Pertemuan

106 22 1
                                    

Dipagi hari yang cerah dan udara yang masih dingin dan sejuk, seorang remaja berumur 14thn sedang memasak sup, remaja cantik itu bernama Elvara, yang tinggal bersama adik lelakinya yang masih kecil dan ibunya yang sakit, ayahnya telah meninggal waktu dirinya masih berumur 8thn. Dirinya harus banting tulang untuk bertahan hidup dan memenuhi pangan sehari hari, belum lagi dia harus mengurus adiknya yang masih batita.

Elvara berkerja sebagai pelayan di rumah tetangganya, dan jika dia sedang berkerja maka adiknya dan ibunya akan dititipkan pada sahabatnya yang seumuran dengannya. Nama sahabatnya adalah Felisa.

"Aku titip mereka, tolong jaga mereka ya Felisa" ucap Elvara.

Felisa mengangguk sambil tersenyum, "Baiklah... hati hati di jalan" ucap Felisa.

"Iya..., aku jalan baii..." pamit Elvara sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Sebenarnya Elvara sudah terlambat beberapa jam, akibat mengurus adik dan ibunya. Pasti sesampainya disana Elvara akan terkena omelan dari majikannya. Tapi hal itu sudah biasa dia dapatkan setiap hari, Elvara juga kadang mendapatkan perlakuan kasar dari keluarga majikannya, seperti dijambak, ditendang, di tampar dan lain lain. Seandainya saja dirinya punya keluarga yang sempurna orang tua yang sehat dan adik serta dirinya bahagia didalamnya. Seandainya...

'Tok...tok...tok..'

BRAAK..

Bugh...

Argh..

Saat Elvara mengetok pintu tak lama pintu terdobrak dari dalam dan Elvara terkena dobrakan pintu sehingga dia terdorong hingga terjatuh ke tanah. Dari pintu tampak seorang wanita ber make up tebal dan gendut sedang melototi Elvara yang terjatuh.

"Kenapa telat?" Tanyanya dengan gaya yang sama.

"Sebenarnya saya..."

"Alasan apa lagi ini hah, sekarang kamu cuci ini semua, dengan waktu setengah jam kalau tidak upahmu saya potong cih..," ucap wanita itu sambil melempari ember yang penuh dengan tumpukan pakaian.

"Tapi untuk perjala...,"

"CUKUP, sekarang pergih..," ucapnya sambil menunjuk arah tak jelas dan menutup pintunya dengan bantingan.

Elvara menatap pakaian yang berserakan di tanah dengan ember yang terbalik. Majikannya sungguh egois perjalanan menuju ke sungai saja hampir setengah jam belum mencucinya sebanyak ini, bagaimana bisa?.

Elvara berjalan cepat untuk menuju kesungai, sempat beberapa kali dia menabrak seseorang dan meminta maaf lalu teguran dari mereka. Sesampainya disungai mungkin tinggal beberapa menit lagi sebelum ia kembali tapi kan perjalanan kembalinya jauh. Ini sudah tidak masuk akal. Elvara berusaha mengosok dan membilas dengan cepat tapi berakhir ceroboh, isi baju ember semua tumpah ke sungai dan hanyut bersama deras aliran sungai, 'hah...' ucap Elvara berusaha menggapai baju baju tersebut. Tapi tak bisa. Dia melompat dari batu ke batu dan sesekali kaki terpeset, air yang mengalir deras membuat pergerakannya cepat dan jarak Elvara dan baju majikannya menjauh. Tapi Elvara pantang menyerah, dia kejar baju baju itu walaupun kemungkinannya kecil untuk mendapatkannya kembali.

Elvara mulai panik baju baju yang lain sudah berhasil dia dapatkan tapi ada satu baju dan baju itu sangatlah yang paling terpenting karna baju itu baju kesayangan nyonyanya, dan masalah besarnya dia hampir tepat berada di ujung air terur yang sangat tinggi.

Saat sudah memebara meter jarak antara air terjun dan baju itu Elvara melompat, tangannya berusaha menggapai baju itu.

"BERHASIL" girannya.

'Haaaa' kesenangan sesaat tapi masalahnya tambah lebih besar karna Elvara malah ikut terseret aliran air deras itu. Hingga beberapa senti kemudian...

"Argh... dapat" ucap seorang remaja tampan yang berhasil memegang Elvara, lalu remaja itu kembali mengulurkan tangan dan menarik Elvara naik ke batu yang dia naiki.

"Te...terimakasih" ucap Elvara, remaja itu tersenyum lalu mengangguk.

"Apa yang terjadi?"

"Aku hanya sedang mencuci baju tadi tapi, malah..."

"Apa kau orang yang menjadi pelayan seseorang?,"

"Hm..i..ya"

"Kenapa? Dimana orang tua mu?"

"Apa kau anggota pasukan remaja elit dari, dari kerajaan velga?" Tanya Elvara.

"Iya, wilayah pedesaan paling rawan perbudak anak seperti mu, kadang orang orang mempekerjakan orang seperti mu untuk menjadi pelayan dengan upah yang sangat sedikit, hanya demi bertahan hidup, asal kau tau dulu aku juga sepertimu tapi aku lebih suka disiksa dari pada membereskan sesuatu" ucapnya Elvara menatap sendu remaja lelaki itu, kasihan.

"Ya ampun, apakah kau kabur dan bergabung ke pasukan remaja?"

"Iya benar, kalau aku boleh sarankan lebih baik kau ikut denganku dan bergabung" ucapnya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya, menunggu jawaban Elvara.

"Aku... tidak bisa, karna masih ada adikku yang masih kecil dan ibuku dia sakit," remaja itu hanya menyimak.


"Maaf,"ucap Elvara sambil berlalu meninggalkan remaja yanh tak diketahui namanya itu.

' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

Hai, gimana ceritanya? Maaf ya kalau masih ada yang kurang...
cerita awalnya memang agak membosankan tapi aku saranin kalian lanjut bacanya nanti kalau udah tau jalan ceritanya pasti kalian ketagihan.

Jangan lupa vote ya!

ElvaraWhere stories live. Discover now