Chapter 12 | Maybe

73.2K 2.7K 25
                                    

Kak Aiden menciumku. Menciumku dengan lembut. Dengan penuh penekanan.

Jantungku seakan berhenti berdetak.

"Jika aku sudah mengatakan bahwa aku akan menikahimu, aku akan menikahimu. Ini janjiku. Maafkan aku," ucap Kak Aiden disela ciumannya.

Lalu kembali ingin menciumiku, namun aku menahan diri untuk tidak kembali berciuman dengannya. Sudah cukup dia menciumku tanpa ijin kali ini. Tanganku terayun untuk menampar pipinya dengan keras. Dia sangat kaget dengan tamparanku. Kak Aiden tidak percaya dengan reaksiku yang sangat marah kepadanya.

"Jangan pernah menciumku tanpa ijin, Gay!" ucapku tegas. Kak Aiden tidak marah denganku malah menggenggam tanganku erat.

Kak Aiden mundur satu langkah. Tanpa melepaskan genggaman tangannya. Dia seakan tidak ingin berpisah denganku. Tapi mungkinkah dia berfikir seperti itu?

"Pergilah. Aku ingin sendirian," kataku singkat sambil melepaskan genggaman tangannya. Dengan berat hati Kak Aiden pergi dari kamarku. Meninggalkan sebuah bekas luka yang sedikit tertutup karena permintaan maafnya. Entah, kenapa hatiku mudah sekali luluh kepadanya.

Tapi aku tidak suka dengan caranya menciumku tiba-tiba. Aku tidak ingin terlalu cinta dan berharap lebih kepada Kak Aiden. Karena dia bukanlah pria yang dapat aku genggam perkataanya. Firasatku berkata, suatu saat dia akan kembali kepada kekasihnya, Alden.

Bagaimana pun aku menolak Kak Aiden, tetapi hati kecilku semakin ingin memperjuangkannya. Mengeluarkannya dari dunia yang salah, dan hidup bersama denganku.

***

Semalaman aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Ciuman Kak Aiden bahkan masih membekas di bibirku. Sulit untukku hapus dengan tangan kosong.

Ada apa denganku saat ini. Aku terlalu labil. Kadang aku sangat benci kepadanya, tapi sekarang aku jadi terus memikirkan ucapannya. Kalau dia serius menjalin hubungan denganku, dan tidak lagi menemui kekasihnya, Alden.

Sedari tadi aku terus berpindah posisi tidur. Kadang di sofa, ranjang, atau bahkan di tepi kolam renang. Aku sudah mencoba segala cara untuk membuatku tertidur. Tapi gagal. Akhirnya aku bisa tertidur saat matahari sudah terbit. Dan tertidur di atas sofa. Memeluk boneka kesayanganku. Tak lama aku bisa tertidur, hingga Poppi datang mengetuk pintu kamarku. Aku menggeram marah. Karena aku baru saja bisa tertidur.

"Maaf sudah mengganggu tidurmu Beby. Aku hanya mengantarkan sarapan. Ini sudah jam sembilan pagi, dan kau belum keluar kamar untuk sarapan. Aku khawatir kau kelaparan karena belum makan sejak tadi malam. Kau baik-baik saja 'kan," kata Poppi. Hanya tiga jam saja aku bisa tertidur. Poppi datang membawakan sarapan untukku. Dia khawatir karena aku belum makan sejak kemarin malam.

"Terima kasih sarapannya Poppi. Kau sangat baik kepadaku."

Dan benar saja, perutku sudah sangat keroncongan sekarang. Aroma nasi goreng buatan Poppi membuat rasa kantukku hilang, dan rasa laparku datang.

"Oh, iya mari masuk ke dalam. Jangan berdiri diluar. Aku ingin kau menemaniku sarapan," ucapku.

Poppi dengan senang hati masuk kedalam kamarku. Membawakan sarapan dan menaruhnya diatas nakas. Poppi kaget dengan kamarku yang sangat berantakan. Aku mengacak rambutku asal. Aku sangat stress sekarang. Kurang tidur dan terlalu banyak pikiran.

"Kamarmu berantakan sekali. Biar aku bantu membereskannya," ucap Poppi.

"Terima kasih, Poppi. Aku akan membasuh wajahku dulu," ucapku lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahku. Aku sedang tidak ingin mandi.

Setelah selesai membasuh wajahku, aku pergi menemui Poppi yang masih sibuk membereskan kamarku yang sangat berantakan. Tadi malam aku frustasi dan membuat kamarku kembali berantakan, ya karena ulah Kak Aiden juga aku bisa frustasi dan depresi.

Aku bingung harus berbuat bagaimana sekarang. Seakan tidak memiliki impian, aku tenang saja mengikuti alur hidup yang telah dipilihkan oleh kedua orangku. Aku tidak bisa memilih jalan hidupku sendiri.

Aku duduk di atas sofa sambil memakan sarapanku dengan lahap. Poppi tiba-tiba menanyakan bagaimana misi kita berdua tentang merubah sifat Kak Aiden dan Alden. Aku harus merubah sifat Kak Aiden. Sementara Poppi dengan terpaksa harus merubah sifat Alden. Memisahkan kedua pria itu.

Namun aku masih belum bisa untuk dekat dengan Kak Aiden. Aku harus menenangkan diriku dulu.

"Bagaimana dengan misi kita? Akankah terhenti? Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan Nyonya Rachel. Aku bingung Beby," ucap Poppi.

"Tapi aku juga masih belum bisa untuk menjalankan misi kita, Poppi," kataku.

"Aku tidak memaksamu untuk cepat sembuh dari lukamu. Kau istirahatlah dulu. Biar aku saja yang menjalankan misi ini," ucap Poppi.

"Kau benar-benar tidak apa-apa? Maafkan aku belum bisa membantumu. Mungkin jika aku merasa lebih baik, aku akan membantumu untuk mendekati Kak Aiden dan kau mendekati Alden."

"Aku tidak apa-apa Beby. Lagipula seharusnya aku menjalan misi ini sendiri. Aku justru sangat berterima kasih kepadamu karena mendukungku. Dan ingin menjadi temanku," ucap Poppi.

Aku memeluk tubuh Poppi erat. Mendoakannya agar baik-baik saja. Bebannya bahkan lebih berat dariku. Dia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Bahkan sampai menjual dirinya untuk menggoda Alden agar tidak lagi bersama Kak Aiden.Memang seharusnya yang disalahkan disini bukan aku, Poppi, Kak Aiden ataupun Alden.

Para orang tua yang salah. Mereka terlalu egois dengan memikirkan harta, kekuasaan, dan pujian.

Dengan menarik nafas panjang, aku mencoba menghilangkan semua rasa sakitku. Mencoba menjadi Beby yang baru. Tidak lagi menangis dan selalu tertawa ceria. Aku pasti bisa.

"Beby, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kau beristirahatlah, aku tahu kau kurang tidur. Lihatlah mata pandamu terlihat sangat jelas," ucap Poppi lalu meninggalkanku sendirian didalam kamar.

Walaupun cerita ini sudah tamat, tidak ada salahnya untuk tetap memberikan vote dan komentar kalian!💘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Walaupun cerita ini sudah tamat, tidak ada salahnya untuk tetap memberikan vote dan komentar kalian!💘

Salam cinta,
Andearr🥰


GAVIR [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now