"Kau tau, aku selalu takut semua ini hanya mimpi. Aku takut jika aku tertidur dan saat membuka mataku kembali semua ini akan hilang," ucap wanita itu masih memandang Devan, mengamati dan membelai setiap inci wajah pria di hadapannya itu.

"Hai, sekarang aku berdiri di sini, hanya untuk kamu. Dan aku akan tetep bersamamu, Jessy." Devan membalas tatapan dan senyuman gadis itu.

Sudah lebih dari satu minggu, Devan selalu mengunjungi Jessy di kastilnya. Membuatnya jarang berada di pack hous menemani Rora.

"Dev!" Panggil Jessy menyandarkan kepalanya di bahu Devan.

"Iya, ada apa, sayang."

Jessy mengangkat kepalanya dan menatap pria disampingnya. "Aku mau pergi ke pack housmu. Boleh yha?" pinta Jessy membujuk Devan.

'Nggak, nggak bisa,' ucap Eright di kepala Devan.

"Nggak bisa, sayang. Di sana ada Aurora. Aku nggak bisa bawa kamu kesana." Sangat berbahaya kalau Rora dan Jessy bertemu, apalagi satu rumah.

"Memangnya kenapa sih? Kau pikir aku takut dengan Rora? Aku tidak takut dengan dia," bujuk Jessy keras kepala.

"Aku tau kau tidak takut dengan Rora, tapi aku takut kamu akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya," balas Devan jujur.

"Memangnya kenapa sih, diakan penghalang kita. Apa kau tidak meu lepas darinya?"

"Iya, sayang, tapi dia adalah istriku, dia adalah Luna disana. Semua orang akan menyalahkanmu jika kau berbuat sesuatu kepadanya. Apalagi kau orang baru di sana," jelas Devan berharap wanita itu mengerti dan tidak meminta tinggal di pack hous lagi.

"Baiklah, aku tidak akan berbuat sesuatu kepadanya, tapi bawa aku kesana yha?" pinta Jessy lagi-lagi.

"Lagipula, jika aku berada disana kau tidak menghabiskan waktumu untuk pergi ke mari, jadi kau bisa mengerjakan pekerjaanmu." Devan terdiam, pernyataan Jessy ada benarnya, tapi itu terlalu beresiko.

"Boleh ya?"

'Dev, jika kau membawa wanita ini, apa yang akan kau katakan kepada Rora? Tidak, pokoknya aku tidak setuju,' ucap Eright memberikan pendapat.

Devan menghembuskan napas beratnya. Ia mengembangkan senyuman yang ia buat setulus mungkin dan menganggukkan kepala.

"Yeh, kita akan ke pack hous," sorak Jessy begitu gembira. Sebentar lagi tujuannya menjadi Luna blue moon pack akan terwujud. Yha, itulah tujuannya.

"Terima kasih, Devan." Pelukan langsung didapat Devan dan ia tak menyangka ia akan mendapat ciuman di pipinya.

'Apa yang kau lakukan. Jika Rora marah karena keputusanmu ini, aku tidak akan memaafkanmu,' ucap Eright sangat kesal di dalam sana. Ia takut jika tindakan bodoh humannya itu akan melukai hati Matenya.

"Kamu tunggu disini, aku akan mengemasi barang-barangku." Jessy beranjak dari sana, meninggaklan Devan sendirian.

*****

Mobil berhenti tepet di depan pintu utama pack hous. Dua sejoli turun dan menjadi pusat perhatian semua orang yang derada disana.

Bagaimana tidak? Alpha mereka menggandeng wanita saat mereka sudah mempunyai seorang Luna.

Devan dan Jessy memasuku pack hous dengan tangan Jessy yang menggandeng lengan Devan. Mereka melewati lorong-lorong hingga akhirnya tampak Rora berdiri di ujung sana.

Mata Devan bergerak gelisah. Rora mnghampirinya. Entah apa yang akan ia ketakan kepada Matenya itu.

Sampai sudah ia di hadapan Rora. Wanita itu manatapnya.  Jantungnya berdetak cepat saat ini. Entah apa yang akan wanita itu dipikirkan melihat dirinya bersama dengan Jessy.

Tak Devan sangka Rora memberinya sebuah senyuman lebar, senyuman yang sangat tulus. "Kau sudah pulang?"

Tak ada jawaban dari Devan. Pria itu hanya memberikan senyuman tipisnya. Sekarang ini ia hanya ingin melihat wajah Matenya dengam senyuman disana.

Senyuman Devan hilang saat Rora mengalihkan pandangannya. Kini Matenya itu memandang seseorang yang berada di sampingnya.

Merasa ditatap wanita itupun membuka suara. "Kau pasti Rora, Matenya Devan." Ia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Jessy Angela Martha, pacarnya Devan."

Setelah mendengar itu, Rora mengalihkan pandangannya kembali kepada Devan. Devan terdiam, tak tau harus menjawab apa. "Yha, dia pacarku," jawab Devan akhirnya.

*****

Malam semakin larut. Seorang pria membuka pintu kamar dengan hati-hati. Pria itu melangkah keluar kamarnya, meninggalkan Matenya yang sudah tertidur lelap.

Pria itu berjalan di lorong-lorong yang sepi menuju ruangan rahasia dengan langkah yang lebar. Ia sudah ditunggu oleh seseorang di sana.

Kreek..!!

Pintu dibukanya perlahan. Menampakkan beberapa orang tengah berdiri disana.

"Bagaimana rencana selanjutnya? Apakah aku telah mengacaukannya?" ucap seseorang yang tengah duduk satu-satunya kursi disana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Ceritanya mbosenin yha?

Udah lalui aja.. 😂😂

Jangan lupa Vote dan Comment.
Terima kasih
❤❤❤❤❤

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now