Psycho

229 29 3
                                    

Ada bumbu dewasa.

"Woooo~"

Seokjin terbangun, napas memburu, tubuh penuh peluh. Seokjin menelan ludah. Tadi itu ... hanya mimpi, tetapi mengapa terasa nyata? Memutuskan tak ambil pusing, Seokjin kembali menutup mata tanpa tahu sepasang mata sipit menggemaskan menatap tak biasa.

"Ha yah, umm...."

Namjoon mengernyit, masih dengan mata merapat, embusan napas hangat menggelitik telinga dan sepasang tangan dingin yang perlahan melilit erat.

"Yah, Psycho,"

Di malam hari, Jungkook sedang berkaca, sesekali ia membelokkan pipi bergantian. Tiba-tiba pandangan menggelap. Jungkook mengernyit. Kernyitan itu semakin bertambah ketika rasa hangat menjalar di leher.

"Norojo myon joulka. Iron mameun to chom ira,"

Yoongi mencuci wajah di tengah malam. Entahlah, ia gerah. Namun mendadak, hawa dingin menyeruak. Yoongi mengernyit, mata menatap cermin di depannya. Dan tampaklah wajah datar yang memesona sedang menatap dingin. Yoongi berkedip, mengucek mata. Detik berikutnya, tak ada lagi penampakan wanita tadi.

"Up and down i jom simhe, jojori jaku jal andwe. Hana hwaksir an gon i don't play the game,"

Seulgi menatap Seokjin lebih dekat dan lekat. Tangan halus mulai menelusuri pipi pria itu, mengelusnya pelan, tersenyum tipis. Lalu ia mulai membaringkan diri di sebelah Seokjin, memeluk tubuh pria berbahu lebar itu perlahan namun erat.

"Uri, jinj, byol nade~ geunyang nega nomu joa-he,"

Taehyung memandang sekeliling sambil mengeratkan jaket, sangat gelap. Wajar, orang normal mana yang jalan-jalan pada dini hari?
Sekelebat bayangan putih melintas di depan mata. Taehyung terkaget. Apa itu tadi? Memang tempat ini terkenal angker, sih. Tetapi Taehyung tak percaya. Taehyung memandang sekeliling kembali. Tak ada hal aneh lagi. Mungkin tadi hanya khayalan. Tetapi bisikan lembut namun mengerikan membuat Taehyung membeku.

"Non gugol nomu jaralgo nal jirak pyorake. Nado ma chan gaji in gol,"

Setelah pandangan jelas pun rasa hangat di leher hilang, Jungkook menolehkan kepala ke belakang perlahan-lahan. Jungkook mengembuskan napas lega. Tak ada siapa-siapa, mungkin tadi itu hanya mati lampu sebentar. Namun saat Jungkook menengok kembali pada cermin wajah cantik berponi rata tampak menatapnya dingin.

"Urin cham byola go isang han sa i ya. Sororul buso jige,"

Seungwan semakin mengeratkan pelukan pada Namjoon. Wanita itu mulai berani mengembus-embuskan napas tepat di telinga Namjoon. Pelan namun sensual. Namjoon tak tahan lagi, ia pun menoleh sedikit demi sedikit. Dan saat melihat ke belakang, Namjoon seketika menyesal, sebab wajah cantik berponi rata abu-abu tersenyum indah namun penuh makna.

"Buso jige,"

Seokjin bermimpi, seorang gadis berponi rata tipis memperlihatkan diri ketika ia bercermin.

"Geurigon tukyoana,"

Tanpa aba-aba Wendy mencium bibir tebal Namjoon yang masih suci. Yang dicium hanya mampu terpatung merasakan sensasi dingin dan hangat bersamaan.

"Geurigon tukyoana,"

Sooyoung tersenyum, kejap selanjutnya ia hilang bak ditelan bumi. Meninggalkan Jungkook yang terpaku, mencoba mencerna keadaan tak masuk akal ini.

"You got me feeling like a Psycho, Psycho. Uril bogo malhe jaku, jaku. Dashian bol tut sa uda gado, buto da nini marya. Ihega an gande, utgi jido ante,"

Psycho (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang