Second Time!

4 0 0
                                    

Gue ngantuk.

Tapi Brian udah warning gue dari siang kalo gue harus datang. Meeting dalam rangka road to halalnya. Bakal ketemu sama tim WO nya dari Jakarta. Bayangkan betapa sultannya sahabat gue sampe menerbangkan tim WO nya buat rapat ke sini. Dan gue nggak tau apa fungsinya gue datang.

Kali ini dia juga nggak ngajak ketemu di mall atau coffee shop biasa. Dia ngajak ke warung kopi. Ini, demi bulan dan bintang juga matahari, gue nggak tau kenapa dia milih ke warung. Katanya, karna suasananya nyaman. Dan di rekomendasiin sama salah satu relasinya yang pecinta kopi.

Yang di pikiran gue dengan nama warung kopi, ya warung gitu. Pinggiran, kaki lima. Ternyata gue salah. Nama tempatnya memang Warung Kopi tapi tetap ala coffee shop kekinian. Rasanya gue kesel sendiri karna rupa dan namanya berbanding terbalik.

"Lama amat sih lo!" Alez, tunangan Brian mengomel karna gue telat datang. Hampir satu jam. Alasannya karna gue sempat ketiduran habis pulang kerja dan bangun karna sakit perut. Mungkin kalo nggak gitu, gue bablas tidur sampai pagi.

Mereka sudah nunggu gue di meja yang berada di sisi paling dalam. Agak jauh dari pintu masuk. Bersama tiga orang lainnya yang gue pikir pasti tim WO nya.

"Mending gue datang, dari pada gue tinggal tidur. Capek gue hari ini." omel gue sambil mengambil tempat di sisi Rian.

"Jangan ngomel kayak cewek lo ah, lemah." khas Alez, frontal. Tapi sahabat gue bisa kuat sama mulut jahat cewek ini, heran juga gue.

Gue mencebik pelan dan memesan sesuatu yang manis. Gue butuh yang manis biar nggak makin kesel. "Coklat dingin ya mas..." kata gue ke waitress yang datang.

Lalu mulai ikut menyimak jalannya diskusi rencana pernikahan mereka. Masih beberapa bulan lagi. Belum fix katanya. Masih menyesuaikan sama jadwal Alez yang lagi full job.

Luar biasa memang pasangan ini.

Nggak butuh waktu lama buat pesanan gue datang. Dan gue mendapati ada pesanan yang bukan punya gue. "Kayaknya saya nggak pesen ini mas?!" tegur gue ke waitress.

Waitress nya senyum. "Free mas dari adeknya owner." dan dia pergi.

Brian nyenggol lengan gue pelan. "Lo punya gebetan baru? Nggak bilang kalo lo kenal yang punya..." bisiknya.

"Anjir, gue juga kesini baru pertama. Temen gue nggak ada yang pernah nongki di warung." maki gue kesel.

Gue meminum si coklat sambil memandang dessert yang ada di sebelahnya. Agak familliar dimata gue. Sepertinya gue tau entah dimana. "Dimana ya... Gue kayak nggak asing sama makanan ini." batin gue penasaran.

Tapi gue menyerah dengan mudah.

Gue memilih untuk nyimak obrolan berfaedah pasangan di depan gue. Tentang konsep. Perancang mana yang mereka mau pakai. Rencana buat ukur baju. Dan bla bla bla lainnya.

Sepuluh menit kemudian gue bosen. Dan milih buat foto random salah satu sudut cafe yang terlihat astetic dari tempat gue duduk. Ada salah satu dinding yang di pasangi rak dengan hiasan lampu berukuran besar dan di sebelahnya ada sebuah rumah kerang yang ukurannya juga nggak kalah besar.

Gue upload di sosmed gue dan men - tag lokasi dan juga account nya. Dengan tanpa caption.

Beberapa detik kemudian ada notifikasi komentar dari nama account asing yang nggak pernah gue lihat sebelumnya. Pas gue chek, di privat. Pengen maki banget gue rasanya. Tapi waktu gue baca ulang komentarnya, gue ngerasa nggak asing.

"Enjoy your dessert, mas."

Hati gue tiba - tiba hangat, entah kenapa. Dan mood gue tiba - tiba berubah jadi bahagia. Gue familliar banget rasanya sama gaya typing nya. Dan bikin gue penasaran untuk mengecek ulang account nya. Siapa tau gue inget dari nama atau fotonya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beautiful RiskWhere stories live. Discover now