(revisi)BAB 4 : SENANDIKA UNTUK MENTARI

59 21 7
                                    

Aku baru saja menyelesaikan semua perintah ibu saat akan menulis sebuah pesan penting untuknya. Kali ini aku ingin menuliskan sebuah harapan yang selalu ingin aku yakini. Bahwa semua yang kurasakan ini tidaklah salah. Senandika yang ingin kusampaikan padanya tidaklah salah. Dari aroma tinta, aku selalu merasakan bahwa cahaya mentari akan dengan mudah masuk mengisi celah. Bahwa sinarnya tidak bisa terelakan. Begitu juga semua tentangnya, rasaku dan senandika ini.

Kistain, mari kembali ke masa itu. Katamu aku perlu olahraga dan makan makanan sehat, kan?

***

Posted by Penasunyi

Ketika umurku tujuh tahun aku pernah bermimpi menjadi atlet angkat besi. Otot lenganku besar dan kuat, aku juga makan makanan yang bergizi dan sehat. Dan sekarang, tepatnya tadi siang aku bermimpi menjadi model super langsing dengan baju tanpa lengan sambil berjalan diatas panggung.

Aku menceritakannya pada Kistain saat tengah menikmati buah jambu di dekat kebun belakang rumah Kistain. Kistain tersedak lalu tertawa, matanya langsung mengamatiku dari rambut sampai kaki. Kemudian tertawa lagi. Aku tidak tahu dimana letak lucunya, yang jelas saat itu aku kesal.

Aku naik ke atas pohon jambu dan langsung memetik buah jambu yang masih kecil, lalu aku jatuhkan tepat ke atas kepala Kistain yang saat itu masih tertawa kencang. Membuat tawanya hilang digantikan ringisan nyeri.

"Aaaa... Sakit!" Kistain langsung melihat ke samping tempatku duduk tadi, dia tidak menyadari aku sudah pindah tempat.

Dia baru bisa menemukanku saat melihat ke atas pohon. Aku balas menatapnya dengan muka menantang. Lalu dia berdiri sambil berkacak pinggang.

"Kamu tahu kan, jambu batu itu keras?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Kamu tahu kan, dilempar buah sekeras itu rasanya sakit?" tanya dia lagi.

Aku mengangguk.

"Terus kenapa kamu melempar jambu ke kepalaku?" kali ini bertanya sambil berpangku tangan.

Aku menggendikkan bahu.

Dia terkejut dengan reaksiku. Aku tertawa melihat reaksinya. Kemudian Kistain pun menyusulku ke atas pohon jambu.

Aku pindah ke tempat yang lebih atas untuk memberinya tempat. Tangannya lihai berpindah dari dahan ke dahan seperti monyet. Dan di sinilah Kistain, duduk di sebrang dahan sambil menatapku kesal.

Sekarang kami duduk berhadapan, memegang jambu di tangan masing-masing dan menggigitnya lalu menelannya.

"Jadi...?" Kistain menggantung ucapannya. Masih sambil mengunyah.

'Kamu yang mulai. Bisa-bisanya tertawa pas aku cerita!' tulisku cepat

"Ohh... hahaha! aku bercanda. Kamu lucu, dari mimpi jadi atlet angkat besi tlalu ke mimpi jadi model. Hahaha! aku membayangkan kamu yang berotot jalan lenggak lenggok sambil pakai baju sexy. Hahaha!"

Aku berdo'a Kistain tersedak biji jambu sekali saja.

Dan terkabul. Dia tersedak sampai mukanya memerah. Aku langsung menghampirinya sambil menepuk-nepuk lehernya sedikit kencang.

"Hei hei salah! Itu leher, kalau tersedak itu yang ditepuk tengkuk atau punggung. Bukan leh- aduh sakit!"

Aku menghentikan aksiku, saking paniknya aku sampai bingung harus bagaimana. Aku pikir dengan menepuk leher akan memudahkannya untuk menelan. Ternyata aku salah.

AMORPHOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang