Chapter 1: Who am I?

Start from the beginning
                                        

Jungwoo dengan ragu mendekat dan duduk dipaha Jaehyun. Jaehyun tersenyum lalu segera memeluk Jungwoo dari belakang.

"Malam itu kau sangat marah padaku"

"Marah?"

"Ya. Kau salah paham melihatku bersama Taeyong di salah satu club" ucap Jaehyun sambil menciumi leher Jungwoo dari belakang.

"Taeyong? Siapa Taeyong"

"Sahabatmu"

Mata Jungwoo menerawang. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu suatu tempat. Tapi dimana?

"Lalu kau pergi dengan amarah yang luar biasa. Kau pergi dan aku mengejarmu lalu aku melihat kau memacu mobil dengan cepat sebelum kau tertabrak truk"

Jungwoo tersentak saat mendengar penjelasan Jaehyun lalu menoleh kearah pria itu.

"Benarkah Jaehyun-ssi?"

"Iya itu benar" Jungwoo menangkap raut sendu yang dikeluarkan Jaehyun. Jujur mendengar pengakuan Jaehyun membuatnya seketika merinding. Ia hampir saja mati. Hei apa yang kau harapkan dari tertabrak truk?. Kematian adalah hal yang terlintas di benak. Dalam hati ia mengucap syukur karena telah selamat dari insiden tersebut.

Tapi Jungwoo samasekali tidak mengingat apapun. Pria itu membalikkan badannya kearah Jaehyun.

"Tapi aku merasa sangat asing. Bahkan dirimu aku merasa belum pernah bertemu denganmu"

Jaehyun tersenyum menampilkan dimple menawannya lalu pria itu mengambil sesuatu di nakas.

"Ini adalah foto pernikahan kita" Jaehyun membuka sebuah album.

"Ini aku dan kamu"Jaehyun menunjuk sebuah foto yang menampilkan mereka yang berada di altar pernikahan.

"Ini saat kita masih pacaran" Jaehyun menunjuk sebuah foto memperlihatkan dirinya dan Jaehyun yang saling merangkul.

Dibalikkannya halaman yang lain. Ada saat mereka lulus SMA, wisuda kuliah, saat mereka berkencan. Jika semua foto ada di dalam album ini maka Jaehyun tidak berbohong. Namun mengapa Jungwoo masih sangat ragu.

"Kita belum berpacaran saat SMA. Kita bersahabat saat itu. Kita mulai berpacaran saat semester 2"

Saat Jungwoo membalik halaman-halaman itu, Jaehyun kembali memeluk Jungwoo. Pria itu menelusupkan kepalanya ke ceruk leher Jungwoo. Saat Jungwoo akan membalik halaman yang lain lagi, ia merasakan lehernya terasa basah.

Jungwoo menghentikan aktivitasnya lalu mendpati Jaehyun yang ternyata sedang menangis.

"Jaehyun-ssi kau menangis?"

Jaehyun mengusap air matanya.

"Maaf aku sangat senang melihatmu sudah bangun. Aku akan segera menelpon dokter" Jaehyun bergegas meninggalkan Jungwoo.

Jungwoo melihat Jaehyun heran. Entah kenapa hatinya merasa tak enak. Rasanya aneh sekali. Setiap ia menatap Jaehyun, ia merasa kasihan. Ia merasa ini adalah hal yang salah. Ia merasa ini bukan tempatnya.

**

"Dia akan baik-baik saja" seorang dokter berkata. Saat Jungwoo melihat dokter itu, entah mengapa ia merasa pernah bertemu dengannya. Apa hanya perasaannya. Ah atau karena dokter muda dihadapannya ini sangat tampan?.

"Begitu" Jaehyun menggumam.

"Anda tidak usah khawatir tuan Jung. Tanda-tanda vitalnya sangat baik. Tuan Jungwoo tidak apa-apa. Seperti yang saya ceritakan, ia memang memiliki sedikit Gagar otak. Ingatannya akan pulih dari waktu ke waktu"

"Baiklah"

"Saya permisi"

Jungwoo menatap dokter muda itu pergi dari ruangannya.

"Namanya Cha Eunwoo. Kalau kau penasaran" Jaehyun berucap lalu duduk dihadapan Jungwoo. Entah mengapa Jungwoo melihat keengganan pada nada bicara Jaehyun.

"Kenapa? Dia tampan? Kau melihatnya terus dari tadi" Jaehyun berkata sambil mendengus malas. Oh rupanya pria dihadapannya ini sedang cemburu. Jujur Jungwoo tidak tahu harus merespon seperti apa. Memiliki suami adalah hal yang sulit ia percaya.

"Jaehyun-ssi"

"Ya?"

"Aku lapar" Ucap Jungwoo canggung. Bangun dari tidur panjang membuatnya sangat lapar.

Jaehyun tersenyum dan beranjak dari duduknya.

"Aku lupa kau belum makan apa-apa selama satu bulan"

"Satu bulan?" Jungwoo membelalakan matanya. Satu bulan bukan waktu yang sebentar.

"Kau koma selama itu Jungwoo"

"Benarkah?" Lagi lagi dalam  hati ia mengucap syukur. Ia berjanji akan menjalani hidupnya dengan baik. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Kau hanya dapat makanan dari selang infus. Sekarang aku akan membuatkan mu makanan. Tunggulah"

Jungwoo mengangguk dan melihat Jaehyun pergi dari ruangan itu.

Jungwoo berdiri dan melihat-lihat kamar yang ia tempati. Kamar ini benarkah milik mereka berdua?. Ia melihat rak yang berisi buku-buku, meja belajar, dan sebuah buku yang diletakkan di atas meja belajar itu.

Jungwoo melihat buku itu penasaran dan meraihnya.

"Cinta adalah kemewahan yang tiada Tara" Jungwoo membalik-balikan buku itu. Sebuah novel yang ia kira pasti sering ia baca.

Cklek

Mendengar bunyi itu, Jungwoo membalikkan tubuhnya dan mengembalikan buku itu pada tempatnya.

"Ayo kita makan"

**

Jungwoo tidak menyangka jika masakan Jaehyun sangat enak. Pria itu hanya memasak bubur tapi kenapa sangat enak?. Seingatnya ia tak suka bubur meskipun ia tak ingat pasti tapi tubuhnya terus mengirimkan sinyal.

"Pelan-pelan sayang" Jaehyun memberikannya air.

Jungwoo yang sedang tersedak hanya tersenyum malu. Ia meminum air putih itu.

"Jaehyun-ssi"

"Ya?"

"Kita ada dimana? Apa ini rumah milik kita?" Jungwoo menaruh gelas yang baru saja ia minum airnya. Sebenarnya ia hanya basa-basi, tentu saja ini rumah milik mereka sendiri. Kan mereka pasangan yang telah menikah.

Jaehyun tersenyum.

"Ini rumah milikmu. Kau tidak ingin menempati apartemen kita semenjak kita sering bertengkar"

Jungwoo hampir tersedak lagi saat mendengar penuturan Jaehyun.

"Tunggu apa maksudnya. Jadi kita tidak hanya bertengkar sekali?"

"Ini semua salahku"

Jungwoo menatap heran Jaehyun.

Sebenarnya apa yang terjadi?.

______

_____

____

___

__

Tbc

Note: ceritanya masih sama hanya beberapa kalimat yang aku revisi dan juga nanti bakal aku rubah sedikit ceritanya di akhir dari buku ini. Btw jangan lupa vote sama komen ya. Stay healthy oll!!

-oreyo Jan, 2022

Memory - Jaewoo [Tahap Revisi]Where stories live. Discover now