Chapter 2

295 75 35
                                        


2. Waktu Traktiran.

.
.
.
Ting! Tong!

Suara bel ditekan, Alvano pergi ke rumah Nara karena dia yang memaksanya kemari, untung saja hari ini libur, jadi bisa nyempetin. Kemarin malam Nara men-spam chat padanya, ia kira Nara rindu padanya eh, tau-taunya malah nanya soal traktiran.

Kan terlalu Pede itu bikin orang keGRan hihi.

Seseorang membukakan pintu, nampak seorang pria yang memakai kaos hitam dan celana pendek. Ia bang Dio kakaknya Nara, hanya beda setahun dengannya, ia juga masih kuliah melanjutkan S1nya.

"Lo Al. Biasanya main nyelonong masuk, kagak mencet bel dulu," sindirnya kepada Alvano.

"Ya harus lah, sekali-kali biar gue tu kayak tamu beneran haha."

"Ah, lo sejak kapan sopan, sikap lo ajah pengen gue timpuk!" sarkasnya.

Alvano dua kali tertawa, memang dia akrab juga dengan Abangnya Nara, makanya terlihat santai. Dan kali ini mereka tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Kalo mau minum, ke dapur aja. Anggap rumah sendiri, jangan malu-malu kucing," sahutnya dengan mengambil hendpone-nya dari saku celana.

"Iya, dah tau gue juga Bang."

"Cuma ngingetin aja, biar gak pikun!"

"Dihh, gue enggak pikun!" Alvano tak terima dirinya dipanggil pikun, masa ia seorang Alvano pikun, 'kan gak banget!.

"Ya serah lo. Maen PS yok, gue bosen nih!"

"Gue gak bisa bang, ada janji sama Nara," tolaknya dengan halus, sesekali melirik ke atas.

"Eh, iya ya gue lupa kalo di rumah ini ada si dugong!" ucap Dio menepuk jidatnya.

"Nah, 'kan, siapa yang tadi ngomong pikun?" ledek Alvano. "Lo ngomong gitu, awas Nara denger bisa dibejek-bejek Bang lo sama dia," lanjutnya.

"Ckk!" Dio berdecak. "Kalo dia denger mah gak papa, tinggal gue pake rasenggan!" teriaknya meremehkan.

"Lo kata ini film Naruto, Bang?!" balas Alvano menggeleng-geleng. "Nara di kamarnya, 'kan?" tanyanya.

Dio mengangguk.

"Tuh kayaknya lagi men gitar, tapi kagak bisa-bisa," ucapnya.

"Ya udah gue ke atas ya, Bang." Ia langsung berlalu dari sofa dan berlanjut menaiki tangga.

Kamar Nara berada di ruang atas, bersebelahan dengan kamar Dio. Alvano menaiki tangga satu persatu, hingga dia sampai di depan pintu kamar Nara.

Kamar Nara tidak ditutup ia membiarkannya terbuka, dan benar bahwa sekarang ia sedang mengutat dengan gitarnya. Sambil sesekali bernyanyi.

"Ah, mana tau gue, dah ni apa lagi dah!" ucapnya prustasi.

tanpa menyadari bahwa sedari tadi Alvano memperhatikannya dari Lawang pintu sesekali tertawa kecil.

"Ekhem, sibuk amat Neng gak liat disini ada orang?"

Nara menoleh.

"Kagak, gaib jadi gak keliatan!"

"Emang gue setan!" ucap Alvano dengan suara yang bervolume agak tinggi.

"Gue gak ngomong gitu ya, lo yang ngomong." Nara tertawa, senang sekali ia mengejeknya terus menerus apalagi sampai Alvano marah.

"Sahabat laknat lo!" Alvano sambil masuk dan duduk disebelah Nara.

Nara bukannya marah dia malah tertawa makin ngakak.

Between Me And ThemWhere stories live. Discover now