dua puluh sembilan

1.4K 118 9
                                    

Belum di revisi, maaf typo bertebaran.

Happy Reading.

.

.

.

.

Jika saja, saat itu Jungkook memilih diam, dan melangkah mengikuti alur yang diinginkan Seya maka ia mungkin tak akan kehilangan segalanya. Seharusnya ia bisa bertahan hanya beberapa bulan menemani Naeyon disisa hidupnya. Dan mungkin setelah itu Seya dan anaknya akan bersedia untuk kembali bersamanya.

Tapi, semua kini hanya tinggal sesal semata. Seya mungkin menutupi aibnya agar ia tak benar-benar hancur. Akan tetapi di saat yang sama  ia juga telah menghancurkan hidupnya. Tak ada yang lebih menyakitkan dari apapun selain kata-kata Seya yang terdengar lirih dan penuh luka.

"Pergilah, jangan katakan apapun lagi, dan jangan temui aku lagi. Semuanya sudah selesai."

"Seya ak___"

"Aku harus istirahat, kumohon tutup pintunya setelah kau keluar."

Jungkook terdiam, menatap Seya yang tertidur di atas bangkar dengan selang infus di sisi kanannya. Tubuhnya yang tertutup selimut, hanya membelakanginya. Seolah enggan untuk melihatnya lagi, wanita itu bahkan tak ingin menoleh ke arahnya. Padahal untuk sampai ke Rumah Sakit dalam situasinya saat ini sungguh tidaklah mudah.

Jika saja Seya menoleh dan melihat keadaannya saat itu, mungkinkah Seya akan merubah keputusannya?

Tapi sepertinya tidak. Wanita itu sudah terlalu kecewa dan terluka karena perbuatannya.

Seonyi yang membantunya untuk bisa menemui Seya pun tak bisa melakukan apa-apa, selain tersenyum pahit dan berusaha membuatnya tetap tabah dalam menghadapi keadaan buruk yang ia ciptakan sendiri.

Seperti Seya, para member juga kini mengabaikannya. Jadwal syuting, pemotretan, pembuatan album baru tetap berjalan seperti biasa, dan Jungkook masih ada bersama group itu menjalankan rutinitasnya karena pengakuan Seya di media sosial justru membalik keadaan. Ia tak lagi dihujat atau pun dicaci, melainkan sekarang ia dielu-elukan bak pahlawan. Seya secara tak langsung telah menghukum mentalnya.

"Akhirnya selesai juga. Bagaimana kalau kita ke sauna." Taehyung menoleh pada Jimin yang tengah melepas pakaiannya dibantu seorang coordi noona.

"Itu ide yang bagus. Aku ikut." senyum ceria Hoseok menjadi jawaban dari ajakan Taehyung.

"Tapi kau yang traktir, hyung."

"Tak masalah," jawab Hoseok enteng.

"Seonyi boleh ikut, hyung?" Jimin meletakkan beberapa aksesoris di atas meja rias, sembari melirik Hoseok yang berdiri di depan meja rias yang lainnya.

"Sebaiknya kau nikahi dia dulu baru berfikir untuk membawanya ke acara yang akan kita lakukan. Aku tak mau ada bajingan lagi di tengah-tengah kita semua." ucap Hoseok yang seperti sebuah sindiran.

Jungkook hanya bisa menunduk di tempat yang cukup jauh dari mereka. Sudah cukup lama situasi seperti ini berlangsung. Terhitung sudah sebulan sejak kasus itu terjadi. Kecuali manager Sejin, tak ada satupun dari hyungnya yang mau berbicara dengannya. Kendati demikian, di depan kamera semua akan tampak baik-baik saja. Dan hanya kebohongan itulah yang ia pegang sebagai sebuah kasih sayang. Dengan menganggap akting mereka sebagai kebenaran, maka Jungkook bisa bertahan di tempat itu.

Sempat terbersit dalam fikirannya untuk keluar dari group, tapi tanpa alasan yang jelas, itu akan sangat melukai semua fansnya dan ia tak mau melukai orang lain lagi. Meskipun banyak di antara mereka yang pasti akan mendukung keputusannya, tetapi akan ada lebih banyak lagi yang kecewa padanya. Maka ia pun memilih untuk bertahan.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang