SI PENJAGA PANTAI

1 0 0
                                    

Di sepanjang pesisir pantai Bama terdapat populasi pohon mangrove. Lokasi tersebut dijuluki sebagai Hutan Mangrove atau Hutan Bakau. Dan merupakan salah satu ekosistem khas yang ada di pinggir laut.

Hutan mangrove di wilayah tersebut memiliki fungsi sebagai pemecah ombak sehingga tidak terjadi abrasi atau pengikisan tanah di pinggir pantai oleh ombak. Oleh sebab itu wilayah dimana tempat para hewan tinggal bisa tetap subur dan luas tidak terganggu oleh adanya ombak dari laut.

Hutan mangrove begitu rapat karena antara pohon satu dengan pohon lainnya saling terikat. Akar-akar pohon saling bertautan seperti sebuah benang yang saling terikat.
Lokasi seperti itu sulit sekali untuk dihuni oleh hewan-hewan. Tapi tidka dengan hewan yang satu ini. Hewan ini sangat terkenal dan dianggap sebagai penguasa hutan mangrove di pantai bama. Hewan itu adalah kepiting bakau.

Ya, kepiting bakau. Hewan amfibi atau hewan yang bisa di dua dunia yakni di darat dan di air. Kepiting bakau khas sekali dengan kulintya yang keras dan capitnya yang kuat. Benar-benar tipe hewan petarung yang tangguh.

Ditambah lagi hutan mangrove begitu rapat, menjadi tempat tinggal yang sangat cocok bagi kepiting bakau. Selain memiliki tubuh yang kuat, tempat tinggalnya pun tidak bisa diganggu hewan-hewan lain. Benar-benar perlindungan sempurna.
**

Suatu ketika cuaca sedang tidak bagus. Mendung terlihat begitu pekat di timur sana. Sepertinya akan segera datang badai.

Di dalam hutan mangrove dihuni oleh banyak kepiting bakau. Dan salah satu di antaranya yang bertubuh paling besar adalah sebagai pemimpin para kepiting bakau yang lain.

Kepiting pemimpin itulah yang mengeluarkan keputusan dan arahan-arahan apa yang harus dilakukan jika ada sesuatu yang gawat.

“Kapten...! kapten...!!” teriak salah satu kepiting yang bekerja sebagai penjagai di luar hutan mangrove.

“Kapten!!” teriaknya lagi.

Kemudian si pemimpin kepiting pun keluar dari persembunyiannya.
“Ada perkembangan baik apa anak buahku?” ucapnya.

Seperti biasa, pemimpin harus selalu bersikap positif. Bahkan jika ada berita kurang baik dia harus bertanya hal-hal positifnya dulu.

“Maaf kapten. Sebenarnya ini tidak terdengar seperti berita baik. Bolehkah kusampaikan.”

“Hmm... baik atau tidak tetap akan kudengar, sampaikanlah !” ucap pemimpin kepiting.

“Begini kapten. Kami yang berkerja menjaga perbatasan hutan di bibir pantai mendapat kabar dari para ikan bahwa badai yang besar akan segera tiba. Kemungkinan badai ini adalah badai terbesar di musim ini kapten.”
Pemimpin kepiting tampak diam dan dia berpikir serius. Raut mukanya menyimpan beban.

“Ini gawat. Aku telah salah mengira. Aku pikir badai yang akan datang hanya badai ombak biasa dan kita bisa bertahan seperti biasanya. Seberapa besar tinggi ombaknya?” tanya pemimpin kepiting dengan wajah serius.

“Dari penuturan para ikan, itu adalah ombak yang sangat tinggi. Mencapai 5 meter kapten!” jawab kepiting penjaga dengan raut muka tidak kalah serius.

“Ini masalah besar. Jika setinggi itu kemungkinan besar jika sampai di sini bisa-bisa hutan mangrove kita akan tenggelam.”

“Betul kapten! Kita harus bagaimana?!”

“Tidak ada waktu lagi. Tarik semua penjaga perbatasan hutan untuk masuk ke dalam hutan.”
“Aye, kapten!”

Kemudian si pemimpin kepiting memutuskan untuk rapat darurat dengan para anak buahnya yang lain.

“Dengarkan semua! Ini adalah keadaan serius.  Perhatikan dan lakukan segera apa yang akan aku perintahkan ini.” Ucap pemimpin kepiting

“Baik kapten!” semua anak buahnya tampak serius mendengarkan.
“Badai ombak setinggia 5 meter sedang menuju kemari. Kemungkinan terburuk akan menenggelamkan hutan mangrove kita. Selain itu aku khawatir di belakangnya masih ada ombak-ombak lebih besar lagi. Itu sangat membahayakan bagi kita.”

Pemimpin kepiting diam sejenak untuk mengambil napas panjang. lalu melanjutkan

“Umumkan kepada setiap kepala keluarga untnuk mengoordinir anggota keluarganya supaya tidak berada di luar rumah. Dan segera masuk ke akar pohon yang paling dalam. Perintahkan juga untuk berpegangan di akar sekuat tenaga jangan sampai terlepas.”
“AYE KAPTEN!”

“Ingat ! waktu kita sedikit. Di luar sudah begitu gelap. Tak lama lagi hujan dera pasti turun. Dan setelah itu badai ombak pasti akan segera tiba.” Ucap pemimpin kepiting lagi.
“AYE KAPTEN!!”
“Bubar !!”
“AYE KAPTEN!!!”

Para anak buah bergerak cepat. Mereka berpencar dan mengunjungi masing-masing rumah kepiting dan memerintahkan apa yang sudah dikatakan pemimpin kepiting tadi.

Sementara itu di wilayah Pantai Bama dan Hutan Mangrove sudah dinaungi awan gelap. Hari pun sudah sore menjelang malam. Secara alamiah para hewan akan segera berlindung jika merasakan tanda-tanda alam yang tidak baik.

Pemimpin kepiting pergi ke tempat para penjaga perbatasan hutan berkumpul. Ia harus berada di garda terdepan serta memastikan sendiri kesiapan dan keselamatan anak buahnya.

“Kalian sudah siap semua?” tanya pemimpin kepiting.

“SIAP KAPTEN!”
“Baiklah. Aku sudah memerintahkan semua kepiting di dalam hutan mangrove ini untuk berlindung di dalam rumah. Sekarang kita bertahan di tempat ini dan mengawasi keadaan.”

“BAIK KAPTEN!”
Beberapa saat kemudian hujan langsung turun dengan intensitas yang deras. Suaranya begitu bising.
Benar apa yang dikatakan pemimpin kepiting tadi, tidak jauh dari bibir pantai, sebuah ombak besar terlihat sedang menuju ke arah hutan mangrove. Ombak itu bergitu besar. Apalagi angin juga bertiup sangat kencang. Ombak tersebut pasti akan segera sampai sebentar lagi.

“Anak buahku semua! Persiapkan diri kalian. Berpeganglah pada akar pohon dengan sekuat tenaga kalian. Dan ingat! Perhatikan jangan sampai ada kepiting yang tertarik arus balik ombak dan terbawa ke laut.” Perintah pemimpin kepiting
“AYEEE.....KAPTEN...!!!”

Para kepiting sudah siap dengan terjangan ombak besar itu.

Bagi kepiting, diciptakannya cangkang keras dan juga hutan mangrove ini adalah untuk menghadapi segala macam ancaman dari luar. Salah satunya yakni badai ombak ini.

“JBBYYUUUUUUUUURRRR...............!!!”
Ombak yang dahsyat menghantam hutan mangrove di Pantai Bama. Pohon-pohon bergetar hebat dihantam kekuatan ombak yang begitu  besar. Air membumbung tinggi dan menenggelamkan lebih dari setengah tubuh pohon.

Sementara itu di akar-akar pohon bagian bawah, para kepiting berusaha sekuat tenaga untuk berpegangan pada akar-akar tersebut. mereka mengandalkan tubuh mereka yang kuat dan juga pohon mangrove yang kokoh dan tidak mudah tumbang.

Sedangkan di garda depan, pemimpin kepiting dan anak buahnya juga melakukan hal yang sama. Mereka mencengkeram akar dengan sekuat tenaga.

Arus ombak begitu kuat menghantam.

Belum selesai sampai di situ saja. Ombak yang datang menghantam akan kembali ke laut dan menarik apa saja yang ada di dalam hutan. itulah yang dinamakan arus balik ombak.

Hal itu yang ditakutkan para kepiting. Andai kata para kepiting tidak bersiap-siap untuk menghadapi ombak ini, bisa-bisa mereka semua terbawa oleh arus balik ombak dan tertarik masuk ke lautan lepas. Itulah sebenarnya musuh terbesar para kepiting bakau ini.

Ombak demi ombak menghantam bertubi-tubi. Hujan juga masih turun dengan intensitas tinggi. Potongan-potongan ranting dari pohon mangrove juga berserakan, menandakan betapa ganasnya badai ombak tersebut.
**

Beberapa jam telah lewat.hari pun sudah di pertengahan malam. Badai berangsur-angsur menghilang. Meninggalkan bekas-bekas berupa bagian-bagian pohon yang rontok.
Langit berubah menjadi cerah. Cahaya bulan mulai menerangi kegelapan malam. Hutan mangrove tetap bertahan meskipun terlihat porak poranda.

Pemimpin kepiting bakau pun keluar dari persembunyiannya saat air mulai surut.

Dan ia berkata:
“Badai pasti berlalu...”
***

Gunung Baluran: Sebuah FabelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang