Prolog

65 6 1
                                    

Mystic Falls, Virginia, 23 Maret 2006

Badai turun pada malam itu, jalanan berkabut dan licin. Namun, pesta malam jumat tetap berjalan meriah. Mungkin hanya gadis itu yang tidak menikmati dan pulang lebih awal.

Gadis itu memencetkan tombol-tombol di ponselnya, mengirimkan pesan pada sahabatnya. Ia tersenyum saat menjawab pesan temannya itu. Ia menatap suasana kota Mystic Falls dari jendela kaca mobil, lalu menatap kedua orang tuanya yang duduk di bagian depan, sang ayah sangat serius mengemudi, sementara ibunya menelpon seseorang. Ya, gadis ini meminta kedua orang tuanya menjemput dirinya dari pesta. Dan mungkin ia sangat lega karena telah berhasil keluar dari pesta  sekolahnya itu.

Ia bertukar pesan lagi pada sahabatnya agar ia tidak terlalu bosan selama perjalanan, dan mengalihkan pikirannya dari kejadian di pesta. Apa yang terjadi tadi? bukankah yang terjadi bukanlah hal yang besar, mengapa ia menjadi kesal? dan darimana asal pemikiran untuk memutuskan kekasihnya?

Omongan kekasihnya masih terngiang di kepala gadis itu, ia berhenti mengetik. 

Apa masa depannya? Akankah ia menikah dengan kekasihnya iu dan memiliki anak bersamanya?

Tidak. Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Ia hanya gadis delapan belas tahun yang ingin menikmati hidupnya dengan bahagia, menikmati masa remajanya, menikmati hari kuliahnya nanti dan tidak berpikir untuk menjadi seorang ibu.

Mungkin putus dengannya adalah yang terbaik. Gadis berambut hitam itu kembali memencetkan tombol-tombol ponselnya untuk mengirim pesan pada sahabatnya.

Namun ia merasakan tubuhnya terpental ke samping saat mobil keluar dari jalan. Kepanikan melanda ibunya, ayahnya berusaha mengendalikan mobilnya yang sedang berada di atas jembatan Wickery. Gadis itu berusaha untuk menenangkan diri dan mencoba mencari sesuatu untuk berpegangan. Ia merasakan tubuhnya melayang saat mobil itu secara utuh keluar dari jembatan dan yang ia ingat adalah saat air menenggelamkannya. Gadis itu berusaha untuk membuat dirinya tetap terjaga. Namun paru-paru dan jantungnya seperti terisi air dan ia tak bisa bernapas. Ia ingat ayahnya tersenyum padanya, ia ingat pria itu menggerakkan bibirnya untuk berkata aku mencintaimu sebelum semuanya menjadi gelap.

Melihat mobil itu jatuh ke dalam sungai, pria bermata hijau langsung masuk ke dalam air, berenang dan menghampiri mobil yang tenggelam. Ia melihat ke bagian depan mobil, tempat dimana sang ibu yang sudah tak sadarkan diri, sementara sang ayah berusaha mencari celah untuk menyelamatkan istri dan putrinya.

Pria itu menarik knop mobil bagian depan, ingin menyelamatkan sang ayah. Namun yang ingin diselamatkan menggeleng, pria tua itu menunjuk kursi bagian belakang dan memohon untuk menyelamatkan putrinya terlebih dahulu. Pria dengan jaket kulit itu bingung harus melakukan apa, namun sang ayah tetap memintanya menyelamatkan putrinya dulu.

Bandul kalung yang pria itu pakai melayang mengikuti arus sungai, dan ia menjaganya agar kalungnya tetap berada pada tempatnya. Pria bermata hijau itu langsung bergerak ke pintu belakang, berusaha untuk membuka pintunya.

Pintu itu akhirnya terbuka dan menampilkan seorang gadis berambut hitam yang sudah tak sadarkan diri, mata pria itu langsung terbelalak. Gadis itu. 

Gadis yang sangat ia ingin temui.

Wajah gadis yang sangat sangat ingin ia lihat.

Dan satu kata, satu panggilan nama yang keluar dari mulut pria bermata hijau itu,

"Katherine."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Just UsWhere stories live. Discover now