AYAM HUTAN

2 0 0
                                    

Gunung Baluran yang selalu diselimuti kabut masih menjadi tempat yang misterius bagi para hewan. Desas-desus yang selama ini beredar di kalangan para hewan yakni keberadaan pemangsa yang menakutkan.

Salah satunya yakni macan tutul.
Oleh sebab itu banyak hewan yang tak berani pergi ke sana, atau tinggal di sana. Nekat pergi ke Gunung Baluran bisa-bisa mati dimangsa macan tutul.

Meski begitu, belakangan ini muncul desas-desus baru yang beredar di kalangan para hewan khususnya di Savana Bekol. Desas-desus itu adalah tentang seekor hewan yang berani tinggal di Gunung Baluran.

Para hewan banyak yang membicarakan tentang hewan pemberani itu. Hewan pemberani yang sedang hangat diperbincangkan itu adalah seekor ayam hutan.
**

“Kalian bercanda?” ucap kerbau yang kaget namun hanya sebentar saja karena ia lebih fokus untuk mandi di lumpur.

“Kami tidak bercanda Pak Kerbau. Ayam hutan berani melawan macan dan tidak mati.” Ucap burung kecil.
Beberapa burung kecil tampak sedang mematuki kutu di punggung mamalia besar itu.

“Aku juga tidak percaya. Mana mungkin ayam hutan bisa melawan macan. Di wilayah ini hanya keluarga banteng dan kerbau saja yang bisa melawan macan.” Kali ini banteng ikut bersuara.

Sejak duel yang terjadi beberapa waktu yang lalu, kini kerbau dan banteng sudah sepakat untuk berbagi kekuasaan. Lagi pula duel waktu itu berakhir imbang.
“Hmmm...Tuan Banteng rupanya tidak percaya.” Ucap burung kecil lagi.
**

Di sisi lain Savana Bekol, perbincangan tentang ayam hutan juga terjadi.

“Aku pernah bertemu denganya beberapa waktu yang lalu” ucap merak.

“Oh ya... banyak yang bilang katanya ayam hutan mirip denganmu merak?” ucap Rusa Timor tumben-tumbennya mau bicara dengan merak.

Seperti biasa merak hijau dan rusa timor sering menghabiskan waktu bersama di bawah pohon Bekol sambil bersantai.

“Hmmm...itu bisa dikatakan benar. Tapi jelas aku lebih indah dari ayam hutan. lihat, mana bisa ayam hutan menari dan bernyanyi sepertiku.” Merak ingin pamer kepada rusa tapi buru-buru dihentikan.

“Sudah...sudah...! Aku tak tertarik !”
“Hmm...baiklah Tuan Rusa. Tapi asal kau tahu tuan, ayam hutan tubuhnya lebih kecil dariku dan bulunya tak seindah buluku serta ekornya pun pendek. Persamaanya denganku hanya pada bulunya saja yang berwarna hijau dan merah. Lalu kami juga satu spesies burung yang tak bisa terbang.” Jelas merak hijau panjang lebar.

“Oh...jadi ayam hutan tak bisa terbang sama sepertimu merak?”
“Betul tuan. Ayam hutan hanya bisa berlari dan terbang rendah.”

Rusa mulai heran kenapa ayam hutan yang tak bisa terbang itu bisa menang melawan macan.

“Tapi itu aneh merak, kenapa ayam hutan bisa menang melawan macan?” tanya rusa

“Itu aku juga heran tuan. Tapi aku pernah bertemu dengannya, jujur, ayam hutan memang larinya cepat secepat kilat dan ayam hutan pandai sekali bersembunyi tuan.” Ucap merak.

“Oh betulkah itu? Sekarang aku mulai paham. Jadi begitu cara  ayam hutan bisa lolos dari serangan macan.”
“Tapi  gara-gara itu sekarang muncul desas-desus baru tuan.”
“Apa itu?”

“Banyak yang melihat katanya macan tutul berkeliaran di Savana Bekol ini tuan. Gara-gara sulit untuk mencari mangsa di tempat tinggalnya di Gunung Baluran sana tuan.”

“Itu bukan desas-desus lagi merak. Anggota keluargaku juga dimangsa macan tutul beberapa waktu yang lalu.” Ucap rusa sambil mengenang adik bungsunya.

Gunung Baluran: Sebuah FabelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang