Orang bilang waktu itu penyembuh paling mujarab.
Obat itu tidak berlaku untukku.
.
.
.
---I want to be a part of them---
.
.
.
Musim gugur bulan November tidak pernah bersahabat dengan tubuh jangkungnya, angin yang berhembus tetap menghantarkan hawa dingin meskipun matahari belum sepenuhnya berada di bagian timur. Rasanya seperti tertancap ribuan jarum kala hembusan angin kembali menerpa tubuhnya. Sudah pukul 4 sore, tapi pemuda dengan kulit khas pucat ibarat kapas itu masih melunta-lunta tanpa arah mengelilingi kota.
"Aku tidak mungkin pergi bekerja dengan kondisi seperti ini." Lirihnya dalam hati.
Rencana andalan untuk memanjat tembok dengan bantuan Changmin hanya berakhir tanpa realisasi, Kyuhyun harus membatalkan rutinitas sekolahnya, pun pekerjaan paruh waktu yang harusnya mulai dua jam lalu, karena pagi tadi ayahnya kembali berulah karena Kyuhyun menolak memberi uang sebelum berangkat.
Kini bukan wajah lebamnya saja yang mengerikkan, tapi punggung putihnya yang tak pernah mulus mendapat sabetan tali pinggang beberapa kali. Harusnya bukan masalah besar mengingat ikat pinggang itu cuma benda murahan dari kulit sintetis, lagi pula ayahnya tidak melakukannya dengan begitu keras. Tapi Kyuhyun berbeda, pemuda itu langsung terkapar tidak bisa bergerak sampai siang hari, jangan lupakan darah segarnya yg menetes cukup banyak di lantai.
Kyuhyun masih mengingat jelas kata-kata yang sang ayah lontarkan saat memecutnya tadi pagi. Seperti rekaman yang terulang otomatis di otaknya. Kyuhyun juga masih mengingat jelas bagimana wajah frustasi sang ayah.
Seolah kembali diingatkan bahwa segala hal buruk yang membuat pria paruh baya itu hidup berantakan adalah salahnya. Oleh karena itu Kyuhyun tidak melakukan apapun kecuali menerima, tidak mampu berkata apapun kecuali maaf.
"Bahkan setelah kau menghancurkan hidupku, kau ingin menjadi perhitungan!"
"Aku benar-benar menyesal mengadopsimu Kyuhyun."
"Kau lelah bersamaku sialan? Pergilah sana!!"
"Tapi sebelum kau pergi, kembalikan Hanaku."
Kyuhyun jadi berpikir, apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai berakhir memiliki hidup seperti ini. Apakah dia seorang pengkhianat kerajaaan? Algojo pencabut nyawa? Sehingga dirnya yang sekarang selalu dikelilingi kesialan. Tidak masalah jika hanya dia seorang yang menderita, tapi kenapa rasa-rasanya semua orang yang ingin dia lihat bahagia justru menderita karenanya.
Kyuhyun masih berjalan gontai, hingga kedua tungkai tanpa sadar membawa tubuh jangkungnya ke taman kota. Ke tempat ini, permulaan dari semua nasib buruk berawal, awal dari luka yang belum mampu dia sembuhkan. Bahkan setelah 10 tahun lamanya.
Orang bilang, waktu adalah penyembuh luka terbaik. Tapi nampaknya obat itu tidak berlaku untuk Kyuhyun. Nyatanya, hanya dengan berada di tempat ini tubuhnya langsung meremang, kala semua ingatan masa lalu muncul ke permukaan. Hanya dengan melihat bangku panjang paling pojok tepat di bawah pohon apel itu, telinganya berdengung dengan bising kalimat-kalimat kejam.
Kyuhyun memandang kosong bangku panjang di hadapannya. Trauma, rindu, dan penyesalan menyatu membentuk sesak yang begitu erat melilit dada.
Detik itu juga Kyuhyun meluruh, berjongkok membenamkan kepala sambil menangis. Banyak bersyukur karena tidak ada pengunjung lain selain dirinya di taman itu.
YOU ARE READING
I WANT TO BE A PART OF THEM
FanfictionKarena aku percaya. Bahkan dalam kegelapan, akan selalu ada keindahan dan cinta. Untuk sekarang bahkan nanti. Itu akan terasa lebih dari cukup. Kyuhyun, Donghae brothership.
