MONYET EKOR PANJANG

1 0 0
                                    

Badai tadi malam tampaknya meninggalkan bekas yang cukup banyak.

Ranting-ranting pohon rontok, daun-daun berserakan. Sampah-sampah juga tampak berserakan di sepanjang Pantai Bama pagi ini.

Di sebuah pohon di persisir pantai bama hidup sebuah kelompok monyet ekor panjang yang terdiri dari 30 ekor monyet. Enam di antaranya adalah monyet jantan. Lainnya betina. Rata-rata monyet didominasi oleh monyet muda dan anak-anak.
Kelompok monyet tersebut berhasil melewati badai besar tadi malam. Mereka bersyukur karena tidak ada anggota keluarganya yang mati akibat badai tadi malam. Meskipun sebenarnya jika ada yang matipun tidak jadi masalah buat mereka karena toh jumlah mereka masih sangat banyak.

Monyet ekor panjang terkenal sebagai penguasa pantai bama. Di katakan begitu karena populasnya yang terbilang sangat banyak dan mendiami pesisir pantai.

Setiap kali hewan lain dari Savana Bekol atau Gunung Baluran sekalipun datang ke Pantai Bama, mereka pasti akan disambut oleh kelompok monyet ekor panjang tersebut.

Di dalam kelompok monyet, seekor monyet jantan bisa mengawini banyak monyet betina. Itulah sebabnya perkembangbiarkkan monyet ekor panjang sangat pesat. Itu juga yang menjadi alasan kenapa monyet di pantai bama suka berkelompok. Karena mereka satu keluarga.

Di dalam kelompok monyet ekor panjang juga menganut prinsip hidup yang bisa menjadi teladan. Yaitu “Bersatu teguh. Bercerai runtuh.” Itulah slogan mereka.
**

Pagi telah tiba. Marahari perlahan mulai muncul dari dalam laut di timur sana. Pemandangan yang begitu indah.

Namun pagi ini tampaknya kelompok monyet bangun lebih lama dari biasanya karena semalaman mereka begadang untuk bertahan dari serangna badai.

Seperti biasa. Pergantian musim selalu ditandai dengan gejala-gejala alam yang ekstrim. Semua hewan mulai dari Gunung Baluran, Savana Bekol, hingga Pantai Bama paham betul bahwa sebentar lagi akan tiba musim kemarau.

Bagi para hewan, tiap-tiap musim memiliki manfaat dan ancamannya sendiri-sendiri. Semua tergantung pada kesiapan masing-masing hewan.

“Huaammm....” seekor monyet kecil baru bangun dari tidur panjangya.

Hari sudah siang. Matahari sudah tepat berada di tengah-tengah.

“Mak....aku lapar!” bangun-bangun si monyet kecil itu langsung meminta makan pada induknya.

“Cari makan sendiri Nak, jangan malas!”bentak si ibu monyet sambil menggendong monyet yang masih bayi.

Si ibu tidak mau memanjakan anaknya yang beranjak besar itu. Ia sudah saatnya untuk cari makan sendiri. Adik-adiknya yang lebih kecil masih banyak. Ibunya tidak bisa mengurusinya terus.

“Huft...menyebalkan !” seperti kebanyakan anak monyet, mereka sering ngambek jika permintaannya tak dituruti.

“Aku akan pergi main saja Mak !” anak monyet itu lalu melengos pergi.
“Jangan jauh-jauh Nak !” pinta ibu monyet.

Di  beberapa kelompok monyet ekor panjang yang lain juga memiliki anak-anak monyet yang seumuran dan bernasib sama, ditelantarkan oleh induknya supaya mandiri. Mereka-mereka itu kemudian membentuk kelompok semacam perkumpulan barisan anak monyet yang tersakiti.

Singkatnya, kelompok kecil itulah yang berisi para anak monyet yang tidak diperhatikan oleh induknya. Dan mereka berkumpul untuk bermain bersama.

“Jadi apa rencana kita hari ini?”
“Sebenarnyaaku sedang suntuk. Ibuku menyuruhku membersihkan pantai yang kotor akibat badai tadi malam. Aku kabur begitu saja!”

“Aku juga... kok kita bisa sama.”
“Ibuku malah mengusirku karna aku tidur terus.”

“Jadi...bagaimana ini?”
“Bagaimana kalau kita main ke Savana Bekol?”
“Itu ide bagus !”
“Aku setuju”
“Tapi jaraknya jauh dari rumah. Apa tidak apa-apa?”
“Tenang saja kita kan berkelompok. Tak ada yang perlu ditakutkan.”
“Kalian setuju??”
“Oke deh sepaket! Eh,,sepakat!”
“Kita berangkat sekarang saja keburu sore”
“Lets go !!”
**

Dan kelompok monyet-monyet kecil tersebut tanpa pikir  panjang meninggalkan pantai Bama dan menuju Savana Bekol yang jaraknya sekitar 2 kilomete dari lokasi pantai.
Jalanan tampak becek dan tergenang air. Rumput-rumput juga basah serta licin.

Kelompok monyet kecil itu terus berjalan menuju savana. Sesekali mereka melihat sekitar siapa tahu mereka menemukan pohon buah.
Tidak lama bagi para monyet kecil untuk sampai di Savana Bekol. Dan tepat di hadapan mereka sebuah lapangan rumput yang sangat luas sepanjang mata memandang.

“WOW... tempat ini begitu luas”
“Aku baru pertama kali ke sini.”
“Aku juga.”
“Aku cuma pernah dengar dari cerita ibuku. Melihat langsung baru kali ini.”
“Benar-benar sangat luas. Lihat saja tak ada pohon-pohon di depan sana.”
“Kau benar !”
“Lihat makhluk besar hitam itu! Dia berguling-guling di lumpur. Menjijikan sekali!”
“Iya betul. Jodok sekali!”
“Di kepalanya ada yang tumbuh, aneh sekali.”

“Lihat juga di sana!”
“Apa itu?”
“Apa itu burung?”
“Bulunya bagus sekali. Mengilap !”
“Lihat ! ekornya bisa berdiri. Aneh sekal.”
“Iya. Aneh sekali. Baru kali ini aku melihatnya.”

“Lihat juga itu di sampingnya ! Makhluk itu juga aneh.”
“Benar juga. Lihat di kepalanya juga ada yang tumbuh. Apa itu?”
“Iya. Bercabang tiga.”
“Aneh sekali.”

“Lihat! Dia menggaruk-garukkan kepalanya ke pohon. Aneh sekali!”
“Kau benar aneh sekali. Di sini banyak sekali hewan yang aneh!”

Kelompok monyet kecil itu tenggelam dalam obrolan mereka mengomentari tiap-tiap hewna aneh yang baru pertama kali mereka lihat.

Burung-burung Rangkong, Elang yang terbang di sekitar savana juga tak luput dari komentar para monyet.

Para monyet kecil itu juga penasaran dengan sebuah benda tinggi menjulang yang berwarna biru kehijauan di ujung barat sana. Benda besar itu memakai topi warna putih. Mereka penasaran sekali ingin meliharnya dari dekat. Padahal itu adalah Gunung Baluran yang misterius dan selalu diselimuti oleh kabut tebal.

Rasa ingin tahu yang besar dan obrolan-obrolan yang tak kunjung habis membuat para monyet kecil tersebut lupa waktu.

“Aduh lihat! Langitnya sudah merah”
“Betul... kita harus segera pulang.”
“Iya benar. Aku bisa tidur di luar kalau sampai pulang malam.”
“Mak-ku pasti marah besar!”
“Sudah-sudah jangan banyak bicara lagi. Ayo kita cepat lari...!”
“Lets go !!”

Kelompok monyet ekor panjang itu kemudian berlari kembali ke Pantai Bama dimana rumah mereka berada.

Mereka lebih takut dimarahi oleh ibu mereka daripada hewan-hewan buas yang ada di hutan.

Namun ada satu hal lain yang terlupakan oleh monyet-monyet kecil tersebut. yaitu mereka lupa belum makan seharian ini.
**






ENDING
Kemarau datang. hutan savana kekeringan dan terjadi kebakaran hebat. Kemudian alam menyembuhkan diri dengan sendirinya. Hewan-hewan selamat dan menunggu musim hujan tiba. Begitulah cara alam dan hewan hidup.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gunung Baluran: Sebuah FabelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang