♧ Prologue ♧

50 5 4
                                    

Somnambula, sebuah negeri dengan hamparan padang rumput seluas mata memandang dimana aku lahir dan tinggal. Hanya ada beberapa pohon tinggi besar nan rimbun yang menghiasi dalam jarak saling berjauhan. Dan namaku adalah Alemya, yang memiliki arti 'keberuntungan' menurut para leluhur suku kami.

Aku hanya tinggal berdua dengan ayah, karena ayah bilang ibu sudah meninggal saat melahirkanku. Namun bukan itu yang menjadi masalah utamanya. Perlu dicatat bahwa aku merupakan seorang gadis pembawa sial.

Mengapa begitu?
Mengapa aku diperlakukan berbeda oleh lingkungan disekitarku?
Jawabannya hanya satu.
Suku kami, Badosh, semuanya terlahir dengan warna kulit gelap dan netra senada batu opal sementara aku terlahir dengan warna kulit putih dengan iris mata seperti ruby.
Namun ayahku tak pernah menghiraukannya meski beliau dianggap hina atas keberadaan diriku.

Kami berdua pada akhirnya memilih untuk mengasingkan diri dari suku kami, menjauh dan menghilang dari sistem sosial mereka yang terkesan rasis. Namun ternyata kami berdua tak bisa menghilang selamanya dari kaum Badosh, dan mau tak mau kami pada akhirnya tinggal kembali bersama mereka.

Dalam kurun waktu berdekatan dengan hari kelahiranku, ayah diangkat menjadi ketua suku yang baru. Bangga memenuhi relung hatiku yang terdalam, dan sebagian dari mereka juga tampak bahagia. Semoga kesialan yang kubawa takkan menyentuh kebahagiaan ayah sedikitpun kali ini.

Sayang seribu sayang, hal itu tak bertahan lama. Beberapa suku lain mulai menyerang kami secara bertahap, seolah mereka bersatu padu dan merencanakan ini semua sejak awal menjelang tiga hari sebelum ulang tahunku dirayakan besar-besaran.

Untungnya dengan kemampuan strategi perang ayah, suku-suku musuh bisa dipukul mundur perlahan tanpa adanya korban jiwa, tapi tak sedikit pula adanya korban luka-luka karenanya. Setidaknya aku bersyukur bahwa kami semua baik-baik saja, walaupun segelintir orang mulai mencibir dan menyalahkanku atas apa yang telah terjadi.

Iya...
Aku sadar diriku memang selalu membawa kesialan dimanapun aku berada. Hingga aku pernah meminta izin kepada ayah untuk pergi meninggalkan Somnambula seorang diri, tapi ayah menolak.

Aku dengan alasanku dan ayah dengan alasannya, sungguh lucu. Kami berdua sempat adu mulut hampir selama satu jam, bersikukuh pada pendapat masing-masing yang tak bisa menemukan titik temu pasti. Setelahnya kami justru tertawa, menertawakan sikap kami yang cukup labil.

Aku teramat menyayangi ayah, beliau merupakan kebanggaan tersendiri untukku. Memiliki wajah mempesona, tubuh bidang, pola pikir yang brilian, dan yang paling penting adalah jiwanya yang besar. Sebagai seorang anak, setidaknya aku harus membuat ayahku bangga juga bukan?

Aku mulai mempelajari beladiri dasar serta teknik berburu menggunakan pedang dan panah dua hari sebelum hari ulang tahunku tiba, dengan bantuan tambahan dari paman. Setiap awalan pasti ada kegagalan, karena aku bukanlah tokoh utama perempuan yang tiba-tiba sudah diciptakan untuk menjadi kuat.

Dalam dua hari yang singkat itupun, ruam mewarnai beberapa bagian tubuhku yang dibalut oleh kulit putih ini. Tapi aku merasa lega, karena akhirnya aku bisa membela diri tanpa bantuan dari ayah, paman, atau orang-orang dari suku kami jika terjadi penyergapan seperti tempo hari.

Hari dimana ulang tahunku dirayakan pun tiba, hanya ada ayah dan orang-orang terpercayanya saja. Sisanya? Lebih memilih untuk menyibukkan diri mereka. Tak mengapa, toh aku juga tidak menginginkan keberadaan orang yang tak bisa menghargai orang lain. Selama ada ayah disisiku, aku tak memerlukan hal lain lagi.

Doaku ternyata tak terkabulkan. Malam setelah sehari ulang tahunku dirayakan, ketika semuanya telah tertidur, hawa panas menyeruak. Tersadar dari alam mimpi, aku melihat asap tebal mengepul menutupi langit-langit rumah khas suku kami. Panik, aku mencari-cari keberadaan ayah sembari berteriak beberapa kali.

Naas, bukan ayah yang mendatangiku. Melainkan seseorang yang memiliki sosok tinggi besar dengan tato khusus pada wajah dan seluruh tubuhnya, anting khas suku Boda di telinga sebelah kiri, deretan gigi tajam saat ia menyeringai memandangiku ketika membungkuk. Jujur, aku merasa ketakutan. Kesialan apalagi ini?
↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭
TBC •••

Bad 'Luck'y Princess X Cursed PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang