Bagian 9

1.2K 135 62
                                    

Setelah malam tiba, mereka bertiga kini berada di sebuah restoran untuk makan bersama. Luhan dan Jongin yang duduk berdampingan bak kekasih sehidup semati, sedang Irene duduk dihadapan Luhan seorang diri.

Pelayan menuangkan red wine pada gelas Irene, kemudian wanita itu memutar gelas bak wanita berada dan mencoba rasanya terlebih dahulu. Setelah dirasa enak, dia baru mempersilakan pelayan untuk menuangkan di gelas pasangan kekasih di hadapannya.

"Kalian sangat serasi. Apa kau mencintai oppa ku eonni?" tanya Irene tanpa basa basi, sedang Luhan yang tak bisa menjawab hanya tersenyum tipis.

"Tentu, dia sangat mencintaiku." Jongin mengambil alih jawaban.

"Aku dengar kau keluar negeri bersama seorang lelaki, apa kalian sudah menikah?" Tanya Luhan kemudian.

"Kami akan segera menikah" tegasnya dengan tatapan tak santai.

"Kalau begitu, kita harus makan bersama lain kali." Ucap Luhan basa-basi.

"Kau pernah bertemu dengannya." Ucap Irene sambil menyesap winenya.

"Benarkah? Apakah aku mengenalnya?" Luhan berkerut bingung

"Aku tidak mengatakan kau mengenalnya, tapi kau pernah bertemu dengannya." Ucap Irene penuh dengan siasat didalamnya, dia selalu merasa tak nyaman dengan wanita ini, walau belum jelas persisnya siapa.

"Kau sedang mempermainkan kami atau bagaimana?" Jongin berkata dengan kesal, juga penasaran kiranya siapa lelaki itu.

"Siapa nama pria itu?" Luhan sungguh tak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya, dadanya berdebar seakan dia akan menemukan jawaban yang ia tunggu selama ini.

"Aku tak ingin membicarakannya lagi. Bolehkah aku bertanya mengapa kau bisa berada di rumah kami selama 4 tahun? Dan dimana keluargamu?" Irene mencoba meyakinkan dirinya dengan banyak bertanya.

"Aku kehilangan ingatanku 4 tahun lalu dan kakakmu tak sengaja bertemu denganku dipinggir jalan, aku penuh darah dan tak bisa menjelaskan detailnya, karena aku lupa." Jawab Luhan seadanya.

"Jika aku tak bertemu kakakmu, mungkin sampai sekarang aku tak akan tahu bahwa namaku Sejoo." tambahnya, sedang Irene berkerut bingung, kiranya apa yang membuat wanita itu hilang ingatan.

"Mengapa kau bisa begitu yakin dia Sejoo, oppa?" Dia masih belum puas dengan apa yang baru dia ketahui

Luhan kemudian menyerahkan dompetnya, dompet yang Jongin temukan bersamanya ketika kecelakaan. Tentu tertera foto dan identitasnya, jelas Baek Sejoo. Irene pun menjadi tercengang.

"Mengapa aku harus ragu ketika Sejoo hidup dalam ingatanku, juga kami pernah menghadiri reuni dan semua orang mengatakan Sejoo memang Sejoo." pungkasnya dengan yakin.

"Oh.. Maaf kalau aku terlalu ikut campur." Ucap Irene kemudian, mengembalikan dompet pada sang pemilik.

"Oppa, bagaimana jika kalian mengunjungi apartemenku dan pacarku? Aku masih merindukanmu, eum?" bujuk Irene dengan manja

Tentu Jongin dan Luhan tak bisa menolaknya setelah membuat kesepakatan dengan saling memandang dan disinilah mereka berada, diapartement yang dituju.

Sehun masih dikantornya dengan Chanyeol, membahas beberapa rencana untuk kelangsungan obat yang coba Sehun kembangkan.

Ketika kemudian Sehun menceritakan pertemuannya dengan seorang yang mirip dengan Luhan, sedang Chanyeol hanya mengoloknya, mengatakan mungkin lelaki itu sedang berkhayal atau menyesal atas segala hal di waktu lalu.

Sehun hanya berdecih, tak ingin membahas lebih lama, dirasa percuma bercerita tanpa bukti, fikirnya.

Setelah semuanya selesai, Sehun pulang ke rumah utama Oh. Dia bertemu dengan Narae yang kemudian berseloroh "Kau belum menemui ibu mertua-, maksudku mantan ibu mertuamu?" tanya Narae dan dibalas Sehun dengan gelengan kepala.

AMARAHUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum