apa kamu menyukainya?" tanya Mamah sedikit jahil. Namun, Rasya terdiam dan mentap mata mamahnya dengan membelalakan matanya karena terkejut.
...

Jangan lupa vote komen kritiknya juga ya, baca ceritaku satunya juga^-^
#kesedihan ku

Bisakah MemilikimuWhere stories live. Discover now