Swiss

277 19 3
                                    


Beam menatap heran Phana dan amplop putih di atas mejanya bergantian.

Ia baru saja selesai melakukan prosedur operasi terakhir hari ini dan berniat untuk istirahat sebentar sebelum memulai shift malamnya tapi Phana membuatnya harus mengurungkan niat awalnya, sahabat lamanya itu sudah berbaring santai di atas sofa ruang kerjanya sambil memainkan ponsel keluaran baru yang Beam ingat sekali tadi pagi ia pamerkan pada Beam dan Kit saat mereka bertemu di lobi rumah sakit. Seingatnya, ia tidak ada membuat janji apapun dengan Phana, mantan bulan FK itu jua tidak bilang apapun sebelum ia masuk ke ruang operasi tadi.

Beam menarik surat dari amplop. Keningnya mengkerut mendapati surat izin cuti untuknya.

" mind to explain something doctor? " ujarnya sarkas melihat Phana yang masih sibuk bermain ponsel, mengabaikan kebingungannya sejak tadi.

" Papa minta gue nganter surat izin cuti ke ruangan lo " jawabnya singkat.

" I know that! Maksud gue, bisa jelasin kenapa ada surat izin cuti buat gue? " Phana mengedikan bahunya acuh.

Toh ia sudah menyampaikan apa yang sebenarnya. Ayahnya memanggilnya saat ia selesai makan siang tadi, memintanya untuk ikut ke ruang kerjanya dan menyerahkan amplop putih berisi izin cuti untuk dr. Baramee Vongphipan.

" artinya lo diberi izin buat cuti " Phana meletakkan ponselnya, memandang Beam yang terus membolak-balikan surat izin di tangannya. Seolah mencari kejelasan.

Ia mendengus mendengar jawaban Phana. Ia hampir saja melempar sepatunya pada lelaki gila di depannya itu.

" tapi gue gak pernah ngajuin izin cuti. Apalagi buat 1 bulan! " Phana lagi-lagi menggedikan bahunya acuh " gila! Gimana bisa gue cuti selama sebulan tanpa punya rencana apa-apa? "

Phana terkekeh melihat wajah frustasi Beam, ia sendiri mengerti bagaimana sulitnya mengurus surat permohonan cuti di rumah sakit ini. Apalagi Beam adalah seorang dokter bedah, jadi apabila ia mendapat izin itu artinya semua hal telah diatur, termasuk penggantinya selama cuti dan akan sulit untuk merombak semuanya kembali. Mata lelaki tinggi itu beralih pada ponselnya di atas meja.

Sebuah pesan masuk dari musuh bebuyutannya.

" Beam " merasa terpanggil, lelaki di depannya memfokuskan perhatian pada Phana.

" heum? "

" gue rasa gue tau siapa yang udah urus izin cuti lo "

" siapa? "

" menurut lo siapa yang punya akses buat semua berkas administrasi lo? " Beam terlihat berpikir sejenak. Menimbang-nimbang siapa saja yang bisa mengakses semua hal tentangnya terutama hal paling pribadi seperti berkas administrasinya.

" Mama? " tanyanya ragu. Phana menggeleng.

" Dad? " tanyanya lagi. Phana mengangguk antusias.

" tapi buat apa dad bikin izin cuti? Kita gak lagi menyiapkan apa-apa "

" Beam, coba pikir lagi. Apa lo cuma punya satu daddy? " Phana sudah tersenyum lebar sejak tadi, membuat Beam semakin bingung.

" daddy? " Beam menggumamkan kata itu berulang kali sembari berusaha mencari jawaban untuk pertanyaannya.

" FORTH?!!! " teriaknya keras.

" exactly!!! " Phana bertepuk tangan tidak kalah heboh.

" that brat! " Beam segera menarik keluar ponselnya dari kantong snelli, menempelkan ponsel keluaran terbaru itu di telinganya dengan marah.

BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang