Jilid 4

11 0 0
                                    

       Hari itu tiba, aku melakukan test wawancara. Tak ada persiapan khusus, hanya mental dan program kerja yang akan disampaikan. Namaku dipanggil masuk ke ruangan. Pembina OSIS, bagian kesiswaan, beberapa panitia juga ada disana. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan dari mereka. Dengan tenang aku coba menjawabnya seteliti mungkin.

"Ok Navy, kamu menjawab dengan baik, tunggu hasilnya yaa, have a nice day." kata kak Mery, salah satu panitia

"Iya kak, makasih ya."

    Ketika aku membuka pintu keluar, aku melihat Amel yang sudah menungguku.

"Eh gimana, lancar?" kata Amel

"Lancar.. yuk pulang yuk, capek" balasku

     Hari demi hari ku lalui lagi. Jujur aku tidak terlalu memikirkan hasilnya. Tiga hari kemudian, ketika jam istirahat, tiba-tiba Amel mendatangi aku dan berkata

"Nav, kita lolos!"

"hah serius?"

"Iya!!"

Aku gembira. Walaupun aku tak berharap namun aku gembira dan bersyukur. Mungkin betul ini salah satu jalanku.  

       Karena gembiranya Amel, ia lupa untuk menemani ku ke toilet. Ia malah pergi ke papan mading dan memandanginya seakan-akan tak percaya. Alhasil aku pergi ke toilet sendiri. Aku memilih bilik toilet yang paling ujung sebab lebih luas dan lebih bersih karena jaranh dipake orang.  Tiba-tiba aku mendengar seseorang datang.

"Eh lu tahu gak sih? Si Navy lolos seleksi OSIS!"

"Hah? Sumpah lu? Bisa apa dia? Pinter sih emang, tapi kan biasanya OSIS anak-anak keren dan pinter."

"Iya yak, mungkin sebelum dia belajar jadi anggota OSIS mendingan dia belajar make-up dulu, hahahaha!"

"HAHAHAHA, iya tuh biar gak culun!"

"Paling ikut OSIS biar diliat cowok-cowok"

"Yaudalahnya, semoga bertahan hahaha"



Aku mendengarnya. Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Aku tak pernah berfikiran seperti itu. Di dalam bilik toilet itu aku bisa mendengarkannya. Orang bodoh mana yang membicarakan orang lain tanpa melihat sekelilingnya. Aku tahu memang mereka seperti itu dibelakangku. Aku culun, gendut, ya aku memang seperti itu! Tapi aku tak bodoh dan aku lebih berakhlak! Aku geram!

Apakah ada yang menyewakan gunung untuk ku berteriak, menghentak, dan berkarat?

katakan,
aku mendambakannya.

      Keluarlah aku dari ruangan yang tiba-tiba terasa mengerikan itu. Aku lari ke kelas dan berusaha menenangkan diri dengan duduk di kursiku. Amel yang melihat hal itu kebingungan.

"Kenapa lu?" tanyanya

Aku menceritakan semuanya.

"Wah udah gila mereka! Kurang ajar amat! Tapi Nav, denger gua baik-baik, lu tuh gak salah! Lu tuh gak boleh denger omongan mereka! Lu gak boleh nyerah ya Nav! Lu pasti bisa!"

"hmm, iya Mel"

Ya, Amel betul. Aku tak boleh menyerah. Aku tak boleh kalah. Ini adalah langkah pertamaku.
Aku adalah aku. Aku tak boleh kalah dari omongan kosong seperti itu!

Sabar Navy, satu per satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BerandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang