Aira tersenyum simpul lalu duduk di sisi ranjang di sebelah suaminya dan berujar lirih.

"Tadi teman kamu bilang kalau aku nggak pantas buat kamu, mereka nyuruh aku untuk bangun, karena aku sedang mimpi kalau aku ini istri kamu. Harusnya aku yang marah, karena kamu belum juga berterus-terang sama teman-teman kamu tentang hubungan kita," Ari terhenyak mendengar pernyataan dari istrinya itu, ia merasa malu.  "Padahal aku udah ikutin semua permintaan kamu, lho.. yahh biarpun ada beberapa yang aku langgar karena peraturan yang kamu kasih masih kurang detail."

"Siapa yang bilang kamu itu gak pantas buat aku? kamu kenal orangnya? biar aku tegur dia," tegas Ari. Hatinya juga sakit ketika orang lain memperlakukan istrinya sedemikian rupa.

"Nggak perlu. Aku bukan tipe orang yang suka membesar-besarkan masalah sepele. Gak kayak kamu!"

Pernyataan Aira membuatnya merasa begitu bersalah, seakan ia adalah suami yang gagal.

Ya Allah tuntun aku untuk menjadi suami yang lebih baik lagi kedepannya.

Ari mengejar istrinya yang sudah berlalu ke halaman belakang untuk menyiram tanaman, "kamu emang gak pantas buat aku," ujarnya.

Aira menoleh, keran air yang sudah menyala ia matikan lagi demi mendengar kalimat menyakitkan yang tadinya didengar dari seseorang, kini malah diulang oleh suaminya sendiri.

"Kamu emang gak pantas untuk aku yang keterlaluan. Kamu terlalu penyabar dalam meladeni sikapku," ujarnya yang membuat Aira geleng-geleng kepala. Ari melangkah, mengikis jarak dengan istrinya, lalu mendekatkan hidungnya tepat didepan hidung sang istri. Sementara kedua tangannya ia biarkan memegang wajah istrinya.

"Bantu aku untuk menjadi suami yang lebih baik lagi, Sayang" ujarnya pelan.

Jantung Aira berdegup kencang bila sedang dalam posisi sedekat ini. Ia harus mencari cara agar tidak gugup lagi.

"Aku pengen minta sesuatu," ucap Aira perlahan.

"Apa itu, sayang?"

"Tapi kamu harus janji untuk mengabulkannya,"

"Oke.. apa itu?" tanya Ari tak sabaran. Diusapnya lembut puncak kepala wanitanya lalu diciumnya.

"Emmm nanti malam..."

"Ehem? kenapa nanti malam?" godanya.

"Tapi aku takut kalau kamu nggak bakal kasih,"

"Aku kasih kok. Sekarang juga gak masalah," balas Ari dengan manjanya.

"Kalau sekarang takut gak keburu. Habis isya aja," ujar Aira.

"Masa sih?" Ari membisikkan sesuatu di telinga sang istri hingga membuat Aira membelalakkan matanya. Ternyata suaminya menangkap sesuatu yang lain dari yang ingin dikatakannya.

"Kamu mikir apaan sih? aku pengen minta izin nanti malam ketemu ibu sama bapak, mereka lagi di kosan bang Kasyful sekarang. Kenapa kamu malah mikir yang aneh-aneh? kurang belaian kamu?"

Dengan langkah terburu-buru Aira mengambil selang air dan menyerahkannya kepada sang suami lalu menyuruhnya untuk menyiram bunga yang ada di sana.

Manajemen Rumah Tangga ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ