WFH

446 49 15
                                    

HAI HAI HAI HAI HAI HAI HAI HAI!!!!!

I'm back di book ini lagi hahhah

mumpung ada ide nyangkut. Semoga enjoy untuk membunuh bosan kalian di rumah, entah yang rebahan, ato spaneng karena tugas jadi banyak hahahaha

So, vote and comment are needed. Stay Safe and Stay Healthy peeps!

***

Jaebum memandang tumpukan kertas dengan berbagai judul di sampul depannya dengan wajah menekuk, lesu, tak ada semangat hidup. Ia muak, ia lelah, yang terutama, ia bosan. Surat edaran pemerintah mengenai work from home disambut dengan tangan terbuka oleh Jaebum yang jiwanya adalah introvert sejati. Namun, pekerjaan nya menumpuk bagai puncak tertinggi di dunia, mount Everest.

Disertasi nya tak kunjung rampung, mahasiswa nya perlu di berikan tugas dan kuliah daring, penelitian nya harus mengalami hambatan dan profesor pembimbing yang sedikit ketinggalan zaman mengenai teknologi daring untuk keperluan tatap muka jarak jauh. Ia sempat mengerang kesal, mengapa semua ini harus terjadi? Terjadi padanya, terjadi di dunia ini?

Kelopak mata kecil itu mulai menurun dan tertutup rapat, hela napas kasarnya berhembus meniup ujung kertas yang ada di depan wajahnya. Ia mencoba menitikkan fokus nya untuk menyelesaikan ini semua sebelum berhadapan dengan profesor-nya.

Tugas yang harus ia emban setelahnya yaitu, mengarahkan profesor Kim untuk menggunakan aplikasi daring tatap muka dengan perlahan dan pasti. Yeah, waktunya akan terbuang lagi.

"Sabar...." ia mengusap dadanya yang berbalut kaus tipis.

"Ayo kita mulai sek-"

"AYAH!!!!!"

Disaster is coming in 3.. 2..

"Ayah! Aku bosan!"

Mata Jaebum terbuka lebar dengan cepat, saraf nya mulai menegang dan senyum lebarnya terbentuk menjadi sebuah benteng emosi yang sedang terombang-ambing bak di tengah laut.

"Yes, sweetheart?" Ia melempar kertas berisikan data milik peneliti yang akan ditelaah nya hingga mendarat ke depan layar laptop yang masih menyala.

"Aku bosan ayah, aku ingin bermain keluar."

Anak kecil dengan tinggi mencapai 100 sentimeter ini mencebik dengan kedua lengannya dilipat di depan dada dan suara hentak kakinya terdengar begitu nyaring di gendang telinga Jaebum.

"Youngjae, kita dianjurkan untuk tidak keluar rumah sementara waktu. Mengerti? Di luar sana kita tidak akan tahu siapa yang membawa penyakit itu, dan siapa yang tidak. We're gonna stay safe in here, understand?"

Jaebum menekuk lututnya untuk menatap wajah Youngjae lekat dan lebih jelas. Satu tangannya mengarah pada puncak kepala putra sulungnya yang baru menginjak umur 9 tahun. Tangannya mengusap lembut sembari menurunkan beberapa helai rambut yang mencuat.

"Youngjae mengerti?" ulang nya dan anak itu mengangguk dengan sangat tidak rela.

"Alright. But, I don't know what to do now." Bibir kecil itu masih bergerak ke berbagai arah karena rasa bosan nan kesal nya.

"Hey, jangan menggerutu. Oke?"

Ugh, Jaebum munafik. Sedetik yang lalu, ia menggerutu dalam hati dan mengutuk semua pekerjaannya yang selalu muncul seperti cintanya pada sang pasangan, juga anak-anaknya. Tidak pernah lekang oleh waktu.

VISION (All The Dramas)Where stories live. Discover now