Bagian 2

6.2K 316 30
                                    

Hidup itu seperti roda yang berputar, kadang bisa diatas kadang dibawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup itu seperti roda yang berputar, kadang bisa diatas kadang dibawah. Itu kata kebanyakan orang.

Tapi bagi Natha hidupnya itu hanya sebatas roda berkarat yang tidak mungkin dipakai lagi. Hidupnya tidak berputar dan selalu berada dibawah. Karena apa? Karena Natha tidak pernah merasa hidupnya itu diatas dan diliputi kebahagiaan.

Natha hidup hanya karena merasa harus hidup. Tapi Natha tidak tau harus hidup untuk apa. Natha bahkan tak tau untuk apa sebenarnya ia sekolah. Natha sekolah hanya karena ingat di rumah ada ayah dan bundanya yang harus kerja keras demi sekolahnya.

Natha benar-benar tidak tau, tujuannya setelah lulus sekolah ini mau bagaimana. Saat melihat teman-temannya yang lain bercerita tentang impian dan tujuan masa depan mereka, Natha hanya diam dan mendengarkan.

Dari mereka ada yang bilang ingin bekerja di luar negeri dan bisa jelajah dunia. Ingin kuliah di universitas favorite dan bisa dikenal orang banyak. Oh wah, dan kenapa Natha tidak punya tujuan yang seperti itu.

“Hidup lo kedepannya itu tergantung apa yang lo perbuat hari ini. Kalo lo berusaha dari sekarang kedepannya pasti bakal lebih mudah” itu kata salah satu temannya yang cukup menonjol di sekolah.

Yang ada dipikiran Natha waktu itu, untuk apa ia berusaha? Dan apa yang ia dapat saat berusaha? Pengakuan dari orang lain? Dan sebuah kepuasan yang ia rasakan?

Dan waktu itu temannya kembali berkata, “Kita ga tau kedepannya bakalan gimana. Tapi kalo ga dicoba, hasilnya ga bakal kelihatan”

Sekali lagi yang Natha lakukan hanya diam mendengarnya dan memasukkan perkataan temannya itu bulat-bulat dalam otaknya.

🍀🍀🍀

“Nat! kenapa sih dari tadi diem mulu?”

Itu Sendy temannya yang paling pendek. Cowok yang kata anak-anak lain mukanya terlalu serius sampai menjurus datar. Plus anaknya agak garing.

“Kaya lo ga tau si Natha aja, Sen! Kalo pagi gini dia emang kaya orang ga napsu idup. Tapi liat aja entar siang pasti kumat idiotnya”

Nah yang ini Chaka, teman sebangkunya. Anaknya tinggi sama seperti dirinya. Tukang bucin sama pacarnya, tapi tidak mengakui kalau sudah pacaran. Pacarnya satu kelas lagi. Kadang kalau sudah bersama pacarnya, Natha suka dilupakan.

Natha tidak menghirukan ocehan-ocehan dua temannya itu. Ia mengganti posisi kepalanya yang berada diatas meja untuk menghadap samping dan menutupinya dengan jaket yang ia bawah dari rumah.

Temannya kurang satu lagi. Tapi sepertinya anak itu belum datang. Padahal sudah hampir bel masuk. Datangnya memang paling ngaret diantara mereka berempat.

Tiba-tiba saja ada satu tangan merangkulnya. Tanpa menyingkirkan jaketpun, Natha tau itu siapa.

“Weh, Nat! pagi-pagi udah tiduran aja lo?”

NandemonaiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang